Nov 28, 2016

Gempa Selandia Baru Ancaman Bagi Australia-Pasifik

GEMPA SELANDIA BARU ANCAMAN BAGI AUSTRALIA-PASIFIK
Oleh M. Anwar Siregar
Gempa bumi berkekuatan 7.8 magnitudo telah mengguncang Selandia Baru pada hari senin dini hari. Data United State Geological Survey (USGS), menyebutkan bahwa gempa bumi yang terjadi diikuti tsunami yang berpusat di wilayah pantai timur laut Pulau Selatan (South Island), satu dari dua pulau terbesar di Selandia Baru merupakan pusat kegempaan besar tempat sering berlangsungnya gempa bumi seperti halnya dengan patahan Semangko di Sumatera dan patahan Longmen Shan di daratan Tiongkok atau patahan San Andreas di Amerika serikat. Gempa bumi pada dini hari senin itu terasa ke hampir wilayah Selandia Baru. Bentangan patahan yang membelah wilayah Selandia Baru memang merupakan wilayah yang mudah terobekan oleh energi seismik gempa disebabkan kondisi pembentukan tatanan geologi daerah Selandia Baru merupakan daerah geologi vulkanik yang tepat berada tepat pada sisi pembenturan empat lempeng besar.
Gelombang tertinggi sempat terlihat mendekat wilayah North Canterbury di South Island, menunjukan betapa rumitnya wilayah itu dengan lepasan energi gempa akan mengubah tatanan geologi tektonik wilayah dipatahan Hikurangi yang masih berkorelasi dengan berbagai zona subduksi yang berada di selatan Lempeng Pasifik. Pusat gempa juga saat dekat dengan lokasi gempa-gempa terdahulu yang sering melanda kota Christchurch, kota terbesar kedua di Selandia Baru berjarak sekitar 91 kilometer.
GEOLOGI GEMPA
Selandia Baru (New Zealand-NZ), adalah sebuah negara kepulauan yang terkenal dengan bentang alam yang Indah seperti Indonesia. Negara ini berada di bagian barat daya Samudera Pasifik dan berada di sebelah Tenggara Australia, NZ memiliki dua buah mainland yaitu Pulau Utara (North Island) dan Pulau Selatan (South Island) dan beberapa pulau kecil disekitarnya. Pulau Utara merupakan pulau tempat beradanya ibu kota Selandia Baru yaitu Wellington. Hampir 76 persen penduduk Selandia Baru tinggal di Pulau Utara (disari dari berbagai sumber).
Tatanan geologi gempa NZ merupakan geologi yang paling rumit dari lima belas negara yang berbentuk pulau vulkanik dan terbentuk oleh proses pembenturan dipinggiran lempeng dan sebagian juga akibat yang terbentuk oleh efek vulkanisme di dasar laut. Kondisinya juga disebabkan oleh fisik bumi yang tidak akan pernah mengalami pemekaran sehingga ada gejala penerobosan magma di tengah pematang samudera, benturan-benturan lempeng itu dapat mengakibatkan kondisi batuan dan tanah menjadi hiperlabil.
NZ terbentuk akibat proses pembenturan Lempeng Pasifik dengan Lempeng Australia dan mengalami tekanan dari lempeng Nazca serta Lempeng Cocos. Tekanan ini memungkinkan NZ banyak terdapat titik panas bumi sebagai sumber energi dan merupakan salah satu investasi sumber devisa bagi Selandia Baru dan menjadi negeri Kiwi ini menjadi paling banyak menggunakan energi panas bumi setelah Islandia, sebab lainnya adalah tatanan geologi Selandia Baru terdapat ruas terkunci bergerigi yang menunjukkan rumitnya pergerakan lempeng dan pusat pembentukan rangkaian pegunungan api yang melingkari tata ruang yang membelah New Zealand dan pusat terbentuknya lajuan lantai pemekaran samudera, tempat munculnya pergeseran lantai samudaera akibat daur ulang oleh hot spot di dalam kulit bumi, memunculkan gunung-gunung api baru, terbentuk patahan besar dan pergeseran lempeng yang aktif bergerak bisa mencapai 37 cm per tahun yang diwakili Lempeng Pasifik terutama di bagian Selatan
Geologi Batuan NZ diidentifikasi berumur masih muda sekitar 500 juta tahun dan sering mengalami perubahan fisik, NZ merupakan bagian daratan benua Gondwanaland. Benua super besar ini mulai terbelah sekitar 185 milyar tahun lalu dan Selandia baru terpisah dari benua tersebut membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) milyar. Fisik batuan ini terus mengalami pergeseran dan pergesekan karena tata ruang Selandia Baru terletak diatas dua Lempeng Tektonik yaitu Pasifik dan Australia. Pulau Utara dan sebagian Pulau Selatan terletak dipunggungan Lempeng Australia yang berbaris di bagian tengah yang di dominasi Volcanic Plateau, gunung berapi aktif dan sumber panas bumi, dan sebagian lagi Pulau Selatan terletak di atas dan pinggiran Lempeng Pasifik yang membentuk hamparan dataran yang luas dan rendah, sehingga jelas mengapa Selandia Baru sering mengalami gempa terutama di kawasan Pulau Selatan.
NZ diyakini sebagian besar telah tenggelam oleh 23 milyar yang lalu dan muncul kembali tatanan geologis baru-baru ini disebabkan oleh perubahan dalam pergerakan Lempeng Pasifik dalam kaitannya dengan lempeng Indo-Australia sekitar 1 (satu) myl, yang bertugas untuk mengangkat bagian Selandia Baru. Pada awalnya, subduksi Lempeng Pasifik berada di bawah Lempeng Australia. Patahan Hikurangi yang melintasi Pulau Selatan saat terjadi patahan transformasi yang berada dibatas pergesekan antara lempeng, sedangkan batas lempeng konvergen dari Pulau Utara adalah zona subduksi yang disebut zona subduksi Kermadec-Tonga. Rangkaian vulkanik yang terkait dengan zona subduksi yang berasal dari patahan Kermadec dan Kepulauan Tonga sepanjang zona robekan bumi mencapai 118.000 mil persegi dan sebagian lagi zona subduksi sepanjang 103.000 mil berada di wilayah Selandia Baru dan sekitar Kepulauan Hawaii. Wilayah pembenturan lempeng di Selandia Baru berada dalam lingkaran pembenturan seluas 1,4 juta mil persegi dari batas landas kontinen.
MASIH MENGANCAM
Serangkaian gempa kuat dalam kurun dua tahun ke depan masih mengancam wilayah Selandia Baru. Hasil penelitian pakar sains dari GNS Science atau Badan Geologinya Selandia Baru menyebutkan posisi tatanan geologi Selandia Baru masih memungkinkan melepaskan energi lebih besar karena yang terjadi sekarang baru terlepas 23 persen sehingga dalam dua tahun ke depan Selandia Baru masih ada kegempaan besar ke Australia dan negara-negara di Samudera Pasifik hingga ke pantai Barat Amerika Selatan.
Fakta yang mendukung keberlanjutan gempa kuat mengancam samudera antara lain bahwa Selandia Baru terletak di kawasan cincin api yang membuat negara tersebut kerap dilanda gempa. Bahkan pada Februari 2011 lalu, pernah terjadi gempa 6.3 SR paling mengerikan di kota Christchurch yang menewaskan 185 orang. Gempa lima tahun lalu tersebut menghancurkan sejumlah kawasan di Negeri Kiwi. Kemudian pada 14 Februari 2016, gempa 6.7 SR juga kembali melanda Christchurch tetapi saat itu tak ada korban jiwa dan juga kerusakan serius.
Fakta kedua, bahwa mekanisme gempa bulan November 2016 ini menunjukan gempa sangat dangkal menurut sumber USGS, dengan terjadi gempa berupa mekanisme sesar naik (trust fault) yang diduga kuat dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng pada jalur Hikurangi Trough, yaitu zona paling selatan dari sistim subduksi Kermadec-Tonga. Di zona ini subduksi Lempeng Pasifik melaju dengan kecepatan 37 mm/tahun menunjam ke arah barat di bawah Lempeng Australia dan gempa yang terjadi merupakan gempa kedua dalam enam bulan terakhir di Christchurch. Pada September 2016, gempa mencapai kekuatan 7,1 SR juga menyisakan sejumlah kerusakan fisik.
Fakta ketiga bagi ancaman negara di sekitar ring Pasifik Utara adalah bahwa rentang plate Selandia Baru yang retak mencapai luasan 1.4 juta persegi, mencapai kepulauan Tonga, Hawaii, Fuji dan sebagian Australia dan wilayah Cantebury sudah mengalami ribuan getaran gempa kecil akibat ada akumulasi dalam puluhan ribu tahun tidak aktif, patahan menjadi bergerak kencang sepanjang November dan energi itu membutuhkan keseimbangan waktu periode teredam dalam waktu 12 bulan ke depan. Itu berarti masih ada ancaman gempa kuat seperti pada kejadian gempa Sumatera Barat tahun 2009 di Indonesia yang terus menggetarkan patahan besar di wilayah Mentawai. Gempa Italia saja yang terjadi bulan lalu masih disusul gempa kuat berikutnya pada bulan Oktober 2016 dengan kekuatan gempa yang kuat.
Selandia Baru merupakan negara maju di bidang geologi energi panas bumi dan banyak putra terbaik bangsa ber”guru” di negeri kiwi ini, dan juga negara berpendapatan tinggi dan Indonesia harus belajar dari musibah ancaman bencana gempa ini bagi kawasan di pantai Barat Sumatera di Mentawai dan di timur Kepulauan Maluku, sebab efek penjalaran gempa besar telah membuktikan dapat menjangkau daerah yang luas dengan membangun mitigasi yang komprehensif di berbagai lapisan.
M. Anwar Siregar
Geologist. Pemerhati Tata Ruang Lingkungan.Saat ini bertugas di Medan-Sumatera Utara
Tulisan ini sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN, Tgl 21 November 2016

No comments:

Post a Comment

Related Posts :