Apr 23, 2015

TATA RUANG GUNUNGAPI DALAM PERSPEKTIF ISLAM : Geologi Mitigasi

TATA RUANG GUNUNGAPI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : M. Anwar Siregar
Pembangunan tata ruang gunung api di Indonesia merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak, mengingat beberapa kearifan lokal telah ditinggalkan oleh masyarakat akibat arus deras modernisasi sehingga data informasi geologi sebagai dasar pembangunan fisik serta pemanfaatan informasi geospasial tematik sudah harus dijadikan fokus utama dalam mereduksi sejumlah kehancuran fisik di sekitar daerah rawan bencana letusan gunung api serta meredam trauma bencana gunung api di Indonesia, mengingat lagi bahwa 60 persen tata ruang kota besar sedang berada dalam lingkungan ancaman bencana gunungapi. Dengan kata lainnya, kita harus menata ruang di sekitar gunung api agar dapat hidup harmonis dengan kemajuan pembangunan.
REFLEKSI BENCANA
Kehancuran beberapa tata ruang kota yang berada dalam radius ancaman gunung api di Indonesia dapat diminimalkan melalui aspek penataan ruang wilayah yang berketahanan bencana, yang dikaji dari pemetaan karakteristik geologis dan pemanfaatan semua data-data kerentanan tanah dan informasi geologis kegempaan lokal yang tinggi (local seismic zonatian map)serta percepatan kekuatan batuan dalam menghadapi perubahan deformasi fisik bumi.
Refleksi dari sejarah kebencanaan tata ruang gunung api di Indonesia sudah harus benar-benar dijadikan pelajaran. Bahwa letusan gunung api di berbagai daerah merupakan peringatan untuk menata ulang kembali tata ruang yang telah mengalami gangguan ekologis dampak dari manusia yang memandang dan memahami lingkungan atau alam itu sebagai realitas yang terjadi sendiri. Pola pikiran seperti ini harus dirubah.
Refleksi dari bencana lingkungan di gunung api, manusia Indonesia bercermin dari budaya kearifan lokal yang telah teruji secara empirik, dan telah menjadikan masukan besar bagi pengetahuan dalam penanggulangan bencana alam, refleksi tersebut dapat dilihat dari beberapa literatur kearifan lokal tentang kejadian bencana alam gempa, tsunami dan penataan ruang lingkungan hutan di kaki gunung api, sehingga manusia yang menganggap dirinya sebagai makrokosmos yang membungkus manusia sebagai yang lebih besar dari alam harus tetap bercermin dari budaya tersebut bahwa sumber bencana alam khsusunya di kaki gunung api adalah manusia sesungguhnya.
Kitab Al Quran surat QA Al Hadid, 22-24 mengayatakan sebagai berikut : Tiada suatu pun bencana yang menimpa di Bumi atau pada dirimu sendiri, melainkan sudah ada “Kitab” (catatan) sebelum kami (Tuhan) mewujudkannya. Sungguh bagi Allah, Yang demikian itu mudah”. Lihat sumber utamanya di dalam suatu penataan ruang wilayah baik dari sudut penataan vertikal maupun dalam penataan horizontal, yang sudah tertata dengan baik oleh alam hancur akibat keserakahan manusia.
TATA RUANG GUNUNGAPI
Dalam perencanaan tata ruang wilayah akan dibagi beberapa sistimatika karakteristik bentang alamnya, khususnya gunung api di bagi beberapa kawasan rawan bencana (KRB) dan zona aman bencana letusan gunung api, setiap kawasan atau zona tersebut harus dipatuhi. Kajian ini dibagi dua pandangan yaitu dari Perspektif Islam dan Perspektif Geologi Tata Ruang Lingkungan. Dilihat dari perspektif Islam bahwa manusia wajib menjaga lingkungan, menjaga keseimbangan alam, tidak menghancurkan, manusia diwajibkan untuk memahami bahwa lingkungan Bumi itu sebenarnya memiliki “nyawa”. Dalam perspektif geologi tata ruang gunung api, harus memperhitungkan fakta ekologis yang memiliki keragaman secara horizontal dan secara vertikal.
Keragaman secara horizontal terkait dengan perbedaan bentang alam/bentuk lahan, tubuh tanah dan litologi yang skalanya dapat dibagi dari tingkat terkecil. Sedang keragaman vertikal terkait dengan iklim, vegetasi, fauna dan manusia yang beraktivitas di suatu wilayah, misalnya disekitar kaki pegunungan. Pada sisi lainnya, wilayah juga dapat dibagi atas berbagai satuan lahan berdasarkan kesamaan karakteristik horizontalnya dan isinya yang merupakan satuan input secara vertikal.
