Jul 8, 2015

GEMPA MEGATHRUST NEPAL, BERIKUTNYA KEMANA? : Geologi Gempa

GEMPA MEGATHRUST NEPAL, BERIKUTNYA KEMANA?
Oleh : M. Anwar Siregar
 
Setelah hampir 10 tahun gempa Kahsmir-Pakistan dengan magnitudo gempa mencapai 7.8 Skala Richter, terjadi lagi gempa di kaki Himalaya, kali ini yang mendapat hantaman gempa di wilayah Nepal, kekuatan mencapai 7.9 SR. Kekuatan terasa sampai ke India Utara dan Tibet yang masih berada dalam cengkeraman kaki pegunungan Himalaya.
Gempa sekarang ini, terjadi di wilayah Pokhara dengan kedalaman 31 km dengan jarak gelombang sesimik ke wilayah Kathmandu mencapai 50 mil, sehingga guncangan yang diakibatkan dapat merusak bangunan gedung yang tidak dirancang berketahanan gempa seperti yang ada negara tangguh gempa seperti Jepang.
Wilayah gempa megathrust Himalaya meliputi areal yang sangat luas, dan kadang mendesak wilayah zona patahan gempa di negara rawan gempa seperti Tiongkok, Burma atau pun wilayah diperbatasan lempeng Eurasia dengan Indo-Australia.
Gempa megathrust Asia merupakan wilayah paling rawan di muka bumi, diwilayah terpisah-pisah oleh zona tumbukan lempeng, setiap lempeng memiliki kompleksitas pergerakan, gempa di Nepal masuk dalam wilayah megathrust Himalaya bersama gempa yang sering berlangsung di India, Afghanistan, Burma, Pakistan, Bangladesh serta Tiongkok.
Ada beberapa megathrust yang mengancam warga Nepal dan Asia setiap detik bisa meledak lebih dahsyat dibandingkan perang yang berkecamuk, antara lain megathrust Sunda atau megathrust Arab-Himalaya. Perlu sebagai warning tata ruang kehidupan.
MEGATHRUST SUNDA
Megathrust Sunda sudah melepaskan tahapan energi mega gempa yang terjadi pada tahun 2004 di Pantai Barat Sumatera sekaligus awal rentetan gempa besar berlangsung di Asia di abad ke 21, Gempa 2004 itu meliputi areal lempengan yang pecah mencapai radius 600 km persegi sehingga menyebabkan deformasi kerak bumi di perbatasan lempengan dan menyambungkan patahan lempengan yang sudah ada menjadi ribuan kilometer menuju ke daratan Benua Asia oleh kompleksitas anomali relaksasi pergerakan lempengan semakin tidak beraturan, dapat memicu zona-zona subduksi terdekat di Semenanjung Asia, seperti yang diperlihatkan pada gempa Jepang tahun 2011, gempa Longsmen shan Tiongkok 2013, Gempa Iran 2014, lalu gempa Nepal 2015.
Lempeng Sunda adalah sebuah lempeng tektonik kecil yang berlokasi di Asia Tenggara dan umumnya dianggap sebagai bagian dari Lempeng Eurasia, Lempeng Sunda berbatasan di Timur dengan Sabuk Bergerak Filipina, di selatan dan Barat dengan Lempeng Australia dan di Utara dengan Lempeng Burma, Lempeng Eurasia dan Lempeng Yangtze.
Warga Asia khusus Indonesia harus memahami bahwa gempa besar sering berlangsung di Lempeng Sunda, dari Sumatera menerus ke Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan ke subduksi Banda di Laut Banda, menerus ke zona tumbukan Maluku dan Papua. Sehingga wilayah lempeng Sunda merupakan penghasil megathrust di Asia Tenggara hingga ke Asia Selatan dan Asia Pasifik karena wilayah Indonesia di kepung beberapa lempeng besar seperti Lempeng Australia, Lempeng India, Lempeng Pasifik dan lempeng kecil Philipina dan Burma, menghasil seismik yang sangat aktif dan menimbulkan kegempaan besar. Bukti abad 21 adalah gempa Aceh-Nikobar 2004, Nias-Simeulue 2005 dan Sumatera Barat 2009. 
Gempa Nepal kadang bisa memberi stimulus responsibilitas seismik ke patahan terdekat, dan gambarannya bisa dilihat pada kejadian gempa Aceh yang menerus ke Andaman-Nikobar


