Oct 1, 2015

GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN



GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN
Oleh M. Anwar Siregar


 

 Gambar : Indonesia harus memiliki ketangguhan pembinaan untuk menghasilkan ganda sehebat Gu Jun, tradisi china didapat melalui pembinaan yang panjang dan kontinu plus mengamati pembinaan negara lain. Sumber gambar: sportslook.net
Sebagai penggemar berat olahraga tepok bulu angsa ini untuk kesegaran fisik, selain sepak bola yang sebatas sebagai penonton, penulis dan juga pasti masyarakat saat galau melihat prestasi yang terjadi saat ini, regenerasi seperti berjalan lambat, potensi yang ada ternyata masih kalah kualitas dari pemain luar negeri, soal teknik dasar maupun mental sebenarnya cukup memberikan prospek yang mumpuni, namun pada kenyataan ini, kita lihat atlet-atlet bulu tangkis kita seperti tidak berdaya.
Jika anda rajin menyaksikan siaran langsung maupun cuplikan tayangan oleh raga bulu tangkis dari media elektronik, nampak atlet kita seperti tidak ada berkekuatan nation building, penulis melihatnya seperti pemain yang sering menguraskan tenaga berlebihan, tanpa ada pemikiran analisis ringkas dari si atlet, padahal pihak lawan memang seperti sudah menganalisa permainan mereka sebelum bertemu, memang dipinggir lapangan ada pelatih yang menganalisis permainan, namun keputusan gerakan langkah dinamis dilapangan tetap pada si atlet yang mengambil keputusan, karena hal ini berhubungan dengan perubahan taktik selalu berubah dilakukan pihak lawan.
Namun kesalahan dan kegagalan dalam meraih beberapa puncak prestasi itu dapat juga dilihat dari pembinaan yang dilakukan, parameter yang menyertainya dalam pembinaan serta metode pengembangan iptek, dan jika perlu gunakan cara yang dilakukan pihak lawan, yaitu spionase positif dalam mengamati kondisi FIO (Fisik, Intelegensi dan emOsi) seorang atlet sebelum bertanding atau ketika sudah terdaftar dalam suatu pertandingan dan telah mengetahui laju posisi grup masing-masing. Pekerjaan seperti ini jarang dilakukan oleh tim official maupun manajer dalam manajemen “perang”, baik di tingkat daerah maupun nasional. Akibatnya, prestasi dan laju pengembangan permainan terhenti di awal pertandingan. Seharusnya prinsip dipakai adalah lebih baik bermain lama demi kematangan teknik dan mental daripada jadi penonton lebih dini. Maka perlu sistim spionase untuk mempelajari segala elemen lawan dan pembinaan.
PEMBINAAN
Rutinitas latihan tidak cukup untuk meningkatkan prestasi, latihan yang diberikan harus bervariasi, hal ini semua sudah mengetahuinya. Namun ada yang kurang penulis lihat di beberapa daerah yaitu pembinaan tingkat dini, berlanjut ke jenjang tingkat yunior ataupun remaja. Rantai pembinaan seperti terputus-putus, berbagai alasan sering menyertai bagi atlet yang berpotensi puncak prestasi mengalami kendala, namun gerak laju pembinaan dapat disebabkan oleh ketidaksinambungan dana sponsor pembinaan serta faktor tidak sesuai dengan kondisi euforia prioritas skala olahraga yang dikembangkan di daerah tertentu.
Contoh daerah dengan topografi terjal, banyak sungai, pantai atau dikelilingi laut dan Danau lebih cocok olahraga air, kano atau dayung, renang serta atletik, begitu juga daerah yang masyarakatnya gila bola seperti Medan, namun soal mendapatkan sponsor lebih mudah ketimbang olehraga lainnya.
Pembinaan bulu tangkis tidak mengenal kondisi topografi lingkungan, maksud penulis disini adalah lingkungan tidak cocok dengan karakter kok (bola) untuk bermain jika bermain di luar lapangan tertutup, yang daerahnya memiliki tingkat laju angin kencang dari batas kecepatan bola yang telah di uji di laboratorium, yang perlu disesuikan adalah bagaimana menghasilkan atlet dengan berbagai karakter serba bisa dalam berbagai karakter lingkungan yang menyertainya saat berperan dalam memperkuat mentalnya dan harus dikuasai bukan saja lawannya ataupun ejekan penonton.
Kita tahu, dalam gedung tertutup kadang kecepatan angin apakah yang berasal dari AC, ventilasi udara dan lainnya dapat mengganggu konsentrasi permainan, dan hal ini banyak dikeluhkan atlet daerah, begitu juga atlet nasional. Tragis, dari hal kecil saja sudah banyak mengeluh bagaimana menghasilkan prestasi.
Daerah dengan kegilaan sepak bola mungkin dapat lebih mudah mendapat dana untuk menyelenggarakan pertandingan secara rutin dan berkala, namun untuk bulutangkis kadang-kadang masih terbatas dan atau istilah sponsor lihat dulu apa menarik, jika dilihat faktor prestasi dan manajemen induk olahraga, masyarakat dapat menilainya. Kadang penulis menemukan hal ini, walau tingkat kelurahan, sponsor kadang mulai pelit mengeluarkan dana. Selain itu, inovasi yang di lakukan oleh klub untuk menarik sponsor masih kurang gereget.
GRAND PRIX SPIONASE
Untuk mendapatkan sponsor tetap dan cadangan banyak cara dilakukan, demi peningkatan prestasi setingginya, salah satunya adalah kembangkan dulu inovasi sistim pembinaan, pemerintah wajib memberikan dana, selanjutnya pihak otoritas olahraga mempersiapkan atlet yang direkrut dari berbagai jenjang usia dini dan dimasukan dalam wadah pembinaan grand prix lokal. Disini peran klub dan pemerintah atau juga masyarakat memberikan dukungan untuk menarik sponsor.
Pembinaan grand prix lokal bersistem kontinu setiap kota dalam satu propinsi, berjenjang dari kelurahan tiap kecamatan wajib menyelenggarakan per bulan, tiap priode triwulan wajib ada pertandingan tingkat antar kecamatan, per satu semester wajib ada kejuaraan tingkat kota/kab dan Povinsi (hampir bersamaan). Publikasi wajib mengajak pihak media untuk terus menjaring minat masyarakat dan sponsor dengan intesif keringanan pajak dari panitia maupun pemerintah sebagai wujud nation building bagi perusahaan yang mencintai negaranya demi kemajuan pembinaan mental sumber daya manusia melalui bidang olahraga.
Metode ini, pernah penulis membacanya di media lokal Hongkong, kalau tidak salah baca penulis karena dalam bahasa Mandarin (diterjemahkan pakai Alfa Link Bahasa, maklum penulis tidak lancar bahasa ini, beda dengan bahasa Inggris), sudah diberlakukan di beberapa negara yang bersistim pemerintahan komunis seperti Tiongkok, dan mulai ditiru negara Eropa, beberapa negara Asia. Sehingga pihak sponsor memberikan dana tetap bagi setiap klub dan terus mengadakan pertandingan rutin lokal dengan berbagai inovasi kreativitas tinggi hingga ke tingkat nasionl.
Surplus, sudah pasti dihasilkan, beberapa pemain potensial atau biasa tapi dipoles dengan rutinitas pertandingan mampu jadi pemain hebat, lihat saja negeri Tiongkok, produksi pemain mereka tidak berhenti menyerbu negara lain untuk jadi jawara, selau datang jawara baru, sehingga pihak lawan susah menganalisa atlet mereka, tetapi sebaliknya mereka selalu siap meladeni atlet lain walau jagoan terbaik mereka tidak diturunkan, lihat saja Piala Sudirman 2015, Indonesia takluk walau Li Dan tidak turun.
Metode ini juga disempurnakan dengan melihat cara lawan menghasilkan produk unggulan atlet, salah satunya diam-diam negara lain belajar pembinaan olah raga bulutangkis Indonesia namun dikembangkan lebih canggih dengan memonitor atlet yang dihasilkan lalu di sempurnakan dengan metode kedokteran olahraga iptek.
Mereka mengawasi dan mendata semua atlet negara lain, lalu disesuaikan dengan pola grafik dan standar permainan untuk menghentikan laju kemajuan lawan, dalam hal ini atlet kita sudah diamati, maka kenapa kita susah bangkit, karena produk kita sarat dengan masalah yang belum teruji secara canggih, baik permainan, mental dan analisis Fisik, Intelektua dan Emosi. Dan di perparahkan oleh tidak lengkapnya akurasi data lawan yang terbatas, karena pihak lawan sering memproduksi pemain muka baru yang sudah mengenal produk itu-itu saja dari Indonesia.
Maka gampang di gebuk, belum lagi sepanjang pertandingan mereka terus menganalisis kelemahan atlet dengan berbagai perangkat teknologi. Dan itu adalah kekurangan terbesar yang dimiliki Indonesia, termasuk cabang oleh raga populer seperti sepak bola, tidak belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh pihak lawan. Jika tidak, kita tidak perlu menjadi pecundang abadi.
Maka siapkan diri dari pembinaan pertandingan rutinitas tanpa terputus yang paling dibutuhkan atlet pada setiap pengurus daerah PBSI, disertai pengawasan kemajuan pihak lawan dengan mempersiapkan atlet dengan berbagai metode karakter permainan lawan kelas dunia. Semoga Bangkit dan berjaya lagi.
M. Anwar Siregar
Penggemar Olahraga Bulutangkis, Sepakbola, dan Adventure Geologi Marine.
Tulisan ini khusus di Blog : paluemasgeolog.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts :