Dec 30, 2014

Bumi dalam Al Quran : Geologi Mitigasi



BUMI DI DALAM AL QURAN
Oleh : M. ANWAR SIREGAR

Bumi merupakan salah satu planet yang terbentuk dijagat raya ini, selanjutnya dalam perjalanan sejarah bumi, manusia berusaha menggali dan memahami proses bumi dimasa lalu hingga sekarang. Al Quran telah menerangkan dengan jelas beberapa pengetahuan tentang bumi yang bersumber dari Firman Allah AWT.
HUKUM ALAM DALAM AL QURAN
Allah SWT menjelaskan dalam firman  tentang hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan di bumi, tidak ada satupun yang mampu  mengendalikan ciptaan Allah di alam jagat  raya ini  serta hubungan manusia sebagai khalifah di atas bumi.
Firman Allah “Dia menundukkan bahtera untukmu supaya berlayar dilautan dengan kehendak-Nya. Dia menundukkan sungai-sungai untukmu. Dia menundukkan matahari dan bulanmu yang terus-menerus beredar. Dan Dia menundukkan malam dan siang untukmu” (QS Ibrahim: 32-33).
Ayat Al Quran tersebut telah menjelaskan tentang hukum-hukum yang mengatur alam/ planet di jagad raya seperti tentang bumi yang mengelilingi matahari, rotasi cahaya, tekanan udara dan unsur alam yang menyusun bumi serta siklus air dibumi.
GERAK BUMI DALAM AL QURAN
Dimana konsep ilmu geologi yang diajukan oleh Alfred Wagener pada awal abad ke 20 yaitu tahun 1905 sampai tahun 60-an. Dikenal sebagai pergeseran benua  (continental driff teori ) bahwa kerak bumi ini selalu bergerak, seperti sebuah kapal yang mengarungi lautan. Wagener mencocokkan konsepnya dengan bentuk-bentuk pantai yang terdapat disebelah menyebelah Samudera Atlantik Selatan/Amerika dan Afrika Selatan dapat dicocokkan. Keadaan akan membentuk satu daratan yang luas yang terdapat dibumi saat itu. Kemudian dikenal sebagai Pangea .
Pergerakan kerak bumi menurut pendapat Wagener diasumsikan bahwa bumi bergerak/berrjalan diatas ban berjalan .Permukaan bumi terdiri beberapa lempeng besar berukuran Lempeng Samudera dan Lempeng Kontinental yang selalu bergerak dengan kecepatan relatif, setiap pergerakan akan mengalami pergeseran di dasar samudera oleh arus konveksi, bahan yang ada dalam litosfera mengalami pendinginan lalu mengerut menjadi tebal serta mengalami penurunan sambil bergerak ke zona penunjuman (subduksi), hasil bahan tersebut dihasilkan fraksinasi mantel kemudian mengalami pengerosian dan membeku diatas litosfera sebagai blok-blok masif, maka kontinen-kontinen diangkut oleh media yang bergerak yang berupa lempeng, kemudian dipecahkan oleh gerak-gerak tarikan dan bergerak keberbagai penjuru.
Seperti petikan Surat Al Quran QS An Naml :88 “dan engkau lihat gunung-gunung itu, engkau sangka gunung itu diam ditempatnya, padahal gunung-gunung itu berjalan seperti jalannya awan” dan dipertegas lagi bahwa bumi itu bergerak dalam sabda Allah SWT “Dan gunung benar-benar berjalan“ (QS Ath Thuur :10).
CAHAYA BUMI DIDALAM AL QURAN
Cahaya yang memancar kebumi adalah salah satu fenomena alam hasil dari  penundukkan alam (taskhir) tentang pandangan Islam terhadap eksistensi alam terutama untuk kehidupan dan manusia. Dalam pandangan Islam telah menjelaskan ketetapan Allah SWT untuk hukum-hukum alam yang telah ditundukkan untuk manusia sebagai kajian ilmiah untuk membuktikannya bahwa Allah Maha Benar dengan segala firmannya
“Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? Yaitu bintang yang cahayanya menembus ” (QS At Thariq : 1-3). Atau firman Allah tentang sumpahNya bahwa pergantian siang dan malam menghiasi wujud alam dilangit angkasa raya. ”Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah diwaktu jingga, dengan malam dengan apa yang menyelubunginya dan dengan bulan purnama. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)” (QS Al Insyiqaq : 16-19).
Seperti kita ketahui pergantian hari, selalu berbeda waktu (tahapan waktu), melalui rotasi bumi berputar dan matahari dalam keadaan diam, tetapi sebenarnya matahari berputar mengelilingi alam jagat raya yang sebagai sumber cahaya, kita akan menemukan pergantian alam jagat raya yang sebagai sumber lahirnya bayang-bayang kita. Contohnya kita berdiri disuatu tempat dibelahan bumi timur lalu bumi bergerak/berputar maka ditemukan sisi lain yang berbeda dari bayang-bayang, seperti dijelaskan dalam firman Allah ”Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan siapa pula yang menundukkan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab : Allah ” ( QS Al Ankabut : 61). Kajian ini untuk membuktikan bahwa pergantian waktu melalui sunnatuah (ketetapan Allah) mengatur dan menundukkan untuk manusia atau dipertegaskan lagi dalam firman Allah ”Tidakkah kau memperhatikan bagaimana Tuhanmu membentangkan bayang-bayang mulai terbit sampai terbenamnya matahari. Jika dikehendakiNya dijadikan bayang-bayang itu tetap ditempatnya. Kemudian dijadikan terbitnya matahari sebagai tanda lahirnya bayang-bayang itu. Kemudian kami hapus bayang-bayang itu perlahan-lahan dengan munculnya  sinaar matahari ” (QS Al Furqon : 45 – 46 ).
Dari ayat tersebut memperjelaskan adanya sebuah siklus rotasi tentang waktu dan itu terjadi ketika pukkul 12 siang dengan digali oleh manusia sebagai kajian ilmiah tentang konsep pemantulan cahaya/optik.
Surat Al  Furqon  45-46 adalah menjelaskan konsep gerhana matahari dan gerhana bulan. Gerhana matahari apabila sebagian permukaan bumi bergerak memasuki bayang-bayang kabur atau bayang-bayang inti yang dibentuk oleh matahari. Bila bayang inti mengenai permukaan bumi, maka gerhana matahaari total. Didalam sebuah pita disekelilingi yang terletak dalam bayang-bayang kabur merupakan gerhana matahari sebagian.
Gerhana bulan terjadi apabila kedudukan relatif matahari bumi dan bulan sedemikian rupa sehingga bulan berada persis terletak didalam bayang-bayang bumi yang disebabkan cahaya matahari.
Posisi bulan sebagai penerima cahaya dan pemantul cahaya ke bumi, yang kondisi gelap akibat pencahayaan matahari, maka kondisi itu tidak dapat menerima cahaya matahari karena posisi bulan pas pada bayang-bayang gelap matahari. Karena bulan itu tak memiliki sumber cahaya tetapi sebagai pemantul cahaya. Maka bulan tak nampak. Dan Al Quran menjelaskan kejadian ini dalam FirmanNya ”Demi matahari dan cahaya pagi hari. Demi bulan mengiringinya. Demi siang bila menampakkannya. Dan demi malam menutupinya” (QS As Syams ; 1-4) atau juga dijelaskan dalam QS. Al Fajar 1-5 ”Demi fajar, demi malam yang sepuluh. Demi genap dan yang ganjil. Dan demi malam bila berlalu. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal”. Ayat ini menjelaskan gerhana total dan sebagian (genap dan ganjil).
ATMOSFIR BUMI DALAM AL QURAN
Dalam ilmu pengetahuan keteknikan, fungsi tekanan luar/tekanan atmosfir bumi banyak digunakan dalm memahami lapisan-lapisan luar bumi seperti Ionosfer dan stratosfer yang melindungi bumi terhadap radiasi langsung matahari. Semakin tinggi suatu tempat dari atas  permukaan air laut maka semakin kecil tekanan udaranya atau berkurang  1atm.Tekanan satu atmosfir (atm) sebesar 1.013x105  Newton /m2  atau Pascal (Pa).
Didalam bumi, oksigen mendominasi sumber gas terbentuknya dipermukaan bumi, kendati bumi berputar mengelilingi sumbunya dan mengatasi hambatan tertahap matahari dengan kecepatan tinggi namun manusia tak akan merasakan ini disebabakan oleh gaya gravitasi bumi maka semakin meninggi atmosfir dan berakibat  semakin kecil pula kadar oksigennya.
Seperti sudah disebutkan bahwa bumi terdiri beberapa lapisan udara diatas permukaan bumi, maka bila kita mendaki sebuah puncak gedung tinggi atau gunung tertinggi seperti almarhum WTC dan Himalaya akan mengalami penipisan  sehingga sel-sel hemoglobin (hb) kekurangan oksigen didalam tubuh, seperti dijelaskan tentang firman Allah dalam Al Quran ”Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi  sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit” (QS Al A’am  : 125 ).
Kalimat ”Dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki gunung” membuktikan bahwa ada perabedaan kerapatan udara diatas permukaan bumi dengan ditemukan beberapa atmosfir seperti lapisan staratosfer dan ionosfer yang berfungsi menjaring sinar matahari dan juga untuk menhancurkan semua benda langit (meteor) yang  akan menimpa bumi karena mengalami keausan akibat gaya gesekan yang ditimbulkan oleh kerapatan udara.
Dengan adanya firman Allah  menjelaskan ”seolah-olah ia mendaki langit” maka diperlukan suatu rancangan khusus yang dapat menghindarkan kehancuran suatu kapal terbang sewaktu memasuki atmosfir sekaligus membuktikan Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya tentang udara dijagad raya.
AIR DIBUMI DALAM AL QURAN
Siklus geologi-hidrologi  menjelaskan bahwa air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk kedalam tanah yang melalui proses peredaran. Banyak kandungan air disuatu tempat tergantung pada iklim terutama hujan, topografi, derajat keserangan serta vegetasi yang membetuk daerah tersebut.
Banyak ayat Al Quran menjelaskan siklus air dan manfaatnya  bagi kehidupan dimuka bumi, salah satunya mengenai konsep siklus air dijelaskan didalam Al Quran ”Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah  membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan turun di celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya, tiba-tiba mereka jadi gembira” (QS  Ar Ruum : 48).
Dalam siklus hidrologi, air melalui beberapa tahapan dipermukaan di bumi yang dimulai proses penguapan seperti misalnya di Laut melalui evapotranspirasi  yang menghasilkan uap air kemudian mmengalami kondesasi berupa awan, oleh angin bertiup yang akan menghasilkan hujan,, mengalir ke daerah-daerah tangkapan (daerah topografi tinggi) lalu meresap ke permukaan bumi dan mengalir melalui celah yang ada serta membentuk transpirasi pada suatu daerah buangan (sungai) dapat berupa pantai yang mendekati permukaan tanah, begitu berulangkali dan telah dijelaskan dalam Al  Quran. ”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya kemudian dijadikannya hancur berderai-derai” (QS.Az Zumar:21), atau ayat Al Quran menguraikan lebih jelas lagi ”Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mmengalirlah air dilembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang menggelembung” (QS. Ar Ra’d).
Masih banyak ayat-ayat Al Quran yanng menjelaskan kondisi air dibumi. Maha  Besar Allah dengan segala Firman-firmannya.  Dan ini  hanyalah sebagian Firman-firman Allah yang membuktikannya Allah itu ada. (Dari berbagai sumber)
Blog : www.paluemasgeolog.com
.

