Oct 19, 2015

Satu Tahun Gempa Bumi di Aceh 2004 : Geologi Gempa



SATU TAHUN GEMPA BUMI DI ACEH 2004
Oleh : M. Anwar Siregar

Gempa tektonik yang terjadi tanggal 26 Desember 2004, dengan kekuatan 8.9 Skala Richter dengan epicentrum (pusat gempa) 2.9 LU dan 95.6 BT di selatan Meulaboh-Aceh disertai beberapa jam kemudian gelombang tsunami yang merenggut lebih 200.000 korban jiwa tersebar di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Afrika telah mengubah posisi garis pantai Aceh dan Sumatera sejauh 14 meter dan ketinggian 12 centimeter.


 Gambar : Pusat gempa 2004 di Pantai Barat Sumatera dengan negara yang mendapat terjangan tsunami.[Sumber : wikipedia bebas]

Gempa bumi yang terjadi di Aceh akibat bergesernya Lempeng Asia di Selatan dan Hindia Australia di Utara, yang memanjang hingga ratusan kilometer yang menyebabkan menjauhnya benua-benua dan meninggalkan retak-retak atau patahan. Dan didalam patahan inilah yang memancarkan energi yang terkunci pada ruas batuan didalam bumi, untuk kemudian keluar dan menghasilkan gempa bumi tektonik.
Gempa dan tsunami merupakan fenomena alam yang ganas yang harus diwaspadai setiap saat. Karena perubahan alam telah menyebabkan banyaknya korban jiwa, apalagi bila negara tidak mempunyai sistim peringatan dini terhadap bencana gempa bumi dan tsunami seperti yang kita lihat di Aceh. Fenomena bencana ini bisa hadir setiap detik. Kejadian yang terjadi tahun lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia agar selalu memperhatikan tanda-tanda alam.
Belajar memahami alam untuk mengurangi resiko jumlah korban dari dampak keganasan pembunuh alami. Karena wilayah Aceh dan Indonesia secara umum hidup berdampingan dengan petaka bencana alam setiap tahun.

LETAK BUMI ACEH

Wilayah Nias dan NAD memang daerah yang paling rawan di Sumatera dan Asia Tenggara. Posisi/letak bumi NAD di muka bumi terkenal sangat dinamis dan rentan terhadap segala jenis bencana geologi. Baik dari segi oceanografis, meteorologis dan geologis. Hampir sepanjang tahun, bumi NAD selalu mengalami ”goyangan maut” dengan intensitas rendah hingga menggoncang perut bumi, dan dunia ikut juga merasakan ”kemarahan” bumi tanah rencong.
Dari segi wilayah geografis-oceanografis dan meteorologis, wilayah NAD berbatasan langsung dengan Selat Malaka di sebelah Timur, Samudera India terletak langsung disebelah Barat. Dan sebelah Utara berbatasan dengan Laut Andaman-India.
Disebelah Selatan berbatasan langsung dengan daratan Propinsi Sumatera Utara dengan kumpulan lembah-lembah/patahan lokal sebagai ruas yang terkunci (dinding/segment) di Patahan Sumatera dari arah Selatan Lampng dan Patahan Besar Tumur Batak di Danau Toba.
Tinjauan dari segi oceanografis dan meteorologis mencakup juga aspek perbedaan sensitif terhadap perubahan angin musiman, gelombang pasang, arus pasang surut di sebalah Barat dan Timur yang memiliki perbedaan sangat kontras. Bagian Barat Pantai Sumatera sampai ke Pulau Jawa terdapat dua kutub Lautan Hindia (Indian Ocean Dipole/IOD). Satu Kutub berada di kawasan Pantai Sumatera sampai Jawa. Sedangkan Kutub lain berada di kawasan Pantai Timur Afrika.
Tidak mengherankan ketika terjadi tsunami, daerah ini mengalami bencana dahsyat dan perubahan garis pantai akibat gelombang air laut dan pengangkatan permukaan daratan dampak tumbukan lempeng Indo-Australia.
Kondisi Bumi Aceh berbentuk segitigi, ini sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan iklim, terutama kondisi anomali negatif di perairan Utara yaitu kondisi pergerakan lempeng di Palung Nikobar. Diwilayah ini terdapat daerah bekas gunung api yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Andaman dan Nikobar. Daerah ini merupakan pusat salah satu titik terlemah dari lempeng kerak Samudera Hindia.
Gangguan (disturbance) dari Kutub Samudera yang bersifat permanen, mengakibatkan perubahan iklim yang tidak menentu di kawasan Sumatera. Seperti hujan salah musim yang pernah terjadi sekitar tahun 1980-an yang dialami Sumatera termasuk Aceh. Pengaruh anomali temperatur permukaan air laut yang mendingin di sepanjang Pantai Barat Sumatera hingga ke Selatan Pulau Jawa dan perubahan angin yang berembus dari Barat ke Timur di Equator.
Begitu angin tiba di Palung di Selatan Pulau Jawa, tekanan udara di Selatan Pulau Jawa bersamaan penerobosan Lempeng India-Australia ke jantung Benua Australia, angin secara tiba-tiba berbalik arah dati Timur ke Barat.
Karena gangguan IOD bersifat permanen, maka ENSO (El Nino South Ossilation) tengah mengalami disintegrasi, akibatnya akan terjadi arus balik penumpukan energi dikawasan Indonesia. Disebabkan terjadinya tekanan rendah yang menimbulkan depresiasi, dimana Ossilasi Selatan berbalik haluan di tengah jalan menimbulkan fase puncak (peak fhase). Ketika intenfisikasi itu terjadi di Pasifik Timur seperti Pantai Timur Chili dan Ekuador atau juga di Samudera Hindia seperti Afrika Timur akan menyebabkan banjir yang hebat dan sebaliknya kemarau panjang di Indonesia dan Australia.
Jadi, Aceh bukan saja terkenal dengan ”goyangannya” tetapi juga sangat terkenal dengan bahaya perubahan angin di lautan, yang dapat membahayakan nelayan karena arus gelombang pasang dan tsunami setiap saat mengancam nyawa.


 Gambar : Sebaran gempa dan tsunami Aceh 2004 [Sumber : wikipedia bebas]

LEMBAH TEKTONIK ACEH
Dari segi kerentanan geologis, Wilayah NAD dalam pembentukan daratan Aceh terdapat beberapa lembah patahan yang berada dibatas Sumatera Utara-NAD hingga ke ujung Utara ke Palung Nikobar. Wilayah daratannya terbentuk akibat pembenturan Lempeng India-Australia dalam peretakan Benua Raksasa (Pangaea).
Pada perbatasan Aceh – Sumatera Utara adalah batas dari tembok dari penekanan lempeng di daratan dari arah Selatan di Propinsi Lampung ke Utara Propinsi NAD pada patahan Sumatera. Blok massa batuan yang melingkupi Pegunungan Bukit Barisan ynga mengalami pematahan selalu bergerak secara horizontal/ mendatar ke arah Utara menuju wilayah Aceh.
Akibat pergerakan ini, wilayah aceh selalu mengalami pendesakan sehingga mematahkan setiap blok massa batuan yang menyusun struktur platform lempeng dan membentuk sesar-sesar lokal baru pada Pulau Sumatera. Bila blok massa batuan ini mengalami pematahan lagi akan membentuk lembah-lembah tektonik yang rapuh dan merupakan zona yang berbahaya bagi gelombang seismik karena daerah yang mengalami pematahan dapat mencapai puluhan meter hingga ratusan kilometer. Di daerah ini akan mengalami perubahan geologis terus menerus di masa mendatang.
Sepanjang daerah lembah-lembah tektonik hasil peretakan Lempeng Sumatera di daerah Aceh diketahui melalui penelitian geologi terdapat ruas-ruas yang terkunci. Pada wilayah Aceh terdapat beberapa lembah yaitu Lembah Aceh menerus ke wilayah Tanah Merah-Kutacane-Laubaleng dan menerus ke Karo (Sumut).
Pada Lembah Aceh dan Lembah Alas terdapat ruas-ruas penguncian diperbatasan Aceh-Batu Redan (Dairi) yang mengalami penekanan terus menerus ke Utara karena tak terdapat percabangan ruas dan merupakan batas massa blok batuan yang memungkinkan di daratan wilayah Aceh dan Sumatera Utara terdapat pengumpulan energi yang disalurkan melalui patahan yang ada disetiap lembah.
Selain itu massa batuannya belum mengalami pemadatan. Faktor salah satu penyebab mengapa wilayah Aceh yang berbatas dengan Sumatera Utara selalu mengalami gempa daratan selain di lautan. Wilayah di Kabupaten perbatasan ini memerlukan sebuah peta perencanaan pembangunan fisik terutama peta kerentanan geologis.

PETA KERENTANAN GEOLOGIS

Dalam perencanaan dan pengembangan wilayah kota, prediksi potensi bahaya bencana gempa pada kehidupan manusia, ahli bumi (geologist) telah menyiapkan Peta Keretanan Geologis (PKG). Dalam Peta Kerentanan Geologis akan terdapat gambaran semua informasi yang tersedia pada daerah tertentu untuk memperkirakan karakteristik dan kekuatan bencana seperti kekuatan bencana gerakan tanah (longsoran) dan banjir, kekuatan ledakan gunungapi, perkiraan siklus/pengulangan kegempaan dan tsunami yang akan terjadi pada daerah yang kritis.
Hukum geologi menyebutkan bahwa semua peristiwa atau kejadian bencana dimasa sekarang terjadi pula pada waktu yang lampau. Maka daerah yang sering mengalami bencana akan kembali mengalami bencana, karena faktor perubahan geologis yang masih berlangsung terus menerus pada daerah tersebut. Waktu terjadinya bencana alam ada yang dapat diprediksi dan ada yang tidak dapat diprediksi. Maka Peta Kerentanan Geologis sangat diperlukan dalam pembangunan fisik dengan bertumpuk pada informasi geologi setiap daerah dengan ciri khas geologinya.
Sebagai contoh, pembangunan kota di daerah yang terbentuk dari bahan letusan gunungapi purba pada tempat yang sama, dan mengidentifikasi lembah mana yang akan menyalurkan lahar atau aliran piroklastik. Dan dimana kemungkinan lahar atau piroklastik itu keluar. Informasi yang dibuat dalam peta kegunungapian pada perencanaan ruang kota akan menjelaskan bahwa proses bencana yang terjadi dimasa lalu masih cerminan masa sekarang atau ancaman yang sama terjadi di tempat yang sama.
Untuk wilayah Aceh yang sering mengalami goncangan gempa, peta bencana harus segera memperhitungkan jarak dan sesar gempa yang mungkin terjadi dan karakteristik tanah dan batuan dibawah permukaan. Gerakan tanah yang merusak bangunan jauh lebih buruk pada tanah yang goyah dan mengalami reruntuhan dibandingkan pada batuan padat.
Sebagai informasi, bahwa tanah yang ada sekarang merupakan tanah yang labil, yaitu tanah yang bersifat lembur (seperti bubur) atau mudah mencair, misalnya lapisan pasirlanauan, atau juga jenis lapisan pasir dapat mengalami goncangan dibawah permukaan menjadi cair sehingga lapisan ini berkelakuan seperti pasir hisap, memicu penurunan permukaan yang tidak beraturan dan meruntuhkan bangunan-bangunan.
Ini sangat memelukan perhatian dalam pembangunan fisik untuk hunian karena wilayah Aceh dan Sumatera secara umum memiliki perlapisan tanah seperti bubur dan bila terjadi goncangan akan menghasilkan efek berganda yaitu goncangan lebih keras lagi dan sekaligus juga merusak bangunan walau dengan intensitas gempa berskala sedang.

MEMBANGUN KEMBALI ACEH

Dengan melihat kejadan yang menimbulkan kerusakan hebat di Meulaboh, Banda Aceh dan Nias,pembangunan infastruktur sangat penting denga berbasis kegempaan (bangunan anti gempa), seperti pembangunan pelabuhan laut seharusnya tidak lagi di didirikan ditempat daerah yang sama.
Setelah satu tahun gempa bumi Aceh berlalu, perlu perenungan pembangunan infastruktur yang berbasis kegempaan. Untuk pembangunan kembali Aceh, tidak perlu membangun kota yang baru kaena membutuhkan biaya yag berlipat-lipat. Cukp merekonstruksikan ulang wilayah yang lama dengan mempertimbangkan sistem pertahanan terhadap bencana, peletakan kawasan pemukiman yang tepat dengan meminimalisasi bencana jumlah korban dengan mengintegrasikan penduduk tidak jauh dari wilayah yang lama (bukan untuk dihuni lagi).
Intergasi pendekatan wilayah yang lama karena berhubungan dengan faktor ikatan emosional yaitu kenangan dan kekerabatan yang merupakan urat nadi atau budaya yang membentuk wilayah koa dimasa lalu sebelum terjadinya bencana.
Pembangunan rekontruksi Aceh memerlukan perencanaan yang komprenhensif, diawali oleh pemetaan awal zona kerentanan geologi seperti gempa dan tsunami.  Analisis kerusakan yang terjadi akibat bencana dengan merancang kota kembali yang lebih lengkap dengan zona pengamanan seperti magrove untuk pemecah gelombang maka Pemerintah daerah NAD harus mengubah tata ruang daerah yang kawasannya dilanda tsunami hingga sejauh 5 km dari garis pantai, dengan menanam hutan bakau dan pengawasan pertumbuhan terumbu karang yang mengalami penurunan akibat gerak tektonik.
Daerah yang terkena tsunami dijadikan sebagai daerah “sabuk hijau” dan tidak dihuni sebagai kota. Sedangkan daerah pemukiman sebaiknya dipindahkan ke daerah yang lebih tinggi dan aman dari abrasi pantai maupun gerakan tanah pada sisi tebing.
Wilayah dengan topografi miring landai ke pantai sebaiknya dijadikan juga sebagai pembatas dari “greenbelt”, agar `ada wilayah digunakan untuk penahan dan pemecah gelombang tsunami kedua setelah melewati daerah garis yang terletak tepat dibibir pantai dengan menanam budidaya yang memiliki daya serap akar yang tinggi agar dapat memecah gelombang tsunami.
Sedangkan untuk stuktur bangunan gedung dan rumah sebaiknya diselaraskan dengan bangunan/arsitektur di atas peredam karet untuk meredam goncangan yang paling buruk. Model rumah ada baiknya bergaya arsitektur tradisional yang berkerangka kayu serta pengurangan jumlah penduduk dikawasan rawan bencana, dan yang terakhir pemasangan sistem peringatan dini terhadap bencana untuk memberi kesempatan bagi penduduk dengan waktu yang cukup dalam menyelamatkan diri ke daerah aman.
Bencana geologi harus dijadikan cermin pelajaran yang berharga untuk merencanakan pembangunan Aceh dan wilayah Indonesia lainnya yang berbasis informasi geologi dalam mengurani dampak kerusakan yang akan terjadi karena siklus bencana selalu kembali dengan intensitas kerusakan yang berbeda.
Diterbitkan Surat Kabar Harian “ANALISA” Medan, Tanggal 24 Desember 2005
Dipublikasi Ulang, tulisan ini sudah jiplak tanpa menulis nama penulis sebenarnya


Oct 1, 2015

GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN



GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN
Oleh M. Anwar Siregar


 

 Gambar : Indonesia harus memiliki ketangguhan pembinaan untuk menghasilkan ganda sehebat Gu Jun, tradisi china didapat melalui pembinaan yang panjang dan kontinu plus mengamati pembinaan negara lain. Sumber gambar: sportslook.net
Sebagai penggemar berat olahraga tepok bulu angsa ini untuk kesegaran fisik, selain sepak bola yang sebatas sebagai penonton, penulis dan juga pasti masyarakat saat galau melihat prestasi yang terjadi saat ini, regenerasi seperti berjalan lambat, potensi yang ada ternyata masih kalah kualitas dari pemain luar negeri, soal teknik dasar maupun mental sebenarnya cukup memberikan prospek yang mumpuni, namun pada kenyataan ini, kita lihat atlet-atlet bulu tangkis kita seperti tidak berdaya.
Jika anda rajin menyaksikan siaran langsung maupun cuplikan tayangan oleh raga bulu tangkis dari media elektronik, nampak atlet kita seperti tidak ada berkekuatan nation building, penulis melihatnya seperti pemain yang sering menguraskan tenaga berlebihan, tanpa ada pemikiran analisis ringkas dari si atlet, padahal pihak lawan memang seperti sudah menganalisa permainan mereka sebelum bertemu, memang dipinggir lapangan ada pelatih yang menganalisis permainan, namun keputusan gerakan langkah dinamis dilapangan tetap pada si atlet yang mengambil keputusan, karena hal ini berhubungan dengan perubahan taktik selalu berubah dilakukan pihak lawan.
Namun kesalahan dan kegagalan dalam meraih beberapa puncak prestasi itu dapat juga dilihat dari pembinaan yang dilakukan, parameter yang menyertainya dalam pembinaan serta metode pengembangan iptek, dan jika perlu gunakan cara yang dilakukan pihak lawan, yaitu spionase positif dalam mengamati kondisi FIO (Fisik, Intelegensi dan emOsi) seorang atlet sebelum bertanding atau ketika sudah terdaftar dalam suatu pertandingan dan telah mengetahui laju posisi grup masing-masing. Pekerjaan seperti ini jarang dilakukan oleh tim official maupun manajer dalam manajemen “perang”, baik di tingkat daerah maupun nasional. Akibatnya, prestasi dan laju pengembangan permainan terhenti di awal pertandingan. Seharusnya prinsip dipakai adalah lebih baik bermain lama demi kematangan teknik dan mental daripada jadi penonton lebih dini. Maka perlu sistim spionase untuk mempelajari segala elemen lawan dan pembinaan.
PEMBINAAN
Rutinitas latihan tidak cukup untuk meningkatkan prestasi, latihan yang diberikan harus bervariasi, hal ini semua sudah mengetahuinya. Namun ada yang kurang penulis lihat di beberapa daerah yaitu pembinaan tingkat dini, berlanjut ke jenjang tingkat yunior ataupun remaja. Rantai pembinaan seperti terputus-putus, berbagai alasan sering menyertai bagi atlet yang berpotensi puncak prestasi mengalami kendala, namun gerak laju pembinaan dapat disebabkan oleh ketidaksinambungan dana sponsor pembinaan serta faktor tidak sesuai dengan kondisi euforia prioritas skala olahraga yang dikembangkan di daerah tertentu.
Contoh daerah dengan topografi terjal, banyak sungai, pantai atau dikelilingi laut dan Danau lebih cocok olahraga air, kano atau dayung, renang serta atletik, begitu juga daerah yang masyarakatnya gila bola seperti Medan, namun soal mendapatkan sponsor lebih mudah ketimbang olehraga lainnya.
Pembinaan bulu tangkis tidak mengenal kondisi topografi lingkungan, maksud penulis disini adalah lingkungan tidak cocok dengan karakter kok (bola) untuk bermain jika bermain di luar lapangan tertutup, yang daerahnya memiliki tingkat laju angin kencang dari batas kecepatan bola yang telah di uji di laboratorium, yang perlu disesuikan adalah bagaimana menghasilkan atlet dengan berbagai karakter serba bisa dalam berbagai karakter lingkungan yang menyertainya saat berperan dalam memperkuat mentalnya dan harus dikuasai bukan saja lawannya ataupun ejekan penonton.
Kita tahu, dalam gedung tertutup kadang kecepatan angin apakah yang berasal dari AC, ventilasi udara dan lainnya dapat mengganggu konsentrasi permainan, dan hal ini banyak dikeluhkan atlet daerah, begitu juga atlet nasional. Tragis, dari hal kecil saja sudah banyak mengeluh bagaimana menghasilkan prestasi.
Daerah dengan kegilaan sepak bola mungkin dapat lebih mudah mendapat dana untuk menyelenggarakan pertandingan secara rutin dan berkala, namun untuk bulutangkis kadang-kadang masih terbatas dan atau istilah sponsor lihat dulu apa menarik, jika dilihat faktor prestasi dan manajemen induk olahraga, masyarakat dapat menilainya. Kadang penulis menemukan hal ini, walau tingkat kelurahan, sponsor kadang mulai pelit mengeluarkan dana. Selain itu, inovasi yang di lakukan oleh klub untuk menarik sponsor masih kurang gereget.
GRAND PRIX SPIONASE
Untuk mendapatkan sponsor tetap dan cadangan banyak cara dilakukan, demi peningkatan prestasi setingginya, salah satunya adalah kembangkan dulu inovasi sistim pembinaan, pemerintah wajib memberikan dana, selanjutnya pihak otoritas olahraga mempersiapkan atlet yang direkrut dari berbagai jenjang usia dini dan dimasukan dalam wadah pembinaan grand prix lokal. Disini peran klub dan pemerintah atau juga masyarakat memberikan dukungan untuk menarik sponsor.
Pembinaan grand prix lokal bersistem kontinu setiap kota dalam satu propinsi, berjenjang dari kelurahan tiap kecamatan wajib menyelenggarakan per bulan, tiap priode triwulan wajib ada pertandingan tingkat antar kecamatan, per satu semester wajib ada kejuaraan tingkat kota/kab dan Povinsi (hampir bersamaan). Publikasi wajib mengajak pihak media untuk terus menjaring minat masyarakat dan sponsor dengan intesif keringanan pajak dari panitia maupun pemerintah sebagai wujud nation building bagi perusahaan yang mencintai negaranya demi kemajuan pembinaan mental sumber daya manusia melalui bidang olahraga.
Metode ini, pernah penulis membacanya di media lokal Hongkong, kalau tidak salah baca penulis karena dalam bahasa Mandarin (diterjemahkan pakai Alfa Link Bahasa, maklum penulis tidak lancar bahasa ini, beda dengan bahasa Inggris), sudah diberlakukan di beberapa negara yang bersistim pemerintahan komunis seperti Tiongkok, dan mulai ditiru negara Eropa, beberapa negara Asia. Sehingga pihak sponsor memberikan dana tetap bagi setiap klub dan terus mengadakan pertandingan rutin lokal dengan berbagai inovasi kreativitas tinggi hingga ke tingkat nasionl.
Surplus, sudah pasti dihasilkan, beberapa pemain potensial atau biasa tapi dipoles dengan rutinitas pertandingan mampu jadi pemain hebat, lihat saja negeri Tiongkok, produksi pemain mereka tidak berhenti menyerbu negara lain untuk jadi jawara, selau datang jawara baru, sehingga pihak lawan susah menganalisa atlet mereka, tetapi sebaliknya mereka selalu siap meladeni atlet lain walau jagoan terbaik mereka tidak diturunkan, lihat saja Piala Sudirman 2015, Indonesia takluk walau Li Dan tidak turun.
Metode ini juga disempurnakan dengan melihat cara lawan menghasilkan produk unggulan atlet, salah satunya diam-diam negara lain belajar pembinaan olah raga bulutangkis Indonesia namun dikembangkan lebih canggih dengan memonitor atlet yang dihasilkan lalu di sempurnakan dengan metode kedokteran olahraga iptek.
Mereka mengawasi dan mendata semua atlet negara lain, lalu disesuaikan dengan pola grafik dan standar permainan untuk menghentikan laju kemajuan lawan, dalam hal ini atlet kita sudah diamati, maka kenapa kita susah bangkit, karena produk kita sarat dengan masalah yang belum teruji secara canggih, baik permainan, mental dan analisis Fisik, Intelektua dan Emosi. Dan di perparahkan oleh tidak lengkapnya akurasi data lawan yang terbatas, karena pihak lawan sering memproduksi pemain muka baru yang sudah mengenal produk itu-itu saja dari Indonesia.
Maka gampang di gebuk, belum lagi sepanjang pertandingan mereka terus menganalisis kelemahan atlet dengan berbagai perangkat teknologi. Dan itu adalah kekurangan terbesar yang dimiliki Indonesia, termasuk cabang oleh raga populer seperti sepak bola, tidak belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh pihak lawan. Jika tidak, kita tidak perlu menjadi pecundang abadi.
Maka siapkan diri dari pembinaan pertandingan rutinitas tanpa terputus yang paling dibutuhkan atlet pada setiap pengurus daerah PBSI, disertai pengawasan kemajuan pihak lawan dengan mempersiapkan atlet dengan berbagai metode karakter permainan lawan kelas dunia. Semoga Bangkit dan berjaya lagi.
M. Anwar Siregar
Penggemar Olahraga Bulutangkis, Sepakbola, dan Adventure Geologi Marine.
Tulisan ini khusus di Blog : paluemasgeolog.com

Keberlanjutan Air dan Hutan Danau Toba

Keberlanjutan Air dan Hutan Danau Toba

 Oleh M. Anwar Siregar

Kondisi fisik dari suatu lingkungan disekitar kota-kota di lingkar Danau Toba telah banyak mengubah tata lingkungan hutan bagi Danau Toba akibat dampak kemajuan pembangunan fisik dengan laju kerusakan tata kelola hutan berubah fungsi akibat pembangunan infrastruktur fisik di pinggiran Danau terbersar di Indonesia ini, penyebabnya akibat dinamika laju pembangunan yang dibentuk oleh tiga unsur perubahan yaitu pepohonan dan organisme di dalamnya, struktur (kondisi sosial) dan manusia (dikutip dari Grey, 1996).

(Analisa/said harahap) KALDERA TOBA: Danau Toba danau kaldera terbesar di dunia yang terletak di Sumatera Utara, merupakan kaldera vulkano tektonik (kawah gunung raksasa), kaldera terbentuk oleh proses amblasan pasca erupsi supervolcano gunung api Toba Purba 74.000 tahun yang lalu.
 
RUANG terbuka merupakan daerah yang dibatasi untuk pembangunan fisik, baik dalam tata ruang kota seperti RTH maupun dalam RTH abadi, ruang terbuka hijau merupakan ruang khusus untuk tujuan pengendalian kerusakan lingkungan, ruang hijau biasanya banyak ditemukan dalam bentuk jalur jalan, tepian air waduk, danau DAS atau bantaran sungai, bantaran rel kerata api, saluran/jejaring listrik tegangan tinggi, atau bisa dalam bentuk taman hijau, misalnya taman lingkungan kota, taman pertanian dan pertamanan kota, taman hutan pohon, taman hutan konservasi dan taman hijau resapan air seperti taman pohon lingkaran danau, sungai-sungai dan teluk, taman hijau tidak boleh dibiarkan mengalami krisis lingkungan, terutama penggundulan dan pembabatan pohon-pohon muda seperti yang terjadi dan dialami di sekitar Danau Toba.
Keberlanjutan Air
Menanam berbagai jenis pohon adalah bentuk kesadaran dan tindakan nyata yang dapat dilakukan kalangan masyarakat secara global, yang selalu diadakan secara serentak di seluruh dunia dalam memperingati hari lingkungan, hari hutan, hari pohon dan hari habitat serta hari bumi, bertujuan utama adalah menjaga keseimbangan iklim, cuaca dan pemanasan global berkelanjutan.
Menanam pohon juga merupakan bagian dari keberlanjutan menjaga lapisan ozon dari kerusakan yang lebih parah, secara sederhana dan dapat dilakukan dengan semangat menjaga kesehatan diri dari bencana lingkungan, yaitu dapat dilakukan dari kegiatan sehari-hari mulai berangkat dan pulang bekerja (penghematan BBM, penghematan biaya imbangan kesehatan untuk mencegah pencemaran udara, melestarikan kesehatan infrastruktur dari beban kerusakan kendaran dengan mengurangi penggunaan transportasi kendaraan, bersepeda, berjalan kaki, melakukan gerakan hijau di sepanjang koridor jalan (secara luas).
Menanam pohon di sekitar Danau Toba sangat penting untuk keberlanjutan sungai-sungai yang membelah 13 kabupaten di Sumatera, sangat bergantung dengan kehadiran jumlah pohon-pohon yang muda guna menyerap dan menyimpan air, tatanan geologis air Danau Toba merupakan salah keunikan yang dimiliki Danau Toba sehingga memungkinkan Danau Toba dimasukan ke dalam Taman Bumi ke GGN UNESCO.
Eksploitasi Hutan Toba
Gerakan nyata pelestarian lingkungan di hutan Danau Toba sangat penting dalam rangka mengendalikan penurunan permukaan air Danau Toba selain berfungsi menekan kerusakan lapisan ozon dalam skala global. Eksploitasi hutan di wilayah daerah lingkar tebing Danau Toba yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air selama ini telah berubah mengancam ekositem keseimbangan air di Danau Toba. Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak menunjukan sisa vegetasi hutan tinggal 12 persen dari total 356.800 hektar areal hutan di kawasan Danau Toba (data BLH Sumut, 2014).
Sementara eksploitasi ruang-ruang budidaya bagi kebutuhan industri serta kegiatan wisata infrastruktur fisik walau pembangunan berskala kecil bisa juga turut menekan kerusakan dan ketidakseimbangan hutan terutama laju penebangan pohon-pohon untuk industri pabrik bubur kertas di sekitar Danau Vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Kerentanan ekosistem Danau Toba sangat mengkhawatirkan, sebab dapat menyebabkan perubahan iklim pemanasan global semakin rentan bagi makhluk dan juga bagi keberlajutan pasokan sumber daya energi di Sumatera Utara, karena air di Danau Toba dapat berfungsi sebagai pasokan energi listrik bagi PLTA Asahan.
