Mar 21, 2012

Perlukah PLTN di Indonesia

PERLUKAH PLTN DI INDONESIA?
Oleh : M. Anwar Siregar

Penerapan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) di Indonesia tidak berarti pilihan yang tidak berisiko dan tanpa reaksi dari masyarakat Indonesia, ada kendala atau perlawanan politik karena menyangkut kemampuan SDM dan dampaknya terhadap lapisan bumi dan lingkungan. Sebab lainnya, sejak dibangun pertama kali hingga sekarang belum satupun Negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat mampu dan menemukan cara paling aman, baik dalam pengoperasian maupun penanganan sampah limbah nuklir, terutama untuk menempatkan pada tempat yang aman. Khususnya bagi Indonesia, masih memerlukan pemikiran lebih tajam lagi karena memperhitungkan kondisi geologi wilayah Indonesia dengan melakukan perbandingan yang telah terjadi di Jepang akibat gempa tektonik dengan tsunami dahsyat berkekuatan 8,9 skala Richter (11/3/2011) yang meretakan konstruksi satu reaktor nuklir dan meledakan tiga reaktor sehingga menimbulkan kebakaran dalam kondisi peringatan bahaya radiasi
PERLUKAH REAKTOR NUKLIR
Pembangunan reaktor nuklir di Indonesia sebenarnya membutuhkan banyak syarat dalam memperhitungkan kondisi ekonomi Indonesia dalam kurun 25 tahun ke depan, karena Indonesia belum mantap dalam mengatasi berbagai persoalan dalam negeri terutama dihantui berbagai krisis yang mungkin dapat menjadi kendala dalam pembangunan reaktor PLTN antara lain krisis ekonomi, krisis kepercayaan rakyat kepada Pemerintah, krisis etika elite, krisis disiplin atau kepatutan kerja yang membentuk budaya korupsi, krisis sumber daya manusia akibat meningkatnya krisis ekonomi global berdampak pada peningkatan kebutuhan pendidikan menyebabkan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
Dengan tingkat disiplin dan kultur budaya yang sudah lama melekat dari generasi ke generasi yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi Negara miskin di dunia. Dengan kultur budaya tersebut, bagaimana Indonesia mampu mengelola teknologi nuklir tinggi yang membutuhkan perhitungan dan kemampuan yang cermat, disiplin dan tidak malas.
Jika dikorelasikan dan di interperestasikan hal tersebut diatas dengan kemampaun pembangunan fisik infrastruktur di Indonesia, maka reaksi-reaksi masyarakat sudah sangat jelas dan tidak berlebihan, bahwa pembangunan fisik di Indonesia sudah sangat bermasalah, bukan saja disebabkan kondisi geologi Indonesia tetapi kemampuan pembangunan itu, diawali ketika pelaksanaan pembangunan gedung konstruksi pondasi beton dipastikan selalu ada masalah, bukti dapat dilihat dari pembangunan tol yang ambles, pembangunan gedung perkantoran yang runtuh, pembangunan bendungan dan irigasi yang banyak jebol, pembangunan jalan yang banyak timbul unduk-undukan dan dikerjakan asal-asalan.
Maka kita bisa membayangkan bagaimana kondisi pembangunan reaktor nuklir yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Pembangunan fisik yang kecil-kecil saja sudah bermasalah bagaimana dengan pembangunan konstruksi tingkat tinggi? Apa juga tidak rentan dari serangan teroris? Menginggat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia masih dibawah standar dan dipastikan keamanan sangat longgar, maka kita bayangkan sebenaranya apa yang akan terjadi? Serta bagaimana dengan hambatan tatanan geologi Indonesia?
KONDISI GEOLOGI INDONESIA
Peningkatan pembangunan reaktor nuklir di Indonesia dimaksudkan untuk mengurangi peran energi batubara sebagai bahan baku pembangkit tenaga listrik yang berisiko besar ke lingkungan. Apakah Indonesia sudah memiliki kemampuan mengatasi beberapa resiko dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia?
