May 7, 2017

Menyelamatkan Laut Indonesia Untuk Dunia

MENYELAMATKAN LAUT INDONESIA UNTUK DUNIA

Analisa/ferdy
BIOTA LAUT: Penyelam mengamati dan mengabadikan aneka jenis terumbu karang dan biota laut lainnya saat melakukan penyelaman di Taman Laut Rubiah, Sabang, Aceh, belum lama ini. Ancaman akan rusaknya terumbu karang di perairan Indonesia masih saja terjadi hingga berdampak pada hancur ekosistem biota laut dan menurunnya jumlah ikan.
Oleh: M. Anwar Siregar
Ketahanan ling­kung­an laut Indonesia kini diam­bang kritis dan semakin bu­ruk. Hal ini disebabkan pe­ngelolaan dan pengawasan kebersihan lingkungan di laut Indonesia sangat rendah.
TINGKAT kebersihan laut Indonesia di sekitar pelabuh­an besar sangat rendah. Tum­pukan sampah yang dibuang penumpang kapal di­tambah tumpahan minyak mengam­bang di permukaan laut.
Sumber Hidup
Hasil kajian Word Wild Life Fund (WWF) Interna­sio­nal menyebutkan, berba­gai perubahan salinitas di laut Indonesia mengakibatkan puluhan juta orang berpindah akibat merosotnya kuali­tas laut dan air di pedesaan ka­wasan pesisir.
Kemerosotan kualitas laut ini disebabkan jutaan ton ko­toran berupa sampah plastik dan non plastik, tumpukan mi­nyak serta rusaknya te­rum­bu karang sebagai sum­ber penghasil kehidupan bagi berbagai jenis spesies ikan dan plankton.
Menurut catatan WWF, se­­kitar 18.96 persen pendu­duk Indonesia tinggal di pe­sisir hingga 100 km dari pan­tai. Kondisi ini mencer­min­kan pula betapa penduduk negeri ini sangat tergantung dengan kesehatan ekosistem yang ada di pantai.
Namun kenyataan saat ini, laut di In­donesia menjadi ironi, kare­na menjadi “san­tap­an” nela­yan asing. Para nelayan kita lebih suka me­nangkap ikan dengan meng­gunakan pukat dan bom ki­mia yang akan me­matikan sumber daya kehi­dupan di laut.
Rusaknya ekosistem te­rum­bu karang merupakan sa­lah satu faktor penyebab jumlah peningkatan kemis­kinan nelayan di beberapa negara berkembang, terma­suk di Indonesia. Eksosistem terumbu karang merupakan ekosistem biologi untuk ke­hi­dupan bagi sekitar 50% jenis ikan dan plankton.
Ancaman Pencemaran
Lebih 5 milyar barrel ca­dangan minyak yang belum dieksplorasi di laut Indonesia, dan masih terus dicari cadangan yang lain. In­dus­tri perminyakan terus melaju de­ngan prinsip dapat satu sumur, maka seribu sumur eksplorasi wajib ditemukan.
Dari gambaran prinsip ter­sebut, terdapat jalur logistik peralatan pemboran yang membutuhkan daya angkut tinggi, dan luas pe­nye­­bar­an di laut zona eksplo­rasi ter­nyata dapat juga meng­­hasil­kan ma­salah lingkungan. Transportasi minyak melalui jalur laut mempunyai resiko tinggi terhadap tum­pah­an bahan bakar minyak ke per­airan laut. Diperkirakan tum­pahan minyak dapat menca­pai 100 ri­bu kubik ton BBM per tahun di hampir seluruh laut Indonesia.
Belum lagi tumpahan mi­nyak dari daratan yang men­capai lautan melalui aliran sungai dan terbawa oleh air hujan. Bukti gambaran ini ba­nyak dilihat di Selat Mala­ka, Selat Karimata, Laut Chi­na Selatan, Laut Natuna, Se­lat Makassar, Selat Lombok, Laut Arafuru dan Teluk Cenderawasih.