Ambil contoh, pola tata ruang lahan Gunungapi di Jawa Tengah dan Sumatera Utara yang diwakili oleh Gunung Merapi dan Gunung Sinabung, dalam pandangan Islam bahwa kedua daerah tata ruang gunungapi di wilayah ini telah mengalami perubahan baik dalam lajur horizontal dan vertikal, bencana yang terjadi sudah dapat diprediksi karena mulai nampak jelas bahwa kedua gunung api ini telah mengalami gangguan termo fisik secara horizontal dengan penataan dan pemanfaatan lahan khususnya di gunung api Sinabung melampaui batas daya dukung, karena banyak pihak mengabaikan fakta bahwa letusan yang terjadi bukan karena bencana alam tetapi gangguan termo fisik disekitar gunung api oleh penghancuran manusia.
Jika dilihat secara geologis melalui tahapan skala waktu geologi, wilayah ini sudah tidak sesuai peruntukan fisik lahan, disebabkan akan ada perulangan.periode tertentu bahwa kejadian masalah lalu akan selalu berulang, dan bumi menurut beberapa surat dalam al Quran menyebutkan bahwa Bumi merupakan makhluk yang hidup, dan gunung api itu bagian dari bumi selalu bergerak dinamis mengikuti perkembangan hukum alam.
Misalnya, dari sudut pembagian wilayah Iptek manusia maupun dalam pengetahuan lingkungan Islam keduanya ada hubungan keterkaitan bencana yang terjadi yaitu jika berdasar karakteristik fisiografis atas satuan geomorfologi dalam bentuk karakteristik lahan, tanah dan vegestasi dalam skala tertentu melalui proses pembentukan dan tahapan perkembangan dalam skala waktu bumi/geologi maka daerah tersebut memang telah mengalami deformasi fisik lahan yang dilakukan oleh manusia dengan membangun bangunan permukiman pada daerah rawan bencana, yang belum disesuaikan dengan standar building code pada daerah rawan bencana gunung api, mencetak daerah persawahan dan perkebunan pada daerah gunung api yang tidak aktif pada kemungkinan akan meletus melalui proses dan tahapan waktu geologi (Studi kasus gunung api Sinabung yang naik kelas), mengabaikan peruntukan di Rencana Tata Ruang Wilayah sering terjadi benturan penggunaan dan pemanfaatan kepentingan ekonomi maupun pemodal, telah berulangkali terjadi, namun pembelajaran masih dilupakan untuk diantisipasi, (sudi kejadian lihat bencana gunung api Sinabung, gunung api Lokon serta gunung Merapi).
Dengan demikian satuan fisiografi tata ruang gunung api meliputi aspek bentuk lahan yang digunakan untuk pertanian daerah ekologi hijau, sabuk bencana, sumber daya berkelanjutan serta proses tahapan geologi (deformasi) dalam perkembangan suatu wilayah. Sedang dalam aspek Islam, proses dan siklus bumi, menjaga keseimbangan dan pemanfaatan ruang dalam suatu lingkungan di Bumi.
LINGKUNGAN ISLAM
Sejak dulu, gunung api sudah dipahami masyarakat sebagai mitos kekuatan alam, sumber daya bagi kehidupan dengan berbagai ritual sesembahan bagi roh yang menghuni gunungapi. Melihat kenyataan tersebut, mestinya tata guna lahan yang berada di kaki pegunungan dijadikan sebagai keseimbangan alam tanpa gangguan fisik berat serta konservasi lahan abadi untuk segala sumber daya kehidupan dengan berbasis ramah lingkungan lestari, firman Allah SWT : “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia.
Bertitik tolak dari kondisi ini, coba bayangkan, jika kita mengalami beban berat tekanan akibat sakit karena bagian tubuh terus mengalami gangguan seperti ditusuk beratus ratus benda tajam menghujam ke dalam tubuh tanpa ada keseimbangan/perbaikan? Seperti itulah yang terjadi di tata ruang gunung api Sinabung. Pola geologi tata ruang lingkungan di Sinabung kini telah banyak berubah, apa yang telah ditata untuk ekologi hijau seperti pertanian dan wisata kini telah mengalami penghancuran, hutan konservasi dan hutan lindung dalam radius 2 km tergerus oleh gedung beton serta penempatan tata ruang hunian telah mengganggu aktivitas “urat nadi” keseimbangan di kaki di Sinabung.
Sinabung telah memberikan pelajaran, bahwa lingkungan di gunung api merupakan sumber penghidupan, jika kemudian ada bencana berulang dalam relatif singkat di gunung api yang sama merupakan wujud adanya keingkaran manusia telah merusak lingkungan gunung api di bumi.
M. Anwar Siregar

Enviromentalist Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer,  Di Publikasi di Harian ANALISA MEDAN, 2014

No comments:

Post a Comment

Related Posts :