Sudah sanggupkah Indonesia mengatasi kerusakan hutan yang berasal dari pembakaran, berefek pada kabut asap terbesar di kawasan Asia Tenggara? Indonesia juga belum mampu mengatasi bencana banjir yang terjadi di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan, khususnya di Pulau Jawa dimana lokasi reaktor nuklir tersebut dibangun masih berada dalam kawasan yang rawan bencana dan efek-efek perubahan lingkungan yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Tidak salah kalau masyarakat ada yang berkata bahwa “Penanganan bencana banjir saja, Indonesia sudah kedodoran dan lamban apalagi bila terjadi kebocoran reaktor nuklir akan menambah parah kondisi alam di Indonesia”.
Begitu juga kondisi tatanan geologi Indonesia 20 tahun ke depan, beberapa daerah rawan bencana dalam kondisi kritis energi gempa atau kritis seismic gap dalam kondisi puncak gempa yaitu gempa di Patahan Mentawai, Selat Sunda, dan Letusan Gunung berapi di Pulau Jawa untuk memberikan pukulan keras bagi keadaan perekonomian dan infrastruktur Indonesia serta dapat juga menimbulkan krisis lingkungan baru apabila pemerintah tetap berkeinginan membangun reaktor nuklir
Beberapa wilayah lapisan geologi di Indonesia yang sangat membahayakan konstruksi pembangunan PLTN di Indonesia, yang berhubungan langsung dengan lingkungan tata ruang aktivitas kehidupan. Wilayah tersebut umumnya berada dalam pertemuan antar lempeng yang membentuk zona palung laut dalam, zona subduksi gempa dan gunungapi serta zona pemekaran samudera.
Didaerah Samudera Pasifik bagian selatan Pulau Biak atau dibatas kontinen laut dalam dengan zonasi percepatan puncak batuan yang tinggi dan wilayah kegempaan aktif yang berkorelasi langsung dengan Laut Utara Pulau Jawa, Kepulauan Banda dan Palung Laut Timor serta Parit Seram yang dapat menekan Pulau Jawa dimana rencananya akan dibangun PLTN Indonesia.
Palung di selatan Laut Jawa dan Laut Dalam Flores, yang sangat rawan dengan letusan gunung api dan gempa bumi dengan fokus dangkal, yaitu kedalaman 30-70 kilometer, Patahan Naik Busur Belakang Pulau Nusa Tenggara yang berhubungan dengan keaktifan gempa di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku, dapat memberikan efek tekanan berganda dan serta responsibilitas energi pada patahan Utara Pulau Jawa dan dapat memicu patahan yang mulai aktif di daratan Jawa agar “teraktifkan lagi” yang masih berumur Kwarter. Bila diselaraskan semuanya, baik dari masalah lingkungan tata ruang, aktivitas bencana dan kekuatan ekonomi, mampukah Indonesia mengatasinya?
KENDALA LINGKUNGAN
Solusi untuk mengatasi kendala krisis energi di Indonesia sebenarnya masih banyak, jangan cuma disebabkan oleh efek pembakaran batubara lantas Indonesia mengalihkan perhatian ke pembangunan reaktor nuklir. Untuk mengatasi kendala krisis energi, Indonesia dapat memanfaatkan lebih dari 10 jenis energi alternatif yang berada diatas dan didalam permukaan bumi Indonesia. Potensi-potensi sumber daya energi alternatif itulah yang harus dikembangkan dulu, bukan gencar mempublikasikan dan mendorong keras pembangunan PLTN di Indonesia yang gemanya semakin keras karena dalam kurun 10 tahun ini Pemerintah sepertinya semakin kuat untuk menggolkan rencana itu.
Indonesia memang memerlukan sistim energi nuklir sebagai energi terbarukan untuk mengendalikan dampak perubahan iklim dan pemanasan global dari penggunaan bahan bakar fosil transportasi dan industri tetapi harus memperhitungkan kendala lingkungan yaitu Indonesia sudah harus mempersiapkan hambatan tempat penimbunan sampah beracun berbahaya radioaktif nuklir dalam mengatasi krisis lingkungan.
Indonesia dipastikan juga mengalami hambatan pembangunan fisik reaktor nuklir yaitu anggaran yang tidak pasti, biaya perbaikan lingkungan akibat dampak-dampak yang akan ditimbulkan, dan ini memerlukan dana anggaran yang luar biasa, contohnya membangun kembali kota yang hancur akibat krisis lingkungan akibat banjir membutuhkan dana lebih 100 milyar, belum lagi gempa bumi membutuhkan dana diatas 1 triliun rupiah untuk satu kota, bagaimana bila terjadi lebih dari lima kota untuk segala jenis bencana lingkungan geologi? Silahkah pembaca kalkulasi kebangkrutan keuangan Indonesia dan hutang-hutang yang semakin menggunung.

M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer. Tulisan ini sudah diterbitkan pada Harian WASPADA Medan tahun 2011

Bumi Semakin Panas dan Tercemar : Geologi Lingkungan

BUMI SEMAKIN PANAS DAN TERCEMAR
Oleh M. Anwar Siregar

Semenjak revolusi pertanian dan menyusul revolusi industri mulailah kegiatan manusia menggunankan teknologi untuk mengubah alam yang beraneka ragam menjadi lingkungan alam yang menjurus ke seragaman.
Diiringin dengan terjadinya ledakan penduduk dan dengan dikembangkannya teknologi yang mempermudahkan manusia mengeksplorasi SDA, masuklah unsur yang mengubah pola hidup yang serba selaras dengan lingkungan, dan muncullah krisis lingkungan.
Kemajuan teknologi industri yang banyak menggunakan zat-zat kimia yang bertebaran atau meracuni ruang angkasa menyebabkan semakin kondisi atmosfer Bumi yang semakin panas dari kondisi iklim 20 tahun yang lalu. Polutan yang ditimbulkan industri transportasi telah meningkatkan suhu Bumi rata-rata diatas 370C.
PENIPISAN LAPISAN OZON DI KUTUB SELATAN
Penipisan lapisan-lapisan ozon kini telah berlangsung lebih cepat dari perkiraan teori-teori yang telah diajukan ilmuwan lingkungan dan kebumian. Posisi lubang ozon saat ini masih terdapat dan terbentuk diatas kutub Selatan setiap tahun, penipisan lapisanozon itu terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan hasil buatan manusia.
Selama bulan semi dari September dan November di Antartika sudah telah menelan korban, seperti embrio laut yang berkembang cacat dan mati setelah dilahirkan. Bintang laut berhenti berproduksi dan beberapa tumbuhan memproduksi zat-zat “pelindung matahari” melindungi diri dari terhadap ganasnya sinar ultra violet yang tersaring lapisan ozon.
Ozon adalah gas yang melindungi bumi terhadap radiasi ultra violet dari matahari, yang bisa menimbulkan kanker dan berbagai penyeakit lainnya.
Korban dari penipisan ozon adalah contoh margasatwa yang terdapat di Antartika yang mengalami perubahan, lubang di atmosfir bumi ini membiarkan cahaya ultra violet matahari membombardir daratan beku itu selama empat bulan dalam setiap tahun.
LUBANG OZON
Denganhancurnya tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang sederhana seperti tersebut diatas karena adanya lunamh ozon ini dan ini bisa saja terjadi pada manusia pada tingkat kehidupan evolusioner yang lebih sederhana, dampak ultraviolet akan menjadi lebih buruk, hal ini dapat ditunjukkan dengan radiasi ultra violer yang tinggi merusak bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah, seperti plankton-plankton dan kerang-kerangan. Hal ini bisa berakibat pada rantai makanan, pertumbuhan binatang laut kini secara normal atau wajar karena diterpa sinar ultra violet pada musim semi yang melewati lubang ozon. Jutaan embrio memang mengembang dekat permukaan laut sehingga anat rentang paparan sinar ultra violet.
