Aug 6, 2012

Potensi Panas Bumi Sumut Terabaikan :Geologi Recources

PotensiS Panas Bumi umut Terabaikan 
Oleh : M. Anwar Siregar.
Melihat situasi Indonesia saat ini, minyak dan gas bumi yang memegang peranan sebagai sumber energi Indonesia sebesar 83,20 persen telah mengalami kondisi parah dengan banyaknya penyeludupan ke luar negeri dan peningkatan konsumsi energi listrik dari PLN masih sangat terbatas dalam memenuhi kebutuhan listrik. Dan pemerintah dengan kepentingannya telah memperparah situasi kebutuhan energi terutama pemanfaatan energi untuk pembangkit listrik dan transportasi. Salah satu kebijakan pemerintah "sedang memanas" adalah penggunaan BBM bersubsidi, dipastikan akan berdampak luas terhadap kepentingan masyarakat yaitu mungkin akan ada kenaikan TDL. Pemerintah seharusnya belajar dari pengalaman kebijakan sebelumnya, dengan meningkatkan penggunaan dan mengkonversi energi alternatif, yaitu panas bumi yang masih banyak daerah belum maksimal diberdayagunakan.
Dilema TDL
Dilema kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sangat memberatkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, harus ada alternatif untuk melepaskan ketergantungan pada BBM fosil untuk pasokan energi listrik khususnya di Sumut karena belum semua desa di Sumut merasakan pembangunan ketenagalistrikan, sebab diperkirakan sejak tahun 2007 lalu, jumlah pemakaian minyak bumi domestik akan menyamai jumlah produksi minyak dan itu artinya setelah tahun 2007 tidak ada lagi ekspor minyak bumi dari Indonesia untuk dunia. Indonesia bukan lagi negara pengeskpor migas atau anggota OPEC. Karena habis digunakan didalam negeri dan diseludupkan, dengan populasi penduduk sekitar 3,5 persen dari jumlah populasi dunia, maka satu unit minyak bumi harus dibagi 3,5 unit manusia di Indonesia. Sedangkan jumlah cadangan minyak bumi Indonesia hanya satu persen dari cadangan minyak bumi dunia, yaitu terdapat 5,5 milyar barrel (1 barrel 159 liter) berarti 10 tahun lagi sudah habis karena setiap tahun dikuras minyak tersebut untuk diproduksi 550 juta barrel. 
Untuk mengatasi kelangkaan dan dilema energi dari migas di Sumatera Utara, pemerintah Sumut harus mengubah paradigma dalam menarik investasi dengan memberi insentif bagi investor dalam pemanfaatan panas bumi, dengan belajar cara Islandia dalam memanfaatkan energi panas bumi dan produsen energi panas bumi terbesar di muka bumi saat ini atau terdekat dengan Philipina dan China memberikan insentif pembebasan pajak hingga enam dan delapan tahun sejak panas bumi berproduksi untuk pembangkit listrik sehingga dilema tarif dasar listrik yang akan dinaikkan tidak merugikan berbagai kalangan industri dan rakyat kecil terutama di pedesaan, mendorong juga pemakaian energi alternatif yang murah, terjangkau ke pulau terpencil diperbatasan. 
Investasi 
Yang menjadi permasalahannya adalah iklim investasi panas bumi mengalami dilema karena kebijakan pemerintah, karena di satu sisi pemerintah menghambat laju investasi dengan rendahnya insentif yang diberikan dengan menetapkan harga pembelian panas bumi seharga 4,5 sen dollar AS per kWh dari harga yang layak 6-10 sen dollar ditingkat pasaran internasional, begitu juga tingkat kenaikan harga belum mendekati harga tersebut yaitu 6 sen dollar dari harga sekarang telah mencapai 12 dollar AS dollar per kWh sehingga eksplorasi panas bumi tidak menunjukkan investasi yang signifikan karena modal balik yang didapat investor sangat jauh dari dana investasi yang dikeluarkan. Lihat nasib pengembangan panas bumi Sibual-buali. 
Karena disisi lainnya, investasi panas bumi membutuhkan dana yang besar mulai dari pembukaan lapangan besar terdiri dari eksplorasi dan penentuan sumur eksplorasi dilokasi sumber panas yang cukup panjang dengan menggunakan analisis citra satelit, kemudian dilakukan survei geologi, geohidrologi, geofisika dan geokimianya, dilanjutkan lagi dengan penelitian sample gas dan fluida untuk penentuan kualitas kimia dalam air serta silikat harus dalam kadar rendah agar selama pengeboran tidak mengalami masalah akibat tingkat keasaman pada peralatan pengeboran. Dilanjutkan lagi pengeboran sampai kedalaman antara 2000-3500 meter, dan membutuhkan biaya untuk satu kali pengeboran dana keluar dapat mencapai 3-4 juta dollar US dengan tingkat keberhasilan 50 persen untuk satu dari dua sumur yang diuji sehingga yang dapat menghasilkan geologi produksi untuk sumber pembangkit listrik dari panas bumi. Hasil dari keberhasilan tersebut dilanjutkan lagi pembangunan pemipaan dan instalasi pembangkit listrik geothermal dengan modal dasar diperkirakan rentang antara 1-2,5 juta dollar US per GW atau MW (disari dari Bintek Panas Bumi bagi geosains se Sumatera yang penulis ikuti di Medan). 
Pemerintah harus mengubah iklim investasi panas bumi dengan memberikan dukungan politik yang kuat agar dapat bersaing dengan energi BBM konvensional sehingga para investor swasta asing dan dalam negeri dapat mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk mengatasi krisis energi listrik. Mengingat target energi panas bumi sebesar 6.000 yang dibutuhkan hingga tahun 2020 dapat direalisasi karena target 3.500 MW hingga ke tahun 2012 lalu belum terealisasi disebabkan iklim investasi dan pajak dari pengembangan lapangan panas bumi bisa mencapai 43 persen yang berlaku sejak investor memulai kegiatan eksplorasi. 
Potensi Terabaikan 
Untuk menghemat energi minyak dan gas bumi yang bersifat tidak dapat diperbaharui lagi ataupun bahan pakai habis, maka usaha yang dilakukan adalah mencari sumber energi yang lain untuk menggantikan kedudukan energi minyak dan gas bumi tersebut. Salah satunya yang dapat menggantikan energi konvensional adalah panas bumi yang terpendam dalam perut bumi dan Indonesia kaya akan sumber daya tersebut karena Indonesia berada dalam ring of fire yang merupakan sumber utama panas bumi (pabum) dan tidak ada habisnya karena sesungguhnya bumi masih memancarkan panasnya yang setara dengan 1/16 watt listrik untuk setiap meter persegi permukaan bumi. 
Di Sumut, kenampakan panas bumi membentuk jalur yang membentang dari Utara Danau Toba ataupun sekitar Danau Toba menuju ke arah Selatan ke Tapanuli bagian Selatan yang menjadi tempat kedudukan gunungapi aktif sejak 4-6 juta tahun yang lalu, dimana sebagian gunungapi tersebut masih aktif hingga sekarang dengan karakteristik dikontrol oleh sebagian patahan besar Sumatera. Potensi panas bumi Sumut untuk setiap satu lapangan eksplorasi paling besar mencapai 100-500 MW dengan asumsi mampu memenuhi 1000 unit rumah dengan 1 MW. Dan Sumut membutuhkan pengembangan panas bumi sebesar 2.500 MW. Total potensi panas bumi mencapai 3237 MWe, tersebar 16 lokasi, namun kapasitas yang terpasang baru mencapai 12 MWe terdapat di Sibayak-Sinabung dengan nama lapangan panas bumi adalah PLTPB Sibayak, kapasitas cadangan panas bumi Sibayak mencapai 124 MWe sehingga target itu terasa berat direalisasi karena faktor iklim investasi dibidang energi sehingga Sumut dan Indonesia secara umum tertinggal lagi dari kedua negara tersebut, padahal potensi sumber daya panas bumi Sumut saja sudah mampu mengalahkan potensi panas bumi Philipina dan Malaysia, dan Indonesia adalah terbesar di muka bumi mencapai 27 MWe. 
Sangat tragis sekali mengingat potensi sebesar itu belum maksimal memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, malah memberikan lagi dilema bagi energi-energi alternatif selain panas bumi, yaitu energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistim Bendul (PLTGL-SB), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Angin/kincir angin (PLTGA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dari gambut. Pembangkit Listrik Panas Air laut, dan Biodisel dari tanaman hijau. 
Wisata Panas Bumi 
Selain potensi panas bumi yang belum maksimal dimanfaatkan, efek ganda dari kelebihan panas bumi lainnya, dapat meningkatkan income bagi suatu pendapatan asli daerah dalam rangka pembangunan ekonomi yaitu wisata panas bumi, wisata panas bumi sebenarnya dapat mengurangi jumlah pengangguran dan membuka lapangan kerja. Pemanfaatan wisata panas bumi yang ada baru dalam sebatas pemandian umum yang belum dikelola secara profesional. Lihat pemandian panas bumi di Sibayak, hanya ramai kalau musim libur atau hari tertentu. Daya tarik wisata panas bumi sebenarnya bukan pada sumber si "panas air", melainkan juga wisata alam yang melingkupi daerah panas bumi, wisata geodiversity yang dapat menambah pengetahuan bagi pengunjung atau wisatawan, manajemen wisata harus mengembangkan hal tersebut sehingga bukan saja waktu habis terbuang di kolam pemandian, untuk hal ini pihak agen travel wisata dan hotel di Sumut dapat belajar pemanfaatan wisata panas bumi di Jepang, Korea dan Selandia Baru, memanfaatkan semua potensi yang ada sehingga dapat berlibur lebih lama hingga 7 hari, berbeda dengan di Sumut, 5 jam sudah pulang dan biaya penghamburan dana sedikit dari wisatawan, hal ini penulis ketahui dari pengamatan selama survei panas bumi di Sumut dan sebaran potensi panas bumi Sumut berada di 16 lokasi menjanjikan income ekonomi pembangunan daerah. 
Saatnya Sumatera Utara menjadikan energi alternatif panas bumi sebagai andalan energi masa depan tak akan pernah habis, selama bumi masih memancarkan panas dengan hantaran konduksivitas panas mencapai 30 derajat Celcius lebih, maka energi ini akan terus memberikan penerangan dan tak ada "byer pett", pemasokan BBM tetap terjamin serta tidak ada penyeludupan energi besar-besaran di negeri jiran yang miskin energi panas bumi. *** 
Penulis Geologist-Enviromentalist, Pemerhati Masalah Tata Ruang-Lingkungan dan Energi-Geosfer. Tulisan ini sudah dimuat di Harian "ANALISA" MEDAN 25 JULI 2012

No comments:

Post a Comment

Related Posts :