Aug 29, 2012

GEMPA MAUT MENGAKIBATKAN PEMANASAN GLOBAL : Geologi Lingkungan

GEMPA MAUT MENGAKIBATKAN PEMANASAN GLOBAL 
Oleh : M. Anwar Siregar 
Bagi bangsa Indonesia, dalam kurun dua dasawarsa terakhir terus menerus mengalami bencana alam geologis antara lain gerakan tanah dan gempa bumi, Indonesia memerlukan suatu paradigma baru tentang konsep pemanfaatan tata guna lahan dan tata ruang hunian dalam mengurangi dampak bencana global, khususnya yang ditimbulkan oleh gempa-gempa dan perubahan kondisi dinamika geosfer terhadap berbagai penggunaan. “zat-zat kimia beracun” ke lingkungan udara, darat dan air (sungai, laut dan danau). Pemanfaatan sumber-sumber daya bumi yang berkelanjutan harus menjadi prioritas agenda pembangunan di Indonesia. Hal ini penting, mengingat jumlah kerusakan sarana infrastruktur membutuhkan dana rekonstruksi triliun rupiah dan bumi Indonesia merupakan suatu bumi yang hiperlabil, maka memerlukan suatu renungan model fisik dan penataan ruang yang berbasis mitigasi dalam mengurangi dampak bencana unirversal, yang salah satu dari dampak bencana universal yang menjadi fokus pemimpin dunia yaitu pemanasan global. SUPERNOVA JAGAD RAYA 
Kondisi lingkungan geologi Bumi dari hari ke hari bagaikan seperti nenek tua yang penuh penyakitan, duduk di kursi roda dengan muka penuh plesteran akibat dari kebandelan manusia yang menciptakan teknologi penghancuran yang lebih dominan dibandingkan dengan penciptaan teknologi yang lebih ramah terhadap lingkungan, prediksi teknologi gempa belum mampu memberikan jawaban yang mendekati ketetapan yang baik dalam mengurangi bencana, teknologi peramalan cuaca juga belum mampu memberikan jawaban dari masalah siklus anomali, misteri awan Columbus, biopolar kutub dan lain-lainnya, namun untuk penyelidikan ruang angkasa manusia memang telah mampu menguakan misteri yang menyelubungi beberapa planet di jagad raya ini, termasuk kemampuan membaca dan memastikan kejadian aneh di Bima Sakti seperti gerhana bulan, matahari, peredaran komet dan supernova tehadap bumi. 
Penciptaan tata surya itu berawal dari suatu peristiwa yang dikenal dengan nama supernova. Supernova adalah peledakan sebuah bintang yang besar akibat penabrakan antar planet atau big bang. Dimana peristiwa dimulai dari terbakar, melalui proses fusi atom-atom hidrogen dan atom-atom helium berupa abu pijaran dengan bentuk unsur yang lebih berat seperti unsur silikon dan besi yang terkumpul dipusat lingkaran atom-atom. Distribusi peledakan antar fusi ini tidak seratus persen efisien, bahannya merupakan bahan peledak nuklir yang terdiri uranium dan plutonium, tersebar dan terpencar di ruang angkasa bersama dengan bahan peledak lainnya yang banyak mengandung unsur hidrogen. Sisa dari peledakan hidrogen ini masih dapat ditemukan pada lapisan batuan di bumi untuk direkonstruksi detil-detil kejadian supernova yang berlangsung beberapa eon (1 eon sama dengan 1000 juta tahun) yang pernah berlangsung pada proses pendinginan magma di Bumi. Bahan dari salah satu supernova merupakan bagian yang dapat meningkatkan unsur pemanasan global terutama dalam pengujian di lautan. Unsur plutonium dan uranium dapat memicu pemanasan lebih cepat pada kekuatan silikat batuan yang menyusun subtansi kulit bumi bagian atas, diketahui banyak mengandung bahan unsur nuklir. 
UJI COBA NUKLIR 
Apa hubungan uji coba nuklir dengan gempa bumi yang meningkatkan pemanasan global di geosfer bumi di masa sekarang ini? Ada hubungan tersebut dengan unsur ketebalan batuan yang menyusun platform lempeng benua dan samudera terhadap penghancuran dari kekuatan ledakan bom atom nuklir pada uji coba kemampuan hulu ledak di dasar lautan Samudera Pasifik yang dilakukan Negara-negara maju nuklir pada masa perang dingin atau perang bintang antara Uni Soviet (Rusia) dan Amerika Serikat beserta blok masing-masing di akhir tahun 1970-an hingga puncaknya pada masa tahun 1980an. 
Unsur kekuatan hulu ledak nuklir yang ditembakkan ke dasar laut akan memancarkan kekuatan kehancuran setara dengan kekuatan gempa diatas rata-rata 6-7 Skala Richter, menguraikan kekuatan-kekuatan blok batuan diujung perbatasan lempeng, mengalami diskolasi materi akibat adanya pembebanan dan perubahan atau ada anomali pembentukan batuan di pematang tengah samudera. Batuan yang terbentuk mendorong suatu energi tekanan terhadap batuan yang mengalami diskolasi akibat uji coba nuklir di dasar laut meninggalkan sisa-sisa radioaktivitas pada beberapa batuan yang mengandung unsur radioaktif yang tinggi seperti pada kandungan batu granit yang membentuk dasar kerak lempeng selubung bumi bagian atas ataupun batuan basalt di alam, ada juga mengandung unsur torium, plutonium dan uranium, serta kalium pada beberapa formasi batuan geologi. 