Nov 26, 2014

Fly Over, Solusi Macet Jalan Ke KNIA : Geologi Mitigasi


FLY OVER SOLUSI MACET JALAN KE KNIA
Oleh M. Anwar Siregar

Sejak beroperasinya Bandara Kuala Namu, tingkat kemacetan transportasi semakin memuncak di perbatasan kota dengan kota sub urban, hingga menimbulkan antrean panjang bisa mencapai 2 km. Perlu dipertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Bukankah Bandara KNIA itu sudah di siapkan bersatu dengan pembangunan jaringan transportasi lain? Sehingga ada tata ruang tidak seimbang dengan pembangunan dipinggiran. Begitu juga kemacetan menuju ke inti kota.
MANAJEMEN TATA RUANG
Faktor prasarana jalan penghubung ke KNIA disebut-sebut sebagai faktor biang keladi dari kemacetan dimana-mana di wilayah Medan seperti terlihat kemacetan hingga saat ini sebenarnya bagian dari keterlambatan antisipasi sejak Kuala Namu mulai dibangun. Kalau mau cari akar permasalahan kemacetan di kota Medan dapat dilihat dari kualitas manajemen perencanaan jalan jembatan atau transportasi, manajemen penataan ruang lingkungan ekologi, manaejemen tata ruang hunian dan pemerintahan, manajemen penataan lingkungan industri serta manajemen rehabilitasi keseimbangan tata ruang terpakai untuk pengembangan sumber-sumber daya kota.
Manajemen perencanaan jalan transportasi seperti pembangunan fly over di kawasan inti kota Medan ini paling terlambat dibangun dan menimbulkan kemacetan di inti kota ketika kedatangan penumpang dari luar kota. Belum lagi dikawasan itu telah berubah menjadi kawasan kuliner sehingga memadatkan ruang parker dan sebagiantelah  menghancurkan zona hijau.
Sepanjang tengah badan jalan protokol utama di wilayah Medan seharusnya sudah dibangun jalur fly over seperti jembatan fly over Pasupati Bandung dikawasan jalan Balai Kota, Iman Bonjol, Raden Saleh ataupun Putri Hijau ke Gabsut, yang memanjang dan melingkar serta menghubungkan titik-titik kemacetan dengan beberapa pintu masuk keluar ke stasiun besar kereta api Medan maupun ke kawasan Belawan serta jalan tol Tembung, tidak mengorbankan lahan milik masyarakat hanya untuk pelebaran jalan. Wilayah koridor sisi badan jalan dapat juga berguna untuk keselamatan pejalan kaki dan pedestrian lainnya,
Manejemen penataan ruang lingkungan hijau salah satu sumber kemacetan di Medan, hujan satu jam saja dapat “membangun model sungai terbaru” di dalam kawasan inti kota. Ini salah satu indikator kerentanan geologis lokal yang dapat membahayakan situasi transportasi menuju ke stasiun atau halte terdekat ke bandara KNIA, terlihat kurangnya pemahaman mitigasi yang digunakan dalam membangun antar ruang hijau dengan bangunan fisik masyarakat dan pemerintahan serta swasta. Persentase kawasan terbangun harus ada ruang hijau diantara beberapa bangunan fisik dengan perbandingan 1 hektar lahan RTH terpisah diantara 10-15 bangunan fisik terbangun, selain itu kepadatan bangunan harus terdapat ruang biopori, jarak bangunan konstruksi dengan jarak sempadan sungai harus diberi ruang maksimal 12 meter. Fungsi daerah ini sebagai media keseimbangan daerah air dan dapat juga dimanfaat dalam zona terbatas untuk jaringan utilitas bawah tanah serta jaringan PDAM.
KOORDINASI
Perlu koordinasi antar Pemda disekitar wilayah tempat keberadaan bandar KNIA sangat penting, bertujuan untuk mengendalikan kemacetan di perbatasan kota terutama efek peningkatan kapasitas jasa transportasi dalam suatu tata ruang Mebidang, memerlukan kajian terhadap dampak pembangunan jalan dan infrastruktur yang menyertainya yaitu sistim kesatuan drainase dan pola banjir yang melibatkan pergeseran dan perusakan atau okupasi ruang terbuka hijau di segala lini yang berhubungan dengan lingkungan air, ruang parkir dan median jalan yang berhubungan dengan jaringan utilitas yang masih tumpang tindih
Koordinasi tata ruang transportasi sangat penting dalam memetakan persoalan kesemrawutan infrstruktur jalan dengan kondisi pemukiman, drainase, dan sistim perparkiran tanpa harus menghancurkan ekologi hijau. Dengan memetakan desain pola pergerakan kawasan suatu geografis yang membentuk suatu kondisi hunian terdekat ke KNIA maka pembuatan master plan akan lebih mudah sehingga dinamika transportasi akan ditemukan solusi yang tepat bagi proyek besar berikutnya tanpa harus mencari kambing hitam akibat terjadinya kemacetan seperti sekarang.
Kemacetan mulai nampak di inti kota Medan, menerus ke kawasan selatan Medan terutama sebelas titik ruang kemacetan yang penulis catat antara lain dikawasan PDAM menerus dan melewati Rumah Sakit ke Simpang Raya hingga Makam Pahlawan, selanjutnya ke Simpang Limun menerus ke Sp. Samsat dan Sp. Marindal menerus ke fly over Amplas. Lalu pergerakan lambat terjadi lagi di kawasan perbatasan mulai dari Poldasu jika terjadi banjir, menerus ke Simpang Ujung Serdang-wilayah Deli Serdang lalu ke gerbang tol Tamora dan Simpang kayu besar menerus ke Simpang Kota Tamora melewati jembatan Belumai.
Kemacetan terjadi juga dari arah Sp. Pos Padang Bulan ke Kampung Baru-Deli Tua terus ke Sp Marindal untuk ke Tamora, semua pergerakan tersebut menuju ke satu titik dan mengingatkan penulis pada bentuk leher botol, menyumbat, sempit dan tidak ada ruang alternatif, bukan berpencar dengan beberapa ruas terbuka menuju ke KNIA.
Ketika KNIA beroperasi terjadi kemacetan dan diperparah lagi oleh tata ruang wilayah di kota Sub Urban di perbatasan kota Medan, pola pembangunan tata ruang fly over di perbatasan Medan dengan kota satelitnya merupakan salah satu alternatif untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan fisik transportasi kota Medan dan jalan lingkar dalam maupun lingkar luar yang masih terbatas menuju ke KNIA.