Lubang pada lapisan ozon diatas Antartika selam musim semi dibelahan Bumi bagian Selatan besarnya sudah mencapai dua kali luas Benua Eropa atau sekitar 20 juta kilometer persegi, seperti telah dilaporkan ahli-ahli Badan Meterologi Dumia atau WMO (world meteorological Organization). Catatan terakhir tentang luas lubang ozon ini diatas Antartika adalah 22 juta kilometer persegi pada tahun 1995.
Lubang pada lapisan ozon (O3), yang melindungi Bumi dari radiasi ultra violet, sudah mencapai 20 juta kilometer atau sama dengan luas Benua Eropa yang terbentang dari Atlantik sampai Pegunungan Ural, dan semua tergantung pada sirkulasi atmosfir di lapisan stratosfir, bentuk lubang ozon ini berbentuk ellips. Lubang yang memanjang diatas Antartika itu pemunculannya lebih awal dibandingkan beberapa tahun lalu.
Lapisan ozon, lapisan gas yang labil yang berfungsi menyerap ozon menghambat sebagian besar sinar ultra violet dari matahari menjadi berlubang akibat bahan kimia ciptaan manusia. Bahan kimia itu antara lain klorofluorokarbon (CFC) yangbanyak digunakan dalam semprotan aerosol, AC dan lemari es, pestisida metil bromida dan pelarutnya.
Kawasan yang diliputi lubang ozon menurut para ilmuwan atmosfir mencapai 20 juta kilometer persegi dan tiap nilai ozonnya kurang dari 100 unit dan berarti kekurangan tersebut lebih dari 15 % yang meliputi hampir seluruh dunia/benua, lubang ozon terbentuk jika nilainya kurang dari 250 unit.
Dalam tiga lapisan berturut-turut, ozon terdapat bagian bawah pada ketinggian antara 17 – 22 kilometer diatas Antartika hampir hancur sama sekali akibat pencemaran zat-zat kimia yang dilepaskan ke udara, seperti meningkatnya kontsentrasi klorin yang dilepaskan ke stratosfir menjadikan perusakan ozon lebih buruk, dengan pola sirkulasi yang diinginkan terjadi dan khsusunya ketika temperatur stratosfer sangat rendah. Udara dingin adalah faktor utama yang mendorong rusaknya lapisan ozon oleh gas buatan manusia yaitu klorin dan bromida semakin besarnya lubang ozon yang ada sekarang.
PENINGKATAN ZAT KIMIA PADA ERA INDUSTRI
Peningkatan zat kimia yang menghasilakn polusi karbon monoksida (CO) terutama dihubungkan dengan revolusi industri dan mesin bahan bakar, pada waktu lebih awal tingkatnya lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Paling tidak kini es yang diambil dari Greenland dan membuktikannya lubang ozon yang semakin besar.
Hal in, disebabkan sumber CO antara tahun 1800-1850 sebelumnya hanya diperkirakan berasal dari sumber alami, sebagai bandingan polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, tetapi kegiatan mansia waktu itu menggunakan kayu dan limbah pertanian sebagai bahan bakar yang belum diperkirakan penyebab rusaknya lapisan ozon. Dan juga dari emisi CO dan kebakaran hutan dikawasan Utara yang tidak masuk pertimbangan tentang peningkatan pengubahan iklim dan penyebabnya terjadinya kekeliruan tentang lubang ozon.
Untuk mengetahui kondisi udara di kutub yang dapat menyebabkan efek ruma kaca dilakukan analisis inti es yang dilakukan pengeboran yang telah dilakukan ilmuwan di Greenland Tengah dan Antertika.
Analisis udara yang terjebak dalam inti es, memberikan suatu pengertian lebih baik mengenai bagaimana gas ruma kaca seperti karbon dioksida dan metana berevolusi sepanjang abad. Tetapi tidak ditemukannya jejak adanya CO dalam inti es sampai sekarang. Konsentrasi CO di udara sulit di ukur, 1 milyar molekul udara mengandung 50 molekul CO, sedangkan ada 300 molekul CO dalam 1 juta molekul udara.