Ketidakseimbangan itu dapat dilihat dari izin terhadap perusahaan Toba Pulp Lestari dengan konsesi lahan hutan seluas 188.055 hektar yang tersebar di 13 kabupaten, 8 di antaranya daerah lingkar Danau Toba yaitu Samosir, Karo, Dairi, Humbahas, Pakpak Barat, Simalungun, Tapanuli Utara dan Toba Samosir yang mencapai sekitar 78.558 hektar serta merupakan sumber daerah resapan air. Jadi tersisa 12 persen vegetasi hutannya.
Kondisi inilah menyebabkan kenapa setiap tahun krisis listrik dialami Sumut, karena akibat terjadinya gangguan ketidakseimbangan air lingkungan di Hutan Lingkar Danau Toba, yang salah satunya pasokan air terganggu dampak dari berkurangnya dan hilangnya pohon-pohon di hutan Danau Toba yang dapat menyerap air sehingga ratusan sungai di kawasan Danau Toba mengalami kekeringan jika musim kemarau dan tak mampu menyerap luapan banjir jika terjadi musim hujan.
Sebuah areal hutan industri yang diperuntukkan bagi budidaya hutan pinus, selama belasan tahun yang hadir hidup di sekitar Kabupaten lingkar Danau Toba, dan sebelum tahun 1984 ketika itu belum ada gangguan eksploitasi besar-besaran terhadap pohon-pohon muda di Hutan Danau Toba, air Danau Toba tetap jernih dan stabil dalam memasokan pembangkit listrik, namun dengan hadir izin PT Inti Indo Rayon (atau TPL sekarang), selama belasan atau puluhan tahun pola eksploitasi itu telah mengubah kondisi fisik hutan-hutan di 13 Kabupaten, dampak dengan hilangnya pohon di area hutan lindung, hutan konservasi dan hutan budidaya pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhan ruang dapur untuk industri pulp kertas dan ruang bagi pemukiman fisik yang menambah semakin kompleksnya tata ruang air di lingkar Danau Toba.
Memerlukan moratorimu ataupun peninjauan ulang izin konsesi lahan yang membabat habis hutan-hutan yang ada di 13 Kabupaten, tindakan ini perlu dilakukan karena disebabkan rehabilitasi dan reboisasi tidak seimbang dengan laju pengambilan pohon-pohon di lingkar 8 kabupaten di Sekitar Danau Toba, dengan terbukti telah mengalami kelangkahan air, serta musibah longsoran tanah di Tapanuli Utara dan Humbahas.
Moratorium Geopark Toba
Dirasa sudah sangat mendesak bagi keberlanjutan hutan-hutan dan air serta pasokan energi dari Danau Toba. Karena itu perlu moratorium hutan yang lebih tegas, mengingat pada zaman mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum terlaksana. Hal ini penting untuk menyelamatkan Danau Toba sebagai warisan dunia untuk pengetahuan dan lingkungan, mengingat pengurangan kawasan hutan sebagai akibat pertumbuhan permintaan industri pulp kertas dan pertumbuhan penduduk untuk ruang pemukiman serta pengembangan investasi harus ada pembatasan dan pengendalian secara ketat di kabupaten sekitar lingkaran Danau Toba.
Oleh karena itu perlu kita giatkan pengendalian izin pemanfaatan ruang-ruang hijau dan ruang air agar kawasan hutan pohon dan air di Danau Toba tetap memberikan konstribusi sebagai paru-paru dunia selain memberikan sumber devisa sebagai ikon pariwisata Indonesia. Jadi yang harus dilakukan antara lain meningkatkan kualitas kawasan hutan dan tutupan yang mengalami penggundulan melalui berbagai program hijau, seperti reboisasi atau penanam sejuta pohon, menciptakan lahan pertanian budidaya abadi dan menetapkan kawasan hijau di sekitar lingkar Danau Toba sebagai zona ekologi hijau abadi atau RTH abadi dengan melalui peraturan UU yang mengikat dan tidak boleh dilanggar. Kawasan di luar Danau Toba harus sebagai zona penyangga kehidupan yang bisa dialihkan menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) yang bertutupan hutan untuk mencegah bencana ekologi dan geologis di sekitar Danau Toba.
Perlu juga zonasi pengendalian pemanfaatan ruang fisik, biarkan Danau Toba tetap alamiah dengan tetap mengikuti perkembangan peradaban modern. Zonasi map regulation diperlukan karena mengingat kawasan Danau Toba telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, salah satu usulan yang diinginkan adalah menjadi satu Geopark Bumi ke dua di Indonesia, untuk mengikuti jejak Geopark Bumi Kaldera Gunung Batur sebagai taman bumi pertama di Indonesia.

Danau Toba memang pantas dimasukan ke dalam Global Geopark Network (GGN) UNESCO kerana memiliki keunikan periode geologi dan terbentuk oleh letusan supervolcanoes Toba Purba melalui periode geologi yang berbeda.
(Penulis adalah Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer)


http://analisadaily.com/lingkungan/news/keberlanjutan-air-dan-hutan-danau-toba/140144/2015/06/07

Geowisata Bahari Pulau Tello-Nias


GEOWISATA BAHARI PULAU TELLO-NIAS
Oleh M. Anwar Siregar

Siapa yang tidak kenal Pulau Nias? Semua tahu pulau ini merupakan daerah yang memiliki potensi geologi wisata bahari yang mengagumkan namun belum tergalikan dengan baik, sehingga banyak masyarakat luar belum banyak mengatahui keindahan alam yang melingkupi Pulau Nias, antara lain Pulau-pulau Batu/Tello, Pulau Tanah Masa, Pulau Bala dan Pulau Pini.
Penulis berkesempatan mengunjungi Pulau-pulau Batu dengan ibukota Kecamatan Kelurahan Pasar Tello, yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Nias Selatan dengan 101 pulau.
GEOLOGI PULAU TELLO
Keindahan dan Pesona Pulau-pulau Batu dapat dikembangkan sebagai geologi wisata bahari, karena daerah ini memiliki potensi pantai pasir putih yang halus, mengingatkan kita pada pantai di Teluk Dalam, terutama pantai Sorake dan Lagundri yang dikenal sebagai wisata surfing/selancar air laut kelas dunia. Jika dilihat dari luas bentangan pantai pasir putih, memang pantai di Pulau-pulau Batu tidaklah seberapa luas dan panjang namun keindahannya masih sangat alamiah, sejuk jauh dari kesan jorok, dan angin pantai dan rimbunnya pohon-pohon kelapa sangat menyejukan mengiringi langkah anda untuk betah berjam-jam menikmati dari kejauhan gelombang ombak yang berada dalam wilayah administrasi Tanah Masa dan Tanah Bala, wilayah geologi Tello memang dikontrol oleh banyaknya batu-batu karang yang terproses oleh sejarah pembentukan pulau-pulau vulkanik disepanjang Pantai Barat Sumatera.
Proses pembentukan Pulau-pulau Batu berhubungan dengan struktur geologi Antiklin Tanah Masa, patahan turun aktif Simundong Tanah Masa dan proses pembentukan koral/terumbu karang oleh proses pengangkatan dan penurunan akibat tumbukan lempeng Indo-Australia ke batas Lempeng Sumatera di sebelah Baratlaut Selat Nias dan proses pelentingan akibat regangan ketika terjadi tumbukan lempeng di Utara Pulau Nias atau sekitar Pulau Pini

Foto 1; Sebagian terlihat jejak struktur geologi antiklin Pulau Tello yang ditujukan oleh kemiringan perlapisan batuan naik dan sebagian tenggelam didasar laut.
(Dok Foto Penulis)


Foto 2 : Rangkaian pulau-pulau Tello dengan kenampakan geologi terumbu karang sebagian pulau terpisah akibat penurunan dan mengalami pencananggan air laut.
(Dok. Foto Penulis)
Batas kontak sesar turun terdapat dikeliling Pulau Tello, yang dalam sejarah tektonik telah berulangkali mengalami pengangkatan dan penurunan batimetri/topografi laut termasuk pada kejadian gempa Aceh 2004 dan gempa Nias 2005.
Lajur akresi prisma merupakan batas tumbukan lempeng terletak menghadap samudera yang menyebabkan daerah Pulau-pulau Batu mengalami pergeseran 1-2m, P. Tanahmasa, Pulau Tanah Bala dan Pulau Pini mengalami pengangkatan 0.5 cm, sangat rawan bencana akibat gempa tsunami, sehingga dapat mempengaruhi tinggian gelombang ombak disekitar karang-karang batu dan bagian lajur Cekungan Busur Depan Sumatera

Foto 3 : Pulau Karst Tello sebagai geowisata tentang proses pembentukan pulau batu karang, jejak pengangkatan dan pencananggan air laut masih ada dan terdapat gua karang yang terpisah dari pulau utama yaitu Tello akibat pengangkatan oleh gempa Nias di masa abad 18-19, mengalami penurunan 0.5m pada gempa Nias 2005.(Dok Foto penulis)
POTENSI GEOLOGI KELAUTAN
Potensi wisata bahari yang dapat dijual dan dipromosi antara lain : wisata pantai disepanjang keliling Pulau Tello. Pulau Sibaranum dan Pulau Pono, serta P. Simuk dengan hamparan pasir putih alamiah dengan kebeningan air laut. P. Sibaranum idealnya sebagai daerah khusus pantai dengan minimun hunian agar keasriannya tetap terjaga, sebagian pulau ini sudah dibuat fasilitas tambatan kapal perahu mesin dan juga berfungsi sebagai tanggul gelombang besar. Sedang P. Pono sebagai lokasi pemancingan dan budidaya ikan karena air laut sangat bening. P. Simuk dapat melihat jejak pengangkatan koral dan pergeseran lempeng menyebabkan garis pantai bertambah panjang.
Foto 4 : Sebagian Pulau Sibaranun, wisata bahari yang belum “terjual”. Keindahannya terlihat pada hamparan pasir dan air laut yang bening.(Dok Foto Penulis)

Potensi geologi wisata gua dan struktur antiklin Tello, Anda dapat menikmati deburan ombak menghantam sisa-sisa struktur antiklin yang memperlihatkan kondisi geologi masa lalu Pulau ini terbentuk beserta keunikan pohon kelapa yang tumbuh disisi tebing dengan cara melingkar serta tumbuh alamiah disekitar gua yang belum dibuat sarana infrastrukturnya, dari lokasi ini kita dapat melihat berbgai jenis tumbuhan laut, bunga dan sisa bangkai tumbuhan yang membusuk serta dapat meneruskan jalan pulang apabila air laut belum pasang maka dengan jelas anda akan melihat jejak-jejak terumbu karang yang tersembul dan fosil laut yang masih ada dan tercetak pada satuan batu gamping koral oleh pengangkatan akibat gempa disebelah barat daya Pulau Tello.
 

Foto 5 : Gua Tello, yang terbentuk oleh evaporosif batuan karbonat dengan air laut.(Dok Foto penulis)

Foto 6 : Keunikan tumbuhan yang ada di Pulau Tello, terletak sekitar mulut gua, dalam gambar terlihat lingkaran batang pohon kelapa yang tumbuh tepat disisi tebing terjal (Dok Foto Penulis)
Ombak laut Pulau Tello memang tidak sehebat ombak pantai Soreake, namun potensi ini menurut penulis dapat dikembang, yaitu surfing khusus bagi pemula, tinggi gelombang rata-rata 75 cm dari maksimal 1 meter dengan mencapai panjang rentangan ombak 50-75 meter sebelum terhempas ke sebagian daratan karang yang mengalami pengangkatan akibat gempa Nias 2005, Anda mau relaksasi dari tur Pulau Tello dapat santai memancing bebas ikan dibeberapa tempat, agar mantap dianjurkan sekitar jam 5 sore, dipinggir pantai air laut tanpa bening dan warna-warni ikan akan tampak jelas menakjubkan, di pulau ini juga ada cafe karoake yang menghibur Anda sambil menikmati hijaunya pulau diseberang Tello.
Foto 7 : Deburan ombak sekitar karang Antiklin Tello dengan kenampakan Pulau Pono (Dok Foto Penulis)

INFRASTRUKTUR FISIK
Sarana yang tersedia sudah memadai namun masih harus ditingkatkan yaitu pelayaran rutin melalui Pelabuhan Laut dari Sibolga maupun dari Teluk Dalam serta Gunung Sitoli ke Tello, Kapal besar berbobot 100 ton seperti milik PELNI maupun Perintis sudah dapat bersandar di pelabuhan utama Tello yang telah dilengkapi sistim peringatan dini tsunami.
Selain itu, salah satu pulau di seberang Pulau Tello juga telah di bangun Bandara Udara dengan panjang landas pacu mencapai 250 meter dengan penerbangan  dua kali seminggu dari bandara Pinang Sori  dan Padang-Sumatera Barat. Pemerintah Nias Selatan harus mampu menjual “dagangan wisata kecil ini” menjadi komoditas unggulan.
Foto 8 : Terlihat Dermaga Tello berkapasitas bobot lebih 50 ton dengan panjang 100 meter lebih, disini Anda bisa menikmati panorama keindahan laut dengan sekeling pulau-pulau kecil yang mengintari Pulau Besar Tello (Dok Foto Penulis)

Foto 9 : Penulis bersama anak memandang kejauhan pulau Siguntuan dan Sigata, lokasi tempat penulis adalah sekitar 25 meter dari mulut gua pantai Tello yang mengalami pengangkatan oleh gempa Aceh-Nias 2004-2005.(Dok. Foto Penulis)

M. Anwar Siregar
Geolog, Penggemar Adventure Geologi dan Kelautan, Diterbitkan Tanggal 12 Mei 2013








Related Posts :