Apr 18, 2016

Gempa Nias 2016

TATA RUANG MEGATHRUST NIAS
Oleh M. Anwar Siregar
Gempa yang terjadi sejak tahun 2004 dan pada akhir Maret 2016, masih disertai gempa-gempa susulan yang kuat hingga pada periode gempa sekarang, akibat gempa ini telah merangsang aktivitas gempa pada 19 segment patahan daratan Sumatera termasuk di daratan Pulau Nias, yang membentang disepanjang Pulau Sumatera dari Gayo Lues Aceh Besar hingga ke Semangko di Lampung.
Sepanjang sejarah yang tercatat, daerah yang dilalui Patahan Sumatra paling tidak terjadi gempa bumi dengan skala 5 atau lebih sekali dalam setahun. Komponen dari pergerakan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia diakomodasikan dalam jumlah yang relatif besar oleh pergerakan patahan geser menganan dari Patahan Sumatra, sedangkan di dasar laut ditunjukan oleh pergeseran sesar naik dan slab fault terutama di sekitar patahan Nias-Simeulue-Aceh.
Dari gambaran besarnya tingkat bahaya yang ditimbulkan dalam bencana gempa Nias 2005 lalu, masih akan ada ancaman tata ruang Nias dari berbagai elemen dan fakta menunjukan bahwa tata ruang Nias pasca gempa Maret 2005 itu belum berketahanan gempa dan banyaknya peralatan deteksi tsunami telah mengalami kerusakan dan hilang, serta kerugian investasi kini semakin lebih besar dibandingkan kejadian gempa 2005 lalu.
Sekarang masyarakat Nias semakin bertambah padat dan umumnya bermukim di daerah yang di kategori tingkat kerentanan sangat tinggi, tanpa perisai yang tangguh menghadapi bencana dan kearifan lokal kini tergerus oleh peradaban modern yang sebenarnya masih tangguh menghadapi perkembangan zaman di era sekarang dan masa mendatang.
Gempa Mentawai 2016 dengan magnitudo 7.8 SR juga terasa di Nias dan Daratan kota yang menghadap Pantai Barat di Sumatera. Membutuhkan tata ruang megathrust gempa.
Perencanaan Mitigasi 
Nias dalam sebelas tahun terakhir ini masih merasakan gempa kuat dan memerlukan paradigma pembangunan tata ruang mitigasi gempa yang komprehensif dan mengingat gerakan pembenturan lempeng saat ini bergeser ke kawasan Asia Timur dan menerus ke Asia Selatan dan masih berkorelasi dengan patahan yang ada di Utara Sumatera dan sangat selaras dengan kondisi pembentukan pulau-pulau di Pantai Barat Sumatera. 
Dan perlu suatu panduan untuk perencanaan tata ruang mitigasi yang disesuaikan dengan kondisi fisik kota-kota yang ada di Pulau Nias agar selaras selalu menghadapi ketidakpastian ancaman megathrust gempa. Sesuai dengan panduan perencanaan dan perancangan desain untuk kawasan rawan tsunami khusus kota di pulau-pulau yang terbentuk oleh evolusi subduksi yang membentuk pulau vulkanik maka Nias harus merujukan aspek design tata ruang yang berbasis tahan gempa, yaitu : 
1. Mengenalkan risiko tsunami, 
2. Menghindarkan pembangunan baru di daerah terpaan tsunami.
3. Selama tidak ada gempa kuat, pemerintah diimbau segera dan cepat mengadakan penelitian setiap rencana tata ruang detail wilayah dan tata ruang kota. 
4.  Pemerintahan daerah diimbau juga untuk memgunakan standart operator practice (SOP) sesuai dengan karakteristik sosial dan keadaan dinamika alam daerahnya untuk siap menghadapi bencana berdasarkan skala bencana yang sering terjadi, bagaimana mengelola bantuan, bagaimana mempersiapakan standart kontsruksi bangunan gempa yang sederhana, mempersiapakan mitigasi masyarakat secara kontinu dalam menghadapi bencana yang tidak pasti.
5. Selanjutnya, harus pula dipikirkan bagaimana mengevakuasi warga, misalnya pentingnya pemerintah membangun dan memelihara ruang terbuka yang luas dan hijau, bukan saja sebagai daerah paru-paru tetapi juga berfungsi dalam keadaan darurat bencana untuk penampungan warga.
Deteksi Bencana 
Nias merupakan daerah yang dilingkupi oleh berbagai zona kegempaan besar di bawah permukaan laut dan daratannya dibagi beberapa zona segment patahan yang sangat mematikan bagi tata ruang Nias jika tidak di rancang dengan pola tata ruang kota yang berketahanan gempa.
Dari data hasil berbagai literatur yang penulis rangkum dan diinterprestasi langsung untuk bahan tulisan ini, dari data rekaman satelit GPS dan SPOT UNOSAT tahun 2007, ketika terjadi gempa Bengkulu dan Sumatera Barat, data peta Satelit LANDSAT ketika terjadi gempa di Timur Indonesia tahun 2008 dan 2010 di Pantai Barat Sumatera dan Google Earth dan SPOT 2006, 2012 pada gempa Aceh dan 2009-2012 .
Pada kejadian gempa di Pantai Barat Sumatera, serta gempa Mentawai 2016, banyak kota di Pulau Nias belum menata kawasan yang sesuai dengan karakteristik faktor internal dan eksternal proses lingkungan tektonik dan geomorfologi/topografi kebencanaan geologi dalam “memproteksi” pengurangan, pengendalian dan respon bencana terhadap kerusakan infrastruktur serta tata ruang akibat bencana gempa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangan dalam analisa deteksi bencana bagi tata ruang mitigasi gempa tsunami Nias adalah: Pertama, sejarah bencana gempa yang terjadi. Kejadian sejak tahun 1834 hingga sekarang, yaitu 1843,1861, 1907, 1935, 2005 dan 2008. Empat dari kejadian gempa yang menghasilkan tsunami yaitu 1843, 1861, 1907 dan 2005. Sejarah gempa sangat penting bagi landasan tata ruang, bahwa kejadian lalu masih akan berlangsung dengan intensitas yang berbeda. Jadi tata ruang harus mencari sumber sejarahnya, sebelum membangun investasi tata ruang wilayah.
Kedua, Pengalaman masyarakat, diperlukan untuk pengembangan tata ruang dan rekonstruksi dan rehabilitasi tata ruang yang pernah mengalami bencana, sehingga dapat mengendalikan dan mengurangi jumlah kerugian harta dan jiwa. 
Ketiga, intensitas bahaya yang akan ditimbulkan, perkiraan dan dampak sebaran luas wilayah yang akan mengalami ancaman bencana dan  kemungkinan dapat di desain bentuk model penataan ruang. 
Keempat, bahaya maksimun yang mungkin terjadi, perlu mempelajari kawasan yang dapat memberikan respon dan efek bagi daerah sekitar, jumlah maksimun kerusakan yang dapat terjadi dalam satu wilayah tata ruang, misalnya dampak maksimun kerusakan kota yang menghadap ke pantai dengan morfologi rendah.
Kelima, building code terhadap ancaman sekunder, gempa kadang mampu meruntuhkan bangunan yang tidak mengikuti kaidah konstruksi akan mudah mengalami kehancuran, building code diperlukan untuk menyesuaikan percepatan puncak batuan dasar dan guna mengendalikan tingkat maksmun bencana yang mungkin akan terjadi. 
Keenam, yang perlu juga diperhatikan adalah semakin jarang adanya ancaman di suatu daerah, maka makin sedikit informasi sejarah maupun data statistikal yang diperoleh maka sedikit kesempatan untuk memprediksi atau meningkat kewaspadaan masyarakat tersebut.
Ketujuh, perlu analisis kemungkinan perubahan ancaman yang sudah terdata dengan melakukan kajian ancaman yang lain dan masih bertalian erat dengan ancaman yang ada karena ada faktor-faktor eksternal seperti perubahan kondisi lingkungan iklim global dan bencana-bencana alam lainnya yang dapat mengancam kehidupan di Pulau Nias.
Kedelapanm, percepat rekonstruksi jaringan jalan yang baik pada kota yang rawan bencana gempa dan tsunami serta harus mampu mengkomodir upaya mitigasi untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian bila terjadi bencana gempa dan tsunami. 
Salah satu upaya untuk mengurangi korban jiwa dan kerugian yang ditimbulkan akibat gempa dan tsunami tersebut adalah pengembangan jaringan jalan yang mengakomodir upaya mitigasi dan evakuasi bila terjadi bencana pada kota-kota pantai yang rawan gempa dan tsunami di Pulau Nias dan juga di Indonesia secara umum.
Masa Kini 
Nias di era sekarang setelah sebelas tahun kemudian, telah berkembang menjadi kota yang pesat dengan dimekarkannya menjadi beberapa kota/kabupaten kini belum seluruhnya mendesain tata ruangnya yang berbasis dan berketahanan bencana gempa dan tsunami.
Rancangan bangunan dan kontstruksi berat sipil lainnnya belum mengakomodasi aspek builcing code dan terlihat juga jaringan jalan dan utilitas lainnya belum berketahanan gempa sehingga menimbulkan masalah klasik jika terjadi bencana lagi.
Nias secara keseluruhan kini telah berkembang dengan baik tetapi perlu juga memperhatikan perencanaan mitigasi yang lebih baik lagi. Apalagi Mentawai baru saja melepaskan energi 7.8 SR terasa ke Nias cukup kuat.***
Penulis adalah Enviromentalist Geologist.
Sudah di Publikasi di HARIAN "ANALISA' MEDAN, Tgl 5 Maret 2016

1 comment:

  1. terimakasih infonya sangat membantu, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2KFWNkJ

    ReplyDelete

Related Posts :