Selat Malaka, misalnya, di­lewati tanker raksasa yang sekitar 70 persen mengang­kut minyak ke Teluk Persia, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat dan Eropa. Tumpah­an minyak sudah pasti  pula mengalir ke sepanjang Selat Malaka dan masuk ke laut In­donesia. Hal ini dapat mem­bunuh jutaan makhluk ke­rang dan plankton karena kandungan penyusun minyak mengandung toksin dari un­sur benzena dan toluena. Kita tahu, laut Indonesia memiliki lebih 1,1 juta spescies plankton, sepertiganya menetap di kawasan terumbu karang. In­donesia yang memiliki te­rum­bu karang terbesar pun meng­alami ancaman kepu­nahan, termasuk beberapa habitat laut lainnya.
Habitat laut Indonesia ki­ni ini banyak rusak. Hal ini akibat tum­pukan sampah plas­tik yang mengandung ra­cun dan limbah berbahaya se­perti B3 atau lainnya susah yang diurai oleh orga­nisme laut. Selain itu ada juga aki­bat penangkapan ikan dan penghancuran terumbu ka­rang dengan menggunakan zat kimia atau bom.
Tekanan dari berbagai ba­han kimia ini dapat memus­nah­kan kehidupan laut. Per­lombaan persenjataan di lautan oleh be­be­rapa negara “nuklir” dapat juga memberi­kan efek pada penurunan po­tensi pengembangan ekono­mi wisata di laut Indonesia.
Penghancuan habitat laut Indonesia tidak bisa dibiar­kan. Indonesia yang memi­liki laut dan pantai terpanjang di du­nia dengan ekosistem terum­bu karang terpanjang dipermukaan bumi merupa­kan sumber kehidupan bagi 45 persen berbagai jenis ikan dan makhluk laut lainnya.
Laut Indonesia merupakan sumber oksigen bagi paru-paru dunia dengan lepasan oksigen bersih ke atmosfir se­kitar 80 persen dari total oksigen bersih di kawasan khatulistiwa, selain oksigen dari kawasan tropis di darat­an hutan-hutan di sejumlah pulau Indonesia.
Oksigen laut Indonesia me­rupakan bagian dari sum­ber kehidupan bagi habitat terumbu karang dan berfung­si menjaga keseimbangan ok­sigen di kawasan khatulistiwa hingga ke kawasan Asia Pasi­fik dengan radius 1.200 km. Habitat laut sangat rentan ter­hadap perubahan suhu tro­pis, termasuk ketika terjadi ke­bakaran yang menghasil­kan kabut asap tahunan, se­hingga mengurangi potensi sumber ekonomi pendapatan nelayan.
Untuk itu perlu program penyela­mat­an habitat laut di Indonesia. Salah satu priori­tas adalah penyelamatan te­rumbu karang yang meng­alami kehan­curan. Program perluasan Kawasan Konser­va­si Laut Daerah (KKLD) setiap 10 juta hektar-20 juta hektar hingga tahun 2020 di­harap dapat mengu­rangi ke­rusakan lingkungan terumbu karang, sekaligus me­nekan emisi di atmosfir.
Harus Dijaga
Program KKLD ini perlu, mengingatkan terumbu ka­rang sangat penting bagi sum­ber kehidupan 50 persen populasi dunia di pesisir pan­tai. Terumbu karang meru­pa­kan kawasan dengan areal yang mencakup 30 persen permukaan laut di dunia. Di dalamnya terdapat 76 per­sen spesies karang yang mem­bentuk terumbu karang dunia dan 35 persen spesies ikan ka­rang.
Ekosistim Laut Indonesia harus dijaga dari berbagai eksploitasi yang tidak ber­tang­gung jawab. Perlu pula pro­gram berkait­an de­ngan ekonomi pemba­ngunan yang mengadopsi strategi adaptasi keberlan­jutan untuk ekosis­tem menghadapi perubahan iklim global yang dampak­nya semakin terasa bagi kehi­dupan di bumi. Selain itu di­buat kebijakan yang mendu­kung upaya penