Oct 29, 2016

Kompleksitas Tata Ruang Banjir-Longsor

KOMPLEKSITAS TATA RUANG BANJIR DAN LONGSOR
Oleh M. Anwar Siregar
Bukti ilmiah mengindikasi bahwa aktivitas manusia menurunkan sistim daya dukung fundemental lingkungan di Bumi, kerusakan yang terjadi bukan saja di biofesr atau daratan bumi tetapi juga telah melewati atmosfer dan hidrosfer. Kerusakan ini telah menimbulkan kompleksitas bencana dalam suatu tata ruang lingkungan di kota-kota yang ada di Indonesia termasuk juga imbasnya ke negara tetangga oleh bencana kabut asap di atmosfer bumi Asia Tenggara.
Data BMKG, menyebutkan juga bahwa bencana banjir dan longsor maupun bencana geologi lainnya ada hubungan dengan perubahan di atmosfir Indonesia dampak dari perusakan lingkungan sehingga menimbulkan efek tahunan  yang luas dan berulang.
Gejala kerusakan daya dukung lingkungan di kota-kota Indonesia sebenarnya sudah sangat mengkhwatirkan dengan hilangnya daya resap yang terbesar yaitu hilanganya berbagai macam keanekaragaman hayati akibat perusakan oleh manusia dengan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan terutama perubahan iklim global, sehingga memberikan efek domino bagi perkembangan iklim dunia, peningkatan dan penurunan air dan es samudera, mengancam kelangsungan sumber daya kehidupan generasi penerus, sebuah dilema yang akan dialami berbagai kota di Indonesia.

Oct 25, 2016

Kenapa Masih Ada Kekerasan Demonstrasi



KENAPA MASIH ADA KEKERASAN DEMONSTRASI
Oleh M. Anwar Siregar

Eskalasi kekerasan politik dalam demokrasi pilkada di Indonesia kini semakin meruncing dan telah menimbulkan penghancuran bangunan fisik infrastruktur, baik milik Negara mamupun milik umum. Dari catatan penulis catat, kerugian infrastruktur yang terjadi akibat cirri khas demonstrasi di Indonesia selama di tahun 2005 ini telah mencapai 22,3 milyar rupiah lebih. Kekerasan terakhir yang menghancurkan kantor bupati dan KPUD Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu (tanggal 25 Juli 2005). Eskalasi kekerasan ini disebabkan oleh beberapa factor ketidakpuasan rakyat terhadap jalannya pemilihan kepala daerah di beberapa kabupaten . Pertama, disebabkan oleh rasa ketidakpuasan, karena tidak ikut pemilu karena terlambatnya kartu pemilih, ketidakpuasan juga timbul oleh problem klasik dalam tiap pemilu demokrasi, yaitu terjadinya kecurangan-kecuramgan selama berlangsungnya pilkada. Kedua, oleh kemampuan mobilisasi massa dalam meredam kerusuhan oleh pihak elite yang tidak memahami arti kekalahan politik. Kedua factor inilah yang penulis catat, paling dominant terjadinya kerusuhan demokrasi di Indonesia.