M. Anwar Siregar
Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer, 
Blog paluemasgeolog

Medan Belajar Bencana Banjir Jakarta : Geologi Mitigasi


MEDAN BELAJAR BENCANA BANJIR JAKARTA
Oleh : M. Anwar Siregar

Hari-hari belakangan ini kita disibukkan oleh berbagai bencana banjir dan angin puting beliung yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, bencana diakibatkan oleh berbagai kondisi fisik pembangunan yang terjadi dan lebih fokus pada orientasi kemajuan ekonomi dengan mengabaikan berbagai faktor bencana alamiah. Pembangunan fisik Jakarta harus merupakan pelajaran berharga bagi kemajuan pembangunan fisik di Medan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kajian bahaya geologi dan risiko lingkungan, aspek pertimbangan bahaya dari berbagai mega proyek pretisius, dan seleksi kajian prioritas pembangunan secara seksama dalam tata ruang, khususnya dalam pengendalian bahaya bencana banjir.
Belajar dari bencana banjir Jakarta dan di Asia Tenggara merupakan upaya mitigasi dalam pengurangan risiko (disaster risk reduction management). Tujuan utamanya untuk mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada perencanaan lingkungan dalam suatu tata ruang kota Medan adalah tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu kegiatan peredaman atau mitigasi ketataruangan kota dari ancaman bencana dan mencegah banjir dengan mengidentifikasi berkurangnya daerah resapan dan membuat beberapa kawasan sebagai daerah biopori.
KAJIAN LINGKUNGAN KOTA
Mengkaji tingkat kerentanan dan kerawanan infrastruktur fisik dalam lingkungan tata ruang kota Medan dari risiko bencana sangat penting, karena dengan mengetahui tingkat kerentanan infrastruktur suatu sarana kawasan tertentu dalam tata ruang kota Medan akan dapat memberikan gambaran perkiraan tingkat kerusakan terhadap hasil pembangunan fisik bila ada faktor berbahaya tertentu.
Pentingnya dilakukan pengkajian-pengkajian lingkungan bahaya alam banjir dan risiko yang ditimbulkannya. Banjir yang terjadi di Jakarta harus merupakan bagian dari pengkajian tersebut. Bahwa memahami keadaan lingkungan adalah faktor utama yang menentukan kerentanan terhadap bahaya alam dan pembangunan di masa mendatang. Kerusakan lingkungan akibat laju pembangunan fisik telah diakui sebagai salah satu dari faktor-faktor kunci yang berperan meningkatnya korban jiwa manusia, kerugian harta benda dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bahaya dan merupakan kajian georisk.
Sebagai contoh, penggundulan hutan di sekitar bantaran dan daerah aliran sungai oleh proses pelebaran pembangunan lantai dan lahan ruang parkir suatu pembangunan fisik akan mengakibatkan adanya pengendapan di dasar sungai, sehingga menyebabkan bahaya kekeringan dan banjir yang lebih parah. Pengelolaan reklamasi sungai yang tidak baik dan pengurugan tebing sungai untuk pelebaran dan penutupan ekologi hutan di bantaran sungai merupakan kunci “penyakit bahaya bencana banjir” tahunan. Studi kasus di Jakarta dapat dilihat pada tata ruang pantai utara dan kawasan Ciliwung yang membelah Jakarta. Gambaran serupa ada juga di Medan, dapat dilihat di lokasi banjir daerah elit perumahan Gubernur menerus ke kawasan Medan Maimun yang di belah oleh Sungai Deli dan Sungai Kwala.
Bencana tersebut bisa ditimbul oleh berbagai proyek-proyek besar dan setiap bantaran sungai telah kehilangan akar hijau, dan hal ini merupakan bagian dari proses pengkajian lingkungan dan perlu diperhitungkan bagi ruang hijau yang masih “perawan” dalam perancangan dan perencanaan tata ruang di masa mendatang. Mengukur berbagai manfaat-manfaat pengurangan risiko dalam pemberian izin kelayakan fisik proyek yang stabilitas tanahnya telah diidentifikasi rentan bencana untuk mendukung manajemen lingkungan yang lebih baik.
PERTIMBANGAN BAHAYA
Banyak pedoman pengkajian mencakup daftar isu-isu keberlanjutan lingkungan yang mungkin relevan untuk mengkaji jenis-jenis intervensi pembangunan. Beberapa daftar yang memberikan contoh pembelajaran banjir di Jakarta dan merupakan refleksi bagi tata ruang Medan, berhubungan dengan resiko bencana yang sebaiknya dipertimbangakan dalam melakukan pengkajian bahaya lingkungan terhadap proyek-proyek di wilayah-wilayah rawan bahaya banjir di Kota Medan sebagai berikut : 1. Proyek energi, dampak yang ditimbulkan dari proyek-proyek penggunaan peralatan listrik terhadap pengukuran hantaran listrik formasi susunan batuan untuk mengetahui probabilitas kekuatan batuan dan tanah dasar pondasi. Dampak penggunaan lain dari proyek energi listrik tenaga air yaitu adanya perubahan pola aliran air dan banjir. 2. Efek peningkatan pembangunan transportasi, kajian yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adalah dampak pembangunan jalan dan infrastruktur yang menyertainya terhadap sistim kesatuan drainase dan pola banjir yang melibatkan pergeseran dan perusakan atau okupasi ruang terbuka hijau di segala lini yang berhubungan dengan lingkungan air. 3. Pengembangan pembangunan perkotaan, dampak pembangunan terhadap kapasitas jasa dan layanan umum seperti listrik, gas, telepon dan air untuk mencegah risiko banjir yang semakin besar terutama pembangunan jaringan utilitas yang tumpang tindih disekitar saluran drainase. 4. Sistim tempat pembuangan akhir sampah, relokasi ruang memadai untuk mencegah sumber-sumber penyakit lingkungan yang baru, sistem selokan/saluran air tidak memadai atau layanan pengumpulan sampah sehingga menyebabkan pembuangan sampah ke dalam selokan dan saluran air.
5. Penambangan bahan galian sungai, implikasinya terhadap kekeringan dan banjir serta erosi tanah terhadap kedalaman air sebagai dampak kegiatan penambangan di sekitar hulu dan hilir sungai dan pemukiman terhadap bahaya lingkungan dalam jangka pendek. 6. Pengkajian bahaya pertanian dan kehutanan, dampak pada erosi tanah dan konsekuensi terhadap tingkat pelestarian air, pengendapan daerah hilir dan banjir. Kemampuan usulan proyek terhadap dampak kekurangan air hujan akibat perusakan dan pengalihan fungsi taman hutan baik disekitar DAS maupun taman paru kota serta kemampuan dalam membangun kapasitas masyarakat lokal dalam menghadapi risiko bencana dan risiko lainnya. 7. Pengkajian dampak kerusakan pantai, abrasi pantai dan kemampuan terhadap perlindungan berbagai jenis hutan untuk perlindungan dari berbagai ancaman bencana akibat laju peningkatan pembangunan proyek fisik berat di sekitar pantai, kemampuan rehabilitasi dan reklamasi akibat perusakan lingkungan hutan bakau, kemampuan pengendalian bencana banjir bandang raksasa di wilayah utara Medan.
MEDAN BELAJAR BANJIR
Medan sudah harus mempersiapkan data-data berbagai instrumen kerentanan fisik di berbagai wilayah tata ruangnya yang mencakup kekuatan tanah, permeabilitas tanah dan air serta tanah dasar [batuan] yang berhubungan sifat geoteksnis tanah, data instrumen gelombang seismik ke permukaan, pemetaan arah lintasan zonasi banjir dan banjir bandang, pengaturan kepadatan bangunan, lingkungan dan sosial penduduk serta kemampuan sebaran sumber daya ekologi, sumber daya geologi dan sumber daya ekonomi sebagai tindakan keberlanjutan pembangunan tata ruang di kota serta berbagai upaya tindakan pencegahan bagi pelanggaran aturan tata ruang agar tidak menimbulkan konflik antara pemerintah dengan rakyat.
Ada beberapa tindakan dalam pengkajian lingkungan sebelum terjadinya suatu bencana lingkungan agar tidak menimbulkan resiko darurat, memastikan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya alam telah dikaji dan dikelola melalui manajemen geohazard dan georisk yang profesional, berikut ini ada beberapa : pertama, proses pengkajian lingkungan sebaiknya mencakup pengumpulan dan mengenai bahaya alam banjir yang membelah tata ruang wilayah kota Medan dengan studi kasus perbandingan dengan kota Jakarta dan Bandung serta risiko yang menyertainya sebagai langkah pertama yang penting dalam mengkaji berbagai jenis proyek fisik secara menyeluruh. Temuan-temuannya digunakan untuk menentukan apaka risiko bencana sebaiknya diteliti secara lebih terperinci pada proses penilaian proyek selanjutnya. Contoh, pembangunan kanal banjir yang belum berfungsi optimal.
Kedua, analisis sistematik tentang potensi konsekuensi yang berkaitan dengan risiko bencana yang ditimbulkan sebelum pembangunan proyek fisik di mulai, dampak-dampak lingkungan sebaiknya dimasukkan sebagai komponen penting dalam proses pengkajian lingkungan dalam wilayah rawan bencana banjir.
Dengan upaya mitigasi banjir, maka Medan siap menjadi kota yang layak huni dan humanis dengan lingkungan dalam menghadapi berbagai bencana alam di era global.

M. Anwar Siregar
Pemerhati masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer
Blog paluemesgeolog

Fenomena Badai Badai Tropis El Lena -El Nino: Geologi Disaster


FENOMENA BADAI TROPIS EL LENA – EL NINO
Oleh : M. Anwar Siregar

Perubahan iklim dan cuaca diakibatkan terganggunya sistim peredaran udara, terimbaskan pada kehidupan manusia didaratan. Implikasinya karena panas suhu lautan menimbulkan awan tebal dan menghasilkan angin yang kencang dengan efek coriolis karena sebagian badai tidak mencapai belahan Bumi lain namun berubah haluan dengan mengirim banjir.
Banjir bandang, longsoran tanah atau gerakan tanah, angin topan yang akhir-akhir ini terjadi di berbagai negara di dunia, khususunya Indonesia telah banyak manusia jatuh korban dan material harta dan sarana infrastruktur yang rusak. Perubahan iklim alam pada abad 21 ini, terutama pada daerah tropis pada kawasan khatulistiwa, badai-badai tropis pada umumnya terjadi di negara-negara Asia Timur, Asia Pasifik Selatan, Asia Tenggara dan sebagian wilayah Amerika Serikat seperti Florida dan China, Vietnam serta Philipina.
Badai tropis lahir didaerah khatulistiwa dan membesar di luar kawasan tropis dan mampu memindahkan benda-benda sejauh lebih 100 kilometer. Hujan salah musim yang sering terjadi di kawasan khatulistiwa telah menimbulkan bahaya banjir, dan belum berakhirnya musim hujan, datang lagi badai tropis berupa angin kencang, selaras dengan itu, dibelahan bumi lain mengalami musim kemarau yang berkepanjangan. Apa yang menyebabkan semua ini?
Banjir yang banyak melanda kawasan di muka bumi, misalnya di bangladesh, dan China, terakhir di Indonesia. Disebabkan terjadinya perubahan iklim karena pemanasan global akan mempengaruhi perubahan air laut karena mencairnya es di kutub selatan. Banjir-banjir yang terjadi di Indonesia selama tiga bulan terakhir ini seperti yang terjadi di Jawa Tengah, malang, bali, Pekanbaru, Aceh, Sumatera Utara dan juga Bukit Tinggi (padahal daerah ini termasuk jarang banjir karena topografinya berada di Bukit yang tinggi dan paling tinggi di Sumatera Barat) mengalami banjir akibat perubahan iklim dan cuaca.
Indonesia yang terletak pada daerah khatulistiwa sangat rentan mengalami perubahan iklim dan cuaca dari lapisan laur permukaan bumi. Lapisan permukaan atmosfir (lapisan bagian terluar dari planet kita), dimana lapisan atmosfir itu dibagi tiga lapisan, yaitu lapisan traposfer yang berada pada ketinggian 16 km pada khatulistiwa, sedangkan pada daerah kutub mencapai 10 km dari permukaan laut, lapisan stratosfer merupakan bagian lapisan atmosfir yang ditengahnya dipisahkan ketebalan1 dan 2 km (sub stratosfer), dilapisan ini terdapat udara yang tidak mempunyai kelembahan dengan ketinggian dari permukaan bumi, dari 25-70 km (bahkansampai 100 km). Lapisan terakhir adalah ionosphere yang terletak pada ketinggian 76-150.
Semua gejala alam ini disebabkan oleh kondisi iklim dan cuaca yang berubah dipicu oleh ulah manusia yang semakin bandel. Selain itu, alam juga mulai melakukan pembalasan setimpalnya terhadap manusia yang merusak kondisi ekosistim bumi seperti penghancuran dan pemboman terumbu karang, gundulnya hutan-hutan tropis dan hutan basah, berterbangan zat-zat kimia di angkasa raya dan menyebabkan suhu bumi meningkat tajam dan pada akhirnya melelehkan es di kutub selatan dan hancurnya megaberg (gunung es) yang ada di Antartika yang akan mulai menaikkan air permukaan laut beberapa cm sampai lebih 1 (satu) meter setiap tahun pada permukaan air laut. Pada gilirannya menyebabkan suhu laut berubah-ubah dan musim pun datangnya tidak tetap. Dari ini lebih dikenal dengan nama El Lena dan El Nino. Dua nama fenomena alam yang sangat menakutkan karena juga mempunyai beberapa “anak-anaknya” yang sangat bandel tersebar dibeberapa kawasan tropis dan selalu mengamuk serta mengirim “kado” mengerikan berupa banjir topan untuk manusia sebagai malapetaka agar mawas diri.
Untuk memantau berbagai kejadian alam terutama badai-badai tropis diperlukan sebuah radar untuk memantau arah dan besar angin pada daerah-daerah lapisan traposfer dan stratosfer dan kemudian dipetakan dengan menggunakan gelombang radar. Dengan menggunakan azas Doppler, yaitu mengamati gema, gelombang yang dipantulkan oleh lapisan-lapisan atmosfer akan dapat ditentukan kecepatan angin menjauh dan mendekati pengamat (melalui peralatan teknologinya). Gema itu terjadi karena adanya sebaran balik dari lapisan angkasa, pengamatan tidak bergantung kondisi cuaca, teramati terus menerus. Dengan menggunakan beberapa jenis gelombang pada daerah VHF dan UHF sekitar 50,4000 dan 900 MHz. Dengan mengatur pulsa gelombang yang memancar akan diketahui arah dan kecepatan angin yang mendekati dan menjauhi pengamat. Contohnya, bila sebuah sirene mobil terdengar menggelagar berarti mendekati si pengamat, dan begitu juga bila pemantulan dari lapisan gelombang mengecil, berarti menjauhi pengamat maka dideteksi satuan dalam detik, dalam arah vertikal maupun horizontal.
DINAMIKA LAPISAN ATMOSFER
Gerak bumi menimbulkan perbedaan panas antara tempat yang mempunyai latitude rendah di Bumi dan juga terdapat perbedaan lapisan-lapisan atmosfir, yang akan menentukan hembusan gerak angin berkecepatan tinggi ke arah tekanan udara rendah. Pada lapisan traposfer terdapat udara yang berhembus secara horizontal maupun vertikal, dimana gerakannya anti siklon maupun siklon (etxtrim mobility). Suhu udara yang selalu berubah-ubah, yang berubah bentuk melalui proses kondesasi menjadi awan, hujan dan salju. Didalam lapisan ini, terkandung jumlah debu yang banyak karena ketingginya dekat dengan permukaan bumi, ketika angin berhembus debu ini dari berbagai permukaan bumi, baik dari lautan, daratan, yang umumnya berupa unsur-unsur sumber polutan seperti pembakaran hutan, batubara, hasil letusan gunungapi, yang berakibat pada permukaan lapisan traposfer berubah menjadi gelap atau kelabu dan akan sedikit mengurangi isolasi permukaan bumi.
Faktor lain yang menyebabkan banyaknya perubahan cuaca dilapisan atmosfir bumi adalah panas yang terdapat didalam lapisan bumi. Disebabkan pada setiap lapisan di dalam bumi memiliki sifat kekentalan yang berbeda dan tidak merata dan menghasilkan penghantaran panas ke udara atmosfer juga berbeda pada setiap geografis.
Dengan perbedaan ini, ada udara yang naik membumbung tinggi sampai pada suatu tahap altitude yang tinggi diatas suatu wilayah. Secara bertahap udara mendingin dan menjadi berat, dan akibatnya udara mulai balik ke permukaan bumi. Inilah yang menimbulkan sirkulasi : Udara panas membumbung ke atas, sedangan udara dingin turun ke permukaan bumi. Tetapi ada juga bergerak horizontal yang dikenal sebagai angin. Selanjutnya angin bisa datang berhembus dari tempat berbeda sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang tidak konstan/temporer didalam kondisi-kondisi lapisan atmosfir Bumi.
SIKLON TROPIS
Desakan udara ruang lapisan atmosfir, akan menmbulkan gangguan yang tidak permanen, slalu brubh-ubah terhadap kehidupan manuia dan makhluk hidup lainnya di Bumi. Ini dapat ditimbulkan dalam bentuk gangguan udara, yaitu kecepatan pergerakan angin yang kencang/extrim mobility, dingin, dan curah hujan. Jika terjadi badai, akan menimbulkan fwnomena gelombang badai laut (tsunami), angin puting beliung, banjir kiriman, dan sebagainya.
Badai tropis, lahir dikawasan tropis dekat daerah khatulistiwa antara 5o LU (Lintang Utara) dan 5o LS (Lintang Selatan). Kawasan ini dipengaruhi oleh efek perputaran rotasi bumi. Yang mengakibatkan perpindahan udara, seperti yang sudah dijelaskan diatas, udara bergerak kearah tinggi dan sebagian bergerak ke daerah rendah akan di blok oleh gaya Coriolis. Mnurut hukum Farrel, angin yang bergerak dibelahan utara jika mencapai khatulistiwa akan memblok ke kanan karena gaya Coriolis, sebaliknya, angin dibelahan bumi selatan yang bertiup menuju khatulistiwa akan dibelokkan ke kiri. Untuk mengetahiunya, melalui satelit geostasioner dengan ketinggian 140 km diatas permukaan bumi. Di latar monitor stasiun pemantau akan nampak seperti spiral. Kesimpulannya, angin dari utara akan berlawanan pergerakannya dengan arah jarum jam, sebaliknya di selatan khatilistiwa akan searah dengan jarum jam.
Angin yang berasal dari belahan bumi utara lebih dikenal sebagai siklon, yaitu massa udara yang bersirkulasi tekanan udara rendah dengan arah berlawanan dengan jarum jam, sedangkan anti siklon adalah massa udara bersirkulasi dibelahan bumi selatan dengan selaras pergerakannya arah jarum jam, brtekanan tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Badai siklon, lahir dari hasil depresi pada lintang sedang, umumnya terjadi didaerah tropis da dikenal sebagai siklon tropis, muncul dipermukaan laut dikawasan yang berdiameter 200-400 kilomete, dengan suhu harus melewari 25o Celcius.
Anti siklon juga merupakan angin lemah dan selalu berubah-ubah, bergerak searah jarum jam mengelilingi pusat tekanan tinggi dan memotong isobar dari pusat tekanan tinggi, yang menyebabkan kondisi/keadaan yang tidak stabil pada kolom udara atau pada tekanan rendah pada permukaan laut menimbulkan angin topan (Hurricane) dan umumnya terjadi di daerah tropis dan juga membesar di kawasan tropis pada garis lintang 6o-30o.
KEKUATAN DAN KECEPATAN BADAI TROPIS
Siklon tropis dapat bergerak atau berpindah tempat asal menuju ke tujuan/kawasan tertentu melalui gelombang di daerah sedang tetapi lintang tinggi dan di kenal ekstra siklon dan sifatnya merusak, siklon tropis bisa juga terjadi diatas laut dengan kecepatan sedang sampai yang sangat kuat, atau dikenal Hurricane (nama yang dipakai sebagai nama internasional dari badai tropis). Yang terakhir dikenal dengan pergerakan tornado, yaitu badai dengan kekuatan kecil, tetapi dengan kekuatan kecepatan angin yang bergerak cepat dan sangat kuat.
Kemampuan badai tropis dalam memindahkan massa berjuta-juta milyar bisa melalui kecepatan tertentu. Pada umumnya suatu siklon bergerak pada kecepatan tinggi yang progresif, diukur dengan tekanan sekian meter, per detik, suatu siklon mempunyai kecepatan antara 30-70 (70-120 km/jam) diatas laut, menyentuh dan memutar permukaan laut dengan cara rotasi, selanjutnya menerbangkan bahan-bahan apa saja yang ada disekitarnya dan meliputi kawasan tertentu diatas 3.000.000.000. ton per jam.
Anti siklon bergerak lambat, tetapi secara bertahap mampu menambah tekanan melebihi 120 km perjam dan kemudian berubah haluan akan menjadi berbahaya karena akan timbul efek tebal dan hujan salah musim seperti di Sumatera, menghasilkan banyak smog dari kawasan industri karena anti siklon bergerak pada hari-hari teratur, biasa ke kawasan bersih tetapi juga langsung balik ke kawasan-kawasan industri yang banyak membuang polutan dan membentuk smog.
Siklon tropis terjadi lebih 100 kali dalam 1 tahun dan mampu menghancurkan dan meninggalkan kerugian diatas 25 milyar dollar AS.
ENSO
Kondisi iklim di daerah kepulauan yang dikelilingi lautan yang luas seperti Indonesia, Philipina dan Inggris sangat dipengaruhi oleh kondisi ekstrem oleh gejala El Nino Southern Oscilation atau ENSO. Perubahan kondisi perairan laut Indonesia banyak disebabkan oleh gejala ini terutama di Indonesia bagian Timur yang berbatasdengan laut Pasifik dan Australia dan juga di pantai barat sumatera dari Kepulauan Enggano menerus ke utara Aceh yang dipengaruhi oleh anomali lautan samudera hindia atau indian dipole mode positif event (IDME) dan pergerakan lempeng-lempeng bumi yang mempengaruhi curah hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia.
EL LENA (Si Dingin)
Badai El Lena atau ENSO El Lena adalah sebuah julukan terhadap suatu fenomena alam terhadap menurunnya suhu permukaan air laut atau dingin diwilayah Pasifik bagian Tengah hingga dibawah toleransi. Penurunan suhu juga dibarengi oleh penguatan arus naiknya suatu permukaan air laut akibat gejala dari perubahan-perubahan iklim yang menimbulkan dan mencairnya es, runtuhan salju es dibeberapa pegunungan yang banyak terselimutkan es.
Kondisi ini diikuti dengan munculnya tiupan angin pasat yang kencang di kawasan Pasifik. Kondisi suhu ini menyebabkan kondisi suhu air laut di Pasifik bagian Barat naik. Peningkatan kenaikan permukaan air lautakan meningkakan resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan global telah meningkatkan suhu permukaan air laut berkaitan langsung dengan badai dan topan yang ganas sering melanda negara-negara tropis dan banjir bandang seperti di Bangladesh dimana permukaan daratan pantainya hanya beberapa meter diatas permukaan air laut.
Dan negara-negara di Pasifik, dimana daratannya langsung berbatas dengan air laut, akan menghadapi suatu kendala berupa banjir dan angin puting beliung. Menghadapi masa depan yang sangat menakutkan. Didaerah Pasifik ini, terdapat daerah perlombaan persenjataan yang diuji  coba langsung di lautan. Apa hubungan persenjataan di lautan? Hasil uji coba ini, dimana kita sudah ketahui bahwa dalam senjatan nuklir banyak mengandung zat-zat radioaktif yang tinggi dan dapat mempengaruhi kondisi iklim di atmosfir bumi. Imbasnya, akan langsung dapat mencairkan dan meningkatkan laju panas matahari ke Bumi terutama ke daerah kutub selatan yang banyak terdapat bongkahan es sisa zaman es. Gejala naiknya suhu air laut, akan mencairkan permukaan es dan menambah tinggi permukaan air laut dan dapat menenggelamkan daerah-daerah yang ada di Pasifik.
Dimana negara-negara Pasifk terkeal keindahan pantainya dengan pasir yang bersih dan luas akan berubah mengalami pengerosian dan intrusi air laut, karena memanasnya suhu air laut akan meningkatkan suhu permukaan bumi, bertambah tinggi berarti juga melajukan peningkatan erosi pantai. Perbandingannya bila lautan mengalami peningkatan/naik permukaan sebesar 10 cm berarti akan hilang sekitar 10 meter pantai. Dan berakibat terjadinya kemunduran pertanian dan pariwisata.
Kekuatan dari badai tropis Lena mulai dari 550 milibar hingga 980 milibar. Muncul di daerah Samudera Pasifik, Laut Maluku dan Teluk Australia, dan keudianbergerak cepat kearah Barat, disebelah selatan Pulau Jawa atau Samudera Indonesia, El Lena akan bertemu dan bergabung dengan beberapa anaknya seperti si Betty nan judes, si Willy yang bengis, semua anaknya si Lena ini dikenal sebagai badai tropisyang termuda di kawasan-kawasan Pasifik.Mereka menggabungkan kekuatan untuk mengamuk disekitar daerah tropis yang akan mengalami peningkatan suhu yang dingin berubah menjadi suhu yang tinggi. Bila dilihat dari satelit yang ada, maka terpantau melalui data yang ada di BMG, berada pada posisi koordinat 15-17 Lintang Selatan dan 125-130 derajat Bujur Timur, untuk mendekati barat daya dan terus  kearah Timur. Dimana wilayah ini terdapat wilayah Asia rentan hantaman badai tropis seperti amukan si Betty yang sering terjadi di Philipina, terus pergi ke Bangladesh atau juga menghantam wilayah Indonesia berupa angin puting beliung. Karena diperparah oleh kondisi awan yang tebal dan menimbulkan penarikan kekuatan dengan kecepatan 40 knop atau 70 kilometer per jam.
