Jun 25, 2016

Geopark Tiga Toba

MENANTI GEOPARK KETIGA INDONESIA
Oleh M. Anwar Siregar
Landasan regulasi untuk geokonservasi di Indonesia adalah UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan aturan di bawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam regulasi tersebut diatur tentang kawasan lindung geologi yang salah satu bentuknya adalah Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Pelaksanaan KCAG, jelas, merupakan modal dasar untuk pengembangan geopark. Sebaliknya, pengembangan geopark di suatu kawasan idealnya telah pula didahului oleh penetapan kawasan tersebut sebagai KCAG.
Saat ini Indonesia telah memiliki geopark kedua yaitu geopark (taman bumi) Gunung Sewu di Jawa Timur yang memanjang dari Barat ke Timur Pulau Jawa dan terkenal sebagai rangkaian pegunungan Karts. Geopark pertama Indonesia untuk dunia adalah geopark Gunung Batur di Pulau Bali.
KARAKTER GEOPARK GUNUNG BATUR
Di Kaldera Batur, warisan geologi atau pusaka bumi menjadi dasar bagi pengembangan Taman Bumi Batur. Di kawasan yang terbentuk dalam rentang waktu puluhan juta tahun hingga beberapa puluh ribu tahun yang lalu itu, bahkan hingga kini masih berlangsung aktivitas Gunung Batur. Pusaka bumi diperoleh dari berbagai keragaman geologi yang khas, unik, dan mengagumkan, sehingga perlu dilindungi
Kaldera Batur merupakan kaldera dengan struktur amblasan yang berbentuk lonjong, berukuran 13,8 x 10 km, melingkar dengan diameter 7,5 km. Dua tahap amblasan diselingi dengan aliran lava dan kubah lava andesit silikaan. Amblasan pertama diawali dengan letusan yang terjadi sekitar 29.300 tahun yang lalu, menyemburkan sekitar 84 km3 ignimbrit, sejenis batuan berukuran lempung yang tampak seperti tersusun dari bahan kaca yang terelaskan, dari jenis dasit yang disebut sebagai Ignimbrit Ubud. Letusan ini menyebabkan runtuhan, membentuk dinding terjal sedalam 500 m.
Letusan kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari kawasan pusat kaldera dan danau sekarang, menghasilkan sekitar 19 km3 ignimbrit juga berkomposisi batuan dasit. Ignimbrit hasil letusan yang lebih muda ini disebut Ignimbrit Gunungkawi. Letusan kedua ini memicu runtuhan yang kedua kalinya, membentuk kaldera melingkar di pusatnya dengan struktur cekungan. Ignimbrit Ubud dan Ignimbrit Gunungkawi berkomposisi dasitik, dengan butiran batuapung putih sampai merah dan abu-abu sampai hitam, serta ignimbrit di dalam kaldera sekitar 15 km3 berupa ignimbrit terelaskan sempurna. Perbedaan relatif ketebalan endapan antara ignimbrit di luar kaldera dan di dalam kaldera menunjukkan bahwa amblasan terjadi setelah letusan, dan pendalaman kaldera oleh pengisian material ignimbrit. Perkiraan volume kasar endapan ignimbrit di luar maupun di dalam kaldera sekitar 108 km3. Kekhasan jenis batu purba inilah mendorong Gunung Batur menjadi geopark pertama Indonesia.
GEOPARK GUNUNG SEWU
Kawasan Gunung Sewu memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain yang meliputi keragaman geologi, budaya, dan hayati. Kawasan kars tropik yang cantik ini terluas di Asia tenggara Di kawasan Gunung Sewu banyak sekali gua-gua alami yang indah dan dapat dikunjungi, mulai dari gua horizontal hingga gua vertikal. Selain gua, bentang alam Gunung Sewu juga memberikan pemandangan pantai yang sangat indah. Berada di selatan Pulau Jawa yang notabene menghadap langsung ke Samudra Hindia, pantai-pantai yang berada di Gunung Kidul, Wonogiri dan Pacitan merupakan spot terbaik untuk mendapatkan panorama yang menawan. Aktivitas geowisata sangat baik sebagai sarana untuk memperkenalkan geoheritage (warisan geologi)
Dalam konteks geopark, Gunung Sewu memiliki 30 situs geologi (geosite) yang tersebar di tiga geoarea. Pertama, geoarea barat di Gunung Kidul. Kedua, geoarea tengah yang termasuk wilayah Wonogiri. Situs geologi yang situs geologinya terdiri dari lembah, gua dan pantai. Mengenai lembah, di bagian utara ada Lembah Giritontro yang dindingnya berlereng terjal membentuk gawir setinggi puluhan meter karena dipengaruhi oleh patahan. Ketiga, geoarea bagian timur (Georea Pacitan) terdiri dari pantai, gua, sungai, dan telaga. tampak betapa keindahan kawasan bentang alam kars dan batuan dasar yang mengalasi batugamping Gunung Sewu itu sangat menonjol. Hal ini terwakili oleh gua, pantai, telaga, air terjun, dan perbukitan.  Ciri utama morfologi di permukaan (eksokars) Gunungsewu adalah bukit-bukit berbentuk kubah, sekalipun banyak disebut sebagai kerucut (cone karst atau kegelkarst). Adapun ciri endokars (morfologi bawah permukaan) adalah jaringan sungai bawah tanahnya yang rumit.