CosmosPatahan Mahendra Highway dan segmen-segmennya
(Sumber : Cosmos dan berbagai sumber)

MEGATHRUST HIMALAYA
Gempa yang sering berlangsung di Himalaya disebabkan oleh tekanan kuat dari gerak Lempeng India menekan ke Utara, sehingga membuat tubuh tinggi Himalaya terus mengalami longsoran, mencengkeram wilayah enam negara besar umumnya bagian dari Himalaya, sedang disebelah Baratnya terjadi tekanan kuat Lempeng Arab ke tubuh Lempeng Eurasia, desakan ini perlu dicermati kearah mana berikutnya gempa “bekerja”, mengingat pengalaman gempa Pakistan yang terjadi Oktober 2015 itu terjadi setelah gempa kuat di megathrust Sunda di subduksi Aceh-Nikobar Desember 2004.
Di megathrust Himalaya banyak di temukan zona patahan subduksi daratan yang dapat menghancurkan wilayah daratan beberapa negara seperti patahan Longmen Shan di lembah Sichuan Tiongkok, Patahan Sagaing di Burma, Patahan Postdam di India serta Bhuj Gujarat di daratan tinggi Tibet dan Mongolia.
Wilayah Nepal terdapat patahan Mahendra Highway yang dibagi menjadi tiga segmen patahan, yaitu Timur dari Kathmandu, Tengah Kathmandu dan Barat Kathmandu, semua segmen memiliki durasi kegempaan mencapai 80 tahun lebih, gempa tahun 1255 ke tahun 1344 berlangsung 89 tahun dan gempa 1934 ke 2015 berlangsung 81 tahun.
Dikawasan ini, masih berkorelasi dengan patahan yang ada di daratan Asia Tenggara dan sebagian Asia Timur, difaktorkan oleh elastic rebound bagi daerah yang kulitnya telah hancur maka akan ada zona perlu ditambal sulam sehingga mendekatkan antar lembah dan membentuk pegunungan tinggi namun rawan longsoran maut yang menghasilkan tsunami rombakan tanah daratan bercampur dengan sungai-sungai besar yang membelah beberapa patahan yang berdekatan serta merupakan zona terkunci.
MEGATHRUST PASIFIK
Struktur megathtrust gempa di wilayah Jepang dan Philipina juga sebagai pusat perhatian, karena antara keduanya merupakan lempeng yang berbeda dan berbatas dengan lempeng besar namun wilayah energi seismik mereka berada dijalur kawasan Pasifik, selain itu terdapat pusat patahan dan palung raksasa yang terdapat diwilayah Mindanao, yang dapat memberikan hantaran seismik lebih super kencang. Palung Mindanao memiliki kedalamanan lebih 10 ribu km itu tempat berkumpulnya energi seismik gap.
Megathrust Pasifik terdapat di wilayah Jepang dengan bukti gempa 2011, yang mengguncang wilayah Pasifik dan memberikan stimulus perubahan sumbu bumi yang bergeser 2.5 cm dari pusat rotasi. Philipina dapat memberikan tekanan ganda bagi wilayah Indonesia jika megathrust yang menekan Lempeng Philipina dari tekanan Lempeng Pasifik, wilayah Utara kepulauan Maluku adalah ruang terbuka bagi serangan gempa Philipina di selatan dan tekanan palung Pasifik di Tonga ke arah barat Papua.
Hal ini dapat menimbulkan efek domino dan pergeseran lantai samudara mencapai 1000 km dan mengangkatnya ke permukaan bumi.



Sumber CNN : Peta lokasi episenter dan gempa susulan Gempa Nepal

MEGATHRUST ARAB
Megathrust Arab sering terjadi di dua negara berlanggangan gempa dan sering bergejolak perang kekerasan yaitu Iran dan Turki. Hal ini bisa terjadi karena kedua negara ini berada dalam satu lempeng yaitu Lempeng Arab yang bergerak ke Utara ke tubuh Lempeng Eurasia sehingga menimbulkan kompleksitas segmen patahan yang berjumlah puluhan, merupakan zona seismik gap serta rangkaian pegunungan tinggi dari Eropa Selatan hingga Himalaya serta Pegunungan Jayawijaya di Indonesia.
Megathrust Arab dapat terjadi disebabkan oleh adanya sesar transform fault di Laut Mati yang terletak di Barat dengan Lempeng Afrika, lalu tekanan kuat dibatas divergen dengan Afrika yang membentuk Lembah Patahan Jordan yang membentang sepanjang Laut Merah di Utara serta dipisahkan batas konvergen dengan patahan Anatolia Timur dan Utara di Turki dan bersambung dengan Lempeng Eurasia. Tekanan Lempeng Arab mendorong terbentuknya pegunungan Zagros di Iran di Timur dan Selatan, seperti halnya gerakan takanan Lempeng India ke Eurasia yang membentuk tinggian Himalaya menyebabkan sering terjadinya longsoran dan gempa vulkanik,
Evolusi megathrust lempeng Arab inilah penyebab sering terjadinya gempa kuat merusak di wilayah Iran dan Turki setiap tahun seperti juga halnya yang terjadi di lembah Sichuan di Tiongkok. Maka kemanakah gempa berikutnya dari lempeng Arab dan Pasifik?
BERIKUTNYA
Megathrust yang perlu diwaspadai antara lain dari megathrus Sunda, yang di takuti saat ini adalah megathrust Mentawai, merupakan salah satu gempa yang ditunggu “tanggal mainnya” anak manusia di muka bumi, lokasi berikutnya adalah megathrust Maluku, dapat menghancurkan pulau-pulau kecil di Pasifik, mempercepat perubahan patahan besar di Amerika Utara. Atau mungkin juga patahan daratan Burma ke patahan Mergui ke Semananjung Asia Tenggara di Selat Malaka.
Ataukah gerak Lempeng Philipina ke kawasan Asia Timur dan gerak Lempeng Arab yang berjalan dalam 100 juta tahun ke era sekarang menekan serta mengubah kondisi Semenanjung Arab dan Patahan Anatolia, sering memunculkan kekuatan gempa di atas 7.0 SR dalam lima tahun terakhir di Turki dan Iran. Ada yang lain? Kemana? Tetaplah waspada.
M. Anwar Siregar
Enviromentalist Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer, Dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN, Mei 2015

http://analisadaily.com/opini/news/gempa-megathrust-nepal-berikutnya-kemana/129677/2015/05/02 

DEMAM BATU MULIA

IRONI PEMIMPIN NEGERI KABUT ASAP

Sumber Ilustrasi :http://analisadaily.com/opini/news/ironi-pemimpin-negeri-kabut-asap/112187/2015/02/28

IRONI PEMIMPIN NEGERI KABUT ASAP
Oleh M. Anwar Siregar
Petaka kabut asap berulang kembali, 100 hektar lahan terbakar lagi di Riau awal tahun ini dan pembelajaran kabut asap ternyata manis di bibir, ucapan para pemimpin yang seringkali menyebutkan kata-kata ”kabut asap ini yang jangan berulang kembali”, atau kejadian bencana kabut asap harus diambil hikmahnya agar tidak berdampak lebih luas, dan sejumlah kata-kata manis dari para pemimpin di Propinsi kabut asap seperti Kaltim, Kalteng, Jambi, Sumsel dan Riau sebagai pemimpin pembakaran kabut asap, tidak mengherankan bencana kabut ini sebenarnya lebih difokuskan pada “fundamental” yang lembek, karena semua Propinsi tersebut sangat kaya dengan sumber daya alam dan bersentuhan langsung dengan berbagai aspek ekonomi yang ada di kawasan hutan sebagai sumber peningkatan taraf hidup ekonomi dan kehidupan bagi semua makhluk di muka bumi, hancur lebur dan berasap dimana-mana.
PIDANA TUMPUL
Jumlah hot spot di Sumatera dan Kalimantan terus meningkat sehingga indeks standar polutan (PSI) telah dalam angka membahayakan dibeberapa kota di Sumatera dan Kalimantan dan imbasnya sebetar lagi negara tetangga mengalami “kiriman asap” pahit, dampak dari pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pelaku usaha industri pekebunan, pertambangan, perambah dan pembukaan lahan bisa menjadi sumber utama penyebab bencana kabut asap, yang menghancurkan dan mengancam manusia dan keberlangsungan mata rantai kehidupan serta harus dimasukan kedalam kejahatan luar biasa yang patut ditangani secara khusus.
Tragisnya, walau sudah ditangani secara khusus hingga Presiden turun langsung ke lapangan namun bencana kabut asap masih tetap berulang, penyebabnya apa? Karena tumpulnya hukum pidana lingkungan, semua aturan mengenai lingkungan hidup sudah diatur dalam UU No 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UU PPLH).
Hukum lingkungan sampai sekarang belum memberikan efek jera pidana bagi pelaku perusakan lingkungan terutama bencana kabut asap, dimana ketentuan dalam UU-PPLH ancaman pidana termuat dalam pasal 97-pasal 120 yang aturan pidana dan denda itu belum memberikan keadilan. Akibatnya bukan sedikit perkara pencemaran lingkungan oleh kabut asap berakhir dengan vonis bebas bagi pelaku, akibat ketidakpahaman penyelidik hukum dan hakim dalam memberi vonis tuntutan hukum serta implikasi yang ditimbulkan bagi makhluk hidup di bumi.
IRONI PEMIMPIN ASAP
Riau merupakan daerah yang paling sering membuat “ulah” kabut asap, disebabkan fundemental para pemimpinnya juga berulah, terlihat dari beberapa periode pergantian pemimpin gubernur/kab/kota di Riau, semua tidak mampu mengatasi ulah pelaku pembangkangan kabut asap dan mereka juga membuat semakin ironis Negeri Lancang Kuning itu dengan melakukan tindakan pidana di bidang kehutanan dan pemanfaatan alih fungsi lahan hijau yang melibatkan dana suap ratusan milyar.
Setiap kali terjadi bencana kabut asap melanda Riau dan Propinsi tetangganya maka kabut asap akan selalu menjadi situasi darurat di negeri jiran. Uniknya, yang melakukan tindakan pembakaran yang menimbulkan kabut asap antar lintas negara itu justrunya pelaku bisnis yang menguasai hutan-hutan di Riau dan Kaltim berasal dari Negara yang terkena imbas kabut asap yaitu Singapura dan Malaysia, perusahaan dan pelaku pembakaran dari kedua Negara ini belum cukup melakukan pembakaran juga melakukan penyeludupan kayu-kayu muda yang segar ke negara mereka dan juga terlibat penyuapan bagi pemimpin Riau melalui pihak ketiga untuk mengubah tata ruang hutan menjadi lahan pembukaan perkebunan yang maha luas.
Ironis itu semakin nampak jelas ketika Gubernur yang non aktif saat ini, Annas Maamun tidak mampu mengatasi predikat Riau sebagai negeri kabut asap selama masa memerintah singkat kekuasaan sejak tahun 2013-2014, Riau tetap mengalami pembakaran lahan yang memuncak pada tahun 2013, Lebih parah lagi, ketika bencana kabut asap 2013 dan 2014 para pemimpin dari negeri kabut asap banyak tidak hadir rapat untuk melaporkan kejadian yang dialami Riau, Kaltim, Sumsel dan Jambi kepada Presiden sehingga mengundang reaksi keras presiden mengingat pentingnya seorang Gubernur khususnya Riau melapor langsung kepada Presiden ketika iru sesuai dengan sistim birokrasi kepemerintahan di Indonesia.