Wilayah yang tidak mengalami peningkatan naik suhu permukaan air laut, justrunya mengalami pendinginan akan menimbulkan efek siklon atau typhon di Australia dan Pasifik yang akan menghasilkan badai Hurricane dengan banjir yang luar biasa seperti yang terjadi di Ekuador dan Peru pada tahun 1982, sebaliknya di Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang.
EL NINO (Si Panas)
Kebalikan dari El Lena, El Nino ini termasuk gejala alam yang terbandel karena ulah yang ditimbulkan selalu membuat cuaca dan iklim selalu berubah. Akibatnya banjir dan sanggup menenggelamkan beberapa pulau atau desa-desa seperti di wilayah Indonesia yang berhubungan dengan lautan dan topografi rendah atau hampir bersentuhan dengan air laut.
Kebalikan dari El Lena, El Nino julukan fenomena alam yaitu karena peningkatan suhu permukaan laut atau memanasnya air laut yang timbul karena mencairnya es, dimana es yang ada di kutub berfungsi sebagai pengimbangan suhu tetap dengan kondisi netral berubah menjadi air dan bergabung untuk meningkatkan ketinggian permukaan air laut. Dampaknya musim panas.
Karena ulah manusia dengan teknologinya yang banyak menyebarkan zat-zat terhadap lapisan ozon yang berfungsi untuk mencegah lapisan ultra violet ke kutub selatan secara langsung memanaskan es berubah mencair. Setelah itu bagian kawasan ini mengalami pendinginan, dilain pihak, di Samudera Pasifik mengalami pemanasan laut yang tinggi, gejala ini kemudian berkembang menjadi arus panas yang menjalar ke wilayah khatulistiwa terutama diwilayah Indonesia yang terletak di garis equator sehingga menyulitkan peramalan perkiraan cuaca.
Ulah El Nino akan mengakibatkan munculnya berpuluh kali musim kemarau yang panjang dan kering seperti yang pernah dialami oleh Indonesia tahun 1982-1983. Seperti dijelaskan diatas El Lena dikenalkan memanaskan suhu air laut di wilayah Pasifik, baik arah Tengah dan Timur suhu naik akan menimbulkan banjir yang hebat maka di kawasan Barat dan Selatan mengalami musim kemarau yang berlangsung setiap tahun.
Gejala El Lena di Indonesia sudah dimulai lebih cepat, yaitu terjadinya banjir di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur pada bulan Oktober atau November, sedangkan El Nino terjadi sekitar bulan Desember yang berkaitan dengan perputaran bumi dan sistim arus laut yang terdapat di Samudera Pasifik, Pantai Timur Afrika menjadi hangat, sementara suhu muka laut di Sumatera hingga ke selatan Nusa Tenggara mendingin.
AKIBAT BADAI TOPAN TROPIS
Siklon-siklon tropis diketahui mampu melemparkan benda-benda yang cukup berat, hampir ke jarak 500-600 km. Contohnya, banjir besar akan menenggelamkan sebuah kota bila kecepatannya 70 m/detik atau 200 km per jam akan menimbulkan pusaran air menuju ke lepas pantai, dari sini bisa berlanjut ke aliran air berupa banjir bandang ke kota akan mencapai lebih 300 meter tingginya.
Banyak negara yang telah mengalami banjir bandang disertai dengan longsoran seperti Indonesia (sekarang di pulau Sumatera dan Jawa baru-baru ibi), Bangladesh, India, Pakistan dan China akibat tingkat curah hujan yang tinggi dan angin topan mampu menenggelamkan beberapa kota dan desa, terutama negara yang permukaan daratannya rendah diatas permukaan laut. Misalnya Teluk Bengal di Sri Lanka telah menelan korban 3000 jiwa, Teluk Padang (Sumatera Barat) yang sedang mengalami pada bulan November 2000.
El Lena sama dengan permukaan air laut naik disebabkan oleh mencair es yang mengalami pemanasan menjadi air kemudian menimbulkan bahaya banjir karena naiknya beberapa cm sampai 1 meter permukaan air laut. Selanjutnya juga menaikkan uap air dan awan tebal di tiup ke daratan untuk menimbulkan hujan seperti dalam siklus geologi-hidrologi. Sebaliknya El Nino adalah suhu laut naik disebabkan oleh es berubah mencair akibatnya suhu naik yang menimbulkan musim panas atau musim kemarau selanjutnyaakan mengalami lagi pendinginan. Begitulah setiap tahun bergantian bekerja  sama kedua fenomena alam ini yang sudah banyak menerima “upeti” berupa harta dan nyawa milik manusia itu sendiri.
PENUTUP
Melihat kemampuan siklon tropis dalam memindahkan massa air terjun lebih 300 km, maka daerah yang dilalui akan mengalami musibah banjir, gangguan angin, tebaran debu, dan hujan salah musim, naiknya permukaan air laut akibat memanasnya air laut (EL Nino dan El Lena). Diperlukan kemampuan teknologi dalam peramalan yang canggih di Indonesia, karena wilayah ini tergolong kawasan yang selalu mengalami gangguan cuaca dan iklim.
Berarti para geologist yang bekerja pada BMG (Badan Meteorologi Geofisika) harus memiliki fakta-fakta berupa data-data geologi dimasa lalu (proses-proses perubahan geologi yang pernah berlangsung hingga sekarang dan masa akan datang) dapat memberikan buah pikiran mereka. Untuk menginformasikan data-data suatu daerah terutama mengantisipasi banjir kiriman/banjir bandang, daerah longsor (kerentanan gerakan tanah) dan perubahan-perubahan iklim di Bumi melalui geologi foto (penginderaan jauh) dari satelit NOAA guna mengetahui kelakuan dan analisa sifat udara hingga mampu mengurangi bahaya korban.

M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer
Blog Paluemasgeolog

Related Posts :