Ciri khas Gunung Sewu lainnya adalah gua-gua di Gunungsewu berupa gua vertikal (dalam bahasa setempat disebut luweng) sedalam 40-60m yang kemudian membentuk jaringan gua dan sungai bawah tanah hampir horizontal atau miring landai. Hampir semua resurgens (sungai bawah tanah yang muncul kembali ke permukaan) berada di pantai selatan, bahkan di bawah permukaan Samudra Hindia.
TOBA. GEOPARK BERIKUTNYA?
Posisi koordinat geografis kawasan Danau Toba terletak disisi timur dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan pada Lintang Utara antara 20o21’32”-20o59’28” dan 98o26’35”- 99o15’40” Bujur Timur (BT). permukaan danaunya berada pada ketinggian 903 m dpl dan Daerah Tangkapan Air (DTA) sampai ketinggian 1.981 m dpl dan total luas DTA mencapai 4.312 km2. Sebagai danau hasil volcano tektonik terbesar di dunia, dengan panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, dengan kedalaman maksimal 505 meter danau ini sangat penting menjadi salah satu aset penting bagi Indonesia dan sepantasnya masuk dalam kategori wisata unggulan dan harusnya menjadi geopark (taman bumi) ke dua, tersalip oleh Geopark Gunung Sewu sebagai geopark kedua di Indonesia.
Akankah Danau Toba yang memiliki karakteristik geopark dengan keindahan Danau di atas Danau dan Pulau di atas Pulau dengan budaya yang berumur puluhan ribu tahun dan bagian dari budaya Batak serta kaldera yang maha besar menjadi geopark ke tiga? Rasanya geopark Danau Toba pantas menjadi ke tiga, namun hal itu perlu pembenahan mental bagi pemerhati masalah pembangunan kota disekitar lingkar Danau Toba karena mengingat saingan untuk menjadi posisi ketiga adalah banyak, diantaranya geopark Merangin di Jambi dengan keindahan sungai-sungai dan batu-gua alamiah berumur ratusan tahun dan juga budayanya. Geopark Raja Ampat yang terdapat keindahan laut dengan pesona alam di bawah laut maupun dipermukaannya yang dikelilingi ratusan pulau karts maupun pulau-pulau dengan keanekaragaman hayati yang berumur geologi ratusan tahun di Papua.
Kegagalan geopark Danau Toba dapat ditelusuri dari berbagai faktor, salah satunya dari sudut geologi, tidak sepahaman tentang batas lingkar kaldera Toba dengan tim lokal non geologi, menurut para geolog yang pertama kali mencetuskan ide Danau Toba menjadi taman bumi untuk dunia adalah batas lingkar Danau Toba lebih luas dari perkiraan selama ini, kompleks Tobanian supervolcanoes itu meliputi juga kawasan Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, dan akan lebih luas lagi. Karena sesunggunya di batas fisik tektonik geologi gunungapi di Sumatera Utara hampir berdekatan, terdapat kompleks gunungapi Sipirok yaitu Sibuali-Buali, Lubuk Raya dan Hella Toba sebagian di Tapanuli Utara yang berjarak tidak lebih 100 km dari Kompleks Gunungapi Toba Purba dan juga terdapat berbagai jenis geodiversity dan Danau Tektonik-Vulkanik yang lebih kecil.
Aspek lainnya adalah kerusakan kualitas lingkungan Danau Toba. Tata ruang lingkungan geologi Danau Toba kini hancur akibat kebijakan pembangunan indutri pulp atau bubur kertas serta diperparah juga oleh penghancuran daerah tangkapan air yang menjadi daerah hunian fisik, sehingga mengurangi sumber nilai edukasi serta kesadaran peningkatan pemeliharaan Taman Hutan Raya Geodiversity yang membelah Tata Ruang Kompleks Pegunungan Toba di punggung Bukit Barisan.
Jadi, masing-masing taman bumi ini memiliki karakteristik berbeda yaitu Kaldera Batur berciri lingkungan gunung api, Geopark Global Gunungsewu dominan mengetengahkan perbukitan kars, walaupun sebagian juga meliputi lingkungan gunung api purba. Kaldera Toba bercirikan geomorfologi fisik kaldera yang memanjang, dengan warisan budaya serta keanekaragaman hayati dan keunikan pulau dan danau yang ”beranak pinak”.
M. Anwar Siregar
Geologist. Kerja di Tapsel
Boleh Copas tetapi tulis sumbernya jika anda menulis di Blog dan keperluan lainnya

No comments:

Post a Comment

Related Posts :