Pemanasan global akibat efek hulu ledak nuklir pada formasi batuan itu memungkinkan terjadi perubahan efek radiasi kimia didasar laut terutama dikawasan Samudera Pasifik dan Antartika yang menyebabkan lapisan ozon mengalami pelubangan yang sangat luas ke udara seperti adanya awan panas berbentuk torpode ke atmosfer bila terjadi pergesekan antar lempeng diperbatasan menghasilkan panas di dasar laut sehingga memungkinkan batuan bumi yang mengandung radioaktif mengalami panas secara bertahap, terpencar ke udara dan reaksi nuklir Matahari dan bintang menjadi lebih bercahaya. 
Pemanasan oleh Matahari akan memungkinkan batu-batuan silikat yang ada di selubung bumi bagian atas dari lempeng itu menghilangkan karbon dioksida dan lebih siap bereaksi dengan karbon dioksida di atmosfir untuk memulai efek rumah kaca akibat zat-zat kimia radioaktif sebagai efek terhadap lingkungan menjadi pemanasan global. Karena bumi juga menyimpan karbon didalam batuan-batuan ketika temperatur udara naik, terjadi proses oksidasi dan batuan-batuan itu melepaskan karbon sebagai CO2. Gunung berapi dan gelumbung-gelumbung mata air juga mengeluarkan CO2, ion-ion pembawa karbon terbawa dalam air laut. Air yang mengandung karbon ini sampai juga ke laut. Akibat terjadi pengurangan reaksi karbon dioksida di atmosfer dengan laju penghancuran molekul-molekul hidrogen dan oksigen serta mendorong oksigen ke angkasa menimbulkan dampak pengurangan air secara global karena bumi menyimpan karbon dalam batu-batuan silikat. Sehingga kerak bumi semakin panas dan mudah mengalami perapukan, sekali ada sentakan dorongan gesekan akan memudahkan terjadi gempa-gempa dengan periodesasi singkat. 
MALAPETAKA LEMPENG GEOSFER 
Kehidupan diatas Bumi suatu saat pasti berakhir, perkiraan misteri kecepatan kiamat bumi bisa cepat seperti ramalan 2012 seri Supernova, Doomday atau Nostradomus, bahkan bisa terjadi paling cepat satu milyar tahun lagi. Perkiraan misteri kiamat dapat dilihat dari model matematis yang rumit, yaitu pertama dari perhitungan jarak dan waktu kejadian dari Supernova atau tumbrukan antar planet terhadap bumi dimana sisa sampah ledakan supernova yang menghasilkan gelombang kejut melemparkan pecahan kaca yang menghantam permukaan bumi dan bisa juga terjadi disebabkan oleh keberadaan penarik raksasa (the great attractor) untuk memulai supernova. 
Kedua oleh efek pemanasan global terhadap lapisan ozon bumi oleh radioaktivitas nuklir didasar laut oleh pengujian hulu ledak nuklir menyebabkan keretakan lempeng bumi sehingga menimbulkan gempa-gempa dengan periodesasi yang tidak teratur. Efek yang ditimbulkan terhadap kondisi bumi yaitu perubahan energi pergerakan kekuatan antar lempeng di perbatasan pertemuan lempeng, ada bagian yang menanggung beban energi panas dari unsur kimia radioaktivitas nuklir yang mengendap dibagian kerak samudera. Bagian dasar kerak bumi di lautan banyak mengandung unsur radioaktif pada lapisan batuan granit dan basaltis. Kontak antar lapisan radioaktif batuan dan RA hulu ledak nuklir di lempeng samudera akan menimbulkan proses penguraian terhadap gunung es dan perubahan suhu air laut terutama di samudera pasifik dan kutub utara.
Pemanasan global yang terjadi sekarang ini telah mengakibatkan mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan sejak tahun 2004 dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Terjadi ketidakseimbangan antara laju pencairan es di musim panas yang selalu lebih banyak dibanding pembentukan es baru di musim dingin.
Dengan demikian bisa dikatakan peristiwa uji coba nuklir dilautan mempengaruhi tekanan energi pada kerak lempeng bumi yang mengalami beban panas yang tinggi akibat pertemuan dua fusi energi radioaktivitas yang menghasilkan daya rusak terhadap kekuatan blok batuan yang menghasilkan anomali elektromagnetis panas yang tinggi menerobos ke permukaan ke lapisan ozon yang berakhir pada pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi sekarang ini menjadi pemicu semakin seringnya terjadi segala jenis bencana alam di Bumi. Antartika yag panas buka lagi isu biasa, bahwa bumi secara tetap tunduk kepada hukum fisika yang menentukan bahwa massa, energi dan panas itu saling berkaitan. 

M. Anwar Siregar Pemerhati masalah lingkungan dan geosfer, Tulisan ini sudah dipublikasikan

No comments:

Post a Comment

Related Posts :