Yang dilakukan para pemimpin negeri kabut asap sejak tahun 2010 hingga ke tahun era presiden Joko Widodo, itu tindakan yang berlawanan, seakan tidak belajar dari pengalaman saat kebakaran dan lahan mengakibatkan bencana kabut asap nasional pada tahun 2013-2014. Bahkan, saat itu beberapa para pemimpin negeri kabut asap tidak mampu mengatasinya dan malah terlibat bencana suap, dan kabut asap itu mencapai Siangpura dan Malaysia yang memaksa mantan Presiden SBY meminta maaf. “Kerja gubernur dan bupati/wali kota, dari dimensi pencegahan, sangat kurang sehingga ini terjadi lagi,” kata Presiden. Dan bukti ucapan itu masih berulang kembali, dengan ditemukan sejumlah hot spot baru oleh satelit NOAA di daratan Pulau Sumatera pada tahun 2015.
Mantan Presiden mengaku telah menerima sekitar 9.000 berita mengenai kondisi bencana kabut asap dan kebakaran lahan di hutan Riau, Sumsel, Jambi lewat berbagai media sosial, Presiden mengatakan banyak menerima pesan yang mayoritas berisi kemarahan warga Riau terhadap buruknya kinerja para pemimpin mereka dalam penanganan kebakaran lahan dan hutan yang mengakibatkan bencana asap berulang, memang untuk tahun 2014 kebakaran yang menyebabkan kabut asap sekarang ini di ambil alih oleh Propinsi Sumsel. Tetap saja Riau sebagai negeri penghasil kabut asap, kemampuan mengatasi kabut asap justrunya terlibat skandal suap milyaran rupiah akibat dari permainan alih fungsi lahan sehingga mengundang reaksi keras presiden, yang terlihat kurang puas. Dan sekarang Presiden Jokowi melanjut rasa dampak tersebut.
MENGAPA MAAF
Kalau mau jujur sebenarnya para pemimpin jiran harus lebih tegas dalam mengawasi perusahaan dari negara mereka yang berinvestasi di Indonesia, dan harus memahami sejujur, bahwa bencana kabut asap jangan dijadikan komoditas popularitas dan lantas mencak-mencak menuding Indonesia tidak becus mengurus hutan-hutannya dan juga lautnya. hanya karena baru masuk kabut asap sehari sudah langsung memberikan reaksi yang berlebihan, yang terlihat dari komentar mereka di berbagai surat kabar negeri itu.
Mengutip beberapa sumber, beberapa waktu lalu media Singapura sering memberitakan kejelekan Indonesia jika terjadi kabut asap yang telah mengotori udara Singapura akibat kebakaran hutan di Riau selama puluhan tahun dan sebagai pembawa bencana kabut asap dan menganggap pemerintah Indonesia tidak serius menyelesaikan bencana kabut asap, sebaiknya berkaca saja, sumbangsih alam Singapura untuk kesegaran udara atmosfir Asia Tenggara berapa persenkah?
Salah jika Indonesia yang minta maaf, karena selama ini hutan Indonesia telah memberikan kesegaran udara bersih bagi Singapura, dan begitu juga Malaysia, hanya karena kena kabut asap beberapa hari mendadak mencak-mencak, apa tidak tahu bahwa 40 persen kawasan hutan dan perkebunan telah dikuasai oleh mereka, tidak secara langsung mereka lah perusak lingkungan.
Ini menimbulkan ironi, kenapa Indonesia yang harus meminta maaf, bukankah selama ini mereka menikmati hidup sehat dari udara laut Indonesia yang menyumbangkan oksigen bersih sebesar 90 persen bagi masyarakat Asia Tenggara. Ironisnya, sampai sekarang ini, penulis tidak melihat efek tindakan penghukuman bagi pelaku pembakaran lahan dan hutan di Riau yang dilakukan warga negara oleh kedua negara jiran itu ternyata tidak memberikan efek jera walau denda yang diberikan mencapai jutaan dollar. Kebakaran dan kabut asap tetap hadir setiap tahun.
Dan harus jadi pembelajaran bagi para pemimpin propinsi kabut asap agar tidak mudah teriming kasus suap, tidak gampang memberikan izin begitu saja jika pada akhir hanya membangkitkan kemarahan rakyat akibat adanya pembakaran lahan menimbulkan kabut asap setiap tahun .
M. Anwar Siregar
Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang dan Lingkungan, Energi Geosfer. Tulisan ini sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN 2015 http://analisadaily.com/opini/news/ironi-pemimpin-negeri-kabut-asap/112187/2015/02/28

Related Posts :