Para ilmuwan mencatat kenaikan tingkatan CO sekitar 20 % sampai pada tahun 1850, dibelahan Bumi Utara yang menggambarkan aktivitas manusia terutama akibat penggunaan bahan bakar, tetapi polusi CO tidak mencapai Antartika antara tahun 1840-1916.
Analisis CO dalam es juga bermanfaat untuk melacak variasi gas ini selama ribuaan tahun, data yang dihasilkan akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki pengertian mengenai interaksi antar perubahan iklim dan bahan kimia atmosfir dan mungkin bisa menolong memperkirakan iklim dimasa depan.
SINAR YANG MERUSAK KESEHATAN
Radiasi lebih besar juga menyebabkan kerusakan lebih besar pada sistem reproduksi menyeluruh pada makhluk hidup, bahwa radiasi sistem ultra violet B tinggi ( UV-B) dapat merusak kromosom binatang dan menyebabkan kanker pada manusia.
Para ilmuwan menemukan kerusakan lapisan ozon di stratosfer tahun 1970-an disebabkan oleh peningkatan bahan-bahan kimia manusia terutama CFC (clrofluorocarbon). Bahan CFC ini banyak digunakan sebagai media pendinginan pada AC, lemari pendinginan (kulkas).
Namun dampak lubang ozon pada manusia masih spekulatif dan penelitian yang mengesankan masih jauh dari apa yang terjadi di Antartika. Di Inggris, meningkatnya pertumbuhan kanker kulit meningkat 10 % akibat radiasi sinar ultra violet yang lebih tinggi. Di Chili dan Argentina bagian Selatan, kawasan penduduk yang secara langsung dibawah lubang ozon, tingkat radiasi UV-B meningkat setiap tahun.
BUMI SEMAKIN PANAS
Peningkatan sumber-sumber gas energi yang semakin tinggi mengantar kondisi lingkungan juga semakin buruk, hal ini disebabkan peningkatan transportasi kendaraan dari tahun ke tahun tidak pernah turun serta meningkatnya jumlah masyarakat ke atas yang sanggup membeli kendaraan lebih dari satu jenis kendaraan.
Walaupun kini pihak pabrikabn kendaraan lebih banyak membuat kendaraan hemat energi dan bersahabat dengan lingkungan, tetapi hal ini masih terbatas jumlahnya dan tetap saja banyak kondisi lingkungan Bumi kita mengalami perusakan dan suhu tetap panas.
Jakarta sebagai ibukota RI sangat ini masuk dalam ambang kritis lingkungan dari energi-energi transportasi. Konsentrasi non metan hidrokarbon dan kadar Pb di udara ibukota telah melampaui batas beku mutu lingkungan serta sampai pada tingkatan yang membahayakan kesehatan penduduk, selain itu peningkatan konsentarsi NO2 menyebabkan terbentuknya pholochemical smog, kabut kemerah-merahan yang merupakan pemandangan sehari-hari di Ibukota, bahan tersebut sebagian berasal dari gas buang kendaraan bermotor.
Bahan bakar fosil selama ini menyumbangkan energi sangat besar pada umat manusia, tetapi dengan pemakaian yang beerlebihan dan daya dukung lingkungan yang semakin menurun, pemakaian bahan bakar fosil perlu dipertimbangkan lagi, karena gas-gas buang seperti NO2 dan CFC menjadikan Bumi semakin panas beberapa derajat Celcius dibandingkan 1 juta tahun terakhir. Bensin adalah salah satu juga bahan bakar fosil yang banyak dipergunakan pada kendaraan bermotor, bahan bakar ini mengjasilkan kalori yang tinggi dibandingkan beratnya.
Untuk itu diperlukan suatu teknologi yang hemat energi dan tidak merusak lingkungan seperti tenaga listrik yang sangat ini gencar dikampanyekan atau kendaraan berbahan bakar gas alam, serta dilakukan suatu peraturan ketat tentang penggunaan karbon monooksida pada kendaraan mobil serta zat-zat kimia lainnya. Agar lingkungan Bumi ini terselamatkan untuk generasi berikutnya.
Diterbitkan Majalah ‘SAINSTEK’ ITM Medan, edisi Mei 1995

Related Posts :