Oct 19, 2016

Hari Lapisan Ozon, Kembalikan Hutan ke Lingkungan Hijau

HARI LAPISAN OZON, KEMBALIKAN HUTAN KE LINGKUNGAN HIJAU
Oleh M. Anwar Siregar
Hutan Indonesia sampai saat ini masih mengalami tingkat kerusakan yang sangat tinggi, serta penurunan daya dukung habitat yang semakin luas, yang di kuras secara terus menerus sehingga menimbulkan berbagai efek bencana ekologis dan geologis. Sudah banyak usaha aksi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dan lembaga survey untuk menata dan mendata terhadap luasan hutan Indonesia dengan berbagai laporan yang memperingatkan kepada pemerintah daerah agar menelaah usaha kelestarian lingkungan hutan dalam mencegah berbagai jenis bencana ikutan.
Dalam rangka memperingati hari mempertahankan Lapisan Ozon bulan September, perlu diingatkan terus menerus kepada kita agar subtansi kehidupan hutan benar-benar harus dijaga, karena kondisinya saat ini telah diambang kritis, hutan Indonesia merupakan hutan berperan penting sebagai paru-paru dunia, yang berperan penting dalam pengendalian kerusakan lapisan ozon yang luasannya telah mencapai sepanjang luas Benua Eropa, hutan Indonesia merupakan gambaran kekuatan alam yang ada dikhatulistiwa sehingga wilayah Indonesia dapat dianggap gambaran Zamrud Khatulistiwa yang membentang indah di bumi wajib dipertahankan agar kesinambungan sumber daya alam tetap lestari.

Oct 6, 2016

Disintegrasi Dan Euforia Demokrasi Pilkada

DISINTEGRASI DAN EUFORIA DEMOKRASI PILKADA
Oleh : M. Anwar Siregar

Zaman berganti, begitu juga periode perjuangan demokrasi di Indonesia terus diperjuangkan, muncullah apa yang dinamakan beragam partai politik dengan semangat masing-masing yang tercetus namun bermuara kepada kepentingan rakyat dan Negara. Perkembangan partai politik demokrasi di Indonesia, baik dari orba hingga sekarang tidak jauh berbeda dalam menyambut hari “berdemokrasi”, ykni ramai dan panas serta silih berganti kabinet. Mosi kepercayaan kadang-kadang mampu menurunkan seorang tokoh sekaliber apapun ia miliki, dimulai dari era orde lama, orde baru dan berlanjut ke orde reformasi silih berganti model demokrasi di Indonesia.
Euforia demokrasi berlangsung lagi dalam lingkup local yakni pemilihan gubernur, bupati dan walikota untuk tingkat Propinsi, Kabupaten dan Kotamadya. Pesta berpolitik ditanah air sekarang telah berubah total, orang sekarang berani melontarkan kritikan tajam sampai membuat kuping panas dan menimbulkan pro dan kontra, dapat juga menguraikan kebanggaan kolektif Negara yang mengalami kemorosotan tajam, disertai anarkis. Dan kerusuhan dapat terjadi disebabkan oleh kondisi sebelumnya telah mengalami penyumbatan karena sistim-sistim lembaga tak terpakai. Namun sekarang ini, sistim ketatanegaraan mulai lebih baik dan demokratik karena pola pemerintah tidak lagi dominant di pusat tetapi berada di daerah dengan sistim otonomi, telah mengajarkan Negara ini berdemokrasi lebih baik daripada bertumpuk pada satu orang pengambilan keputusan yang dominant.

Oct 5, 2016

Medan Memang Benar Kota Banjir

Medan Memang Benar Kota Banjir?

ilustrasi Sumber Analisa Medan, Tanggal 01 Oktober 2016
Oleh: M. Anwar Siregar.
Di masa modern seperti sekarang ini, ke­napa Medan masih juga banjir walau hujan cuma 10 menit? Dan kota Medan seharusnya mampu menga­tasi bencana musiman seperti banjir. Bu­kankah Medan sudah berumur lebih 100 tahun dan memiliki kanal banjir? Kenapa para perencana pembangunan­nya masih juga kewalahan mengatasi banjir .
Kebetulan penulis terjebak banjir di sim­pang Brimod ke dan menuju ke kam­pus USU Medan, dan ketika pulang pe­nulis pun juga melihat banjir ke arah Marelan terus menuju ke Belawan dan ma­suk menuju ke pintu gerbang tol Be­lawan. Penulis melihat disepanjang rute ke arah Tanjung Morawa ada beberapa la­han menga­lami banjir diatas 50 cm dan unik­nya lahan hijaunya seperti tidak jelas dimana posisi persisnya.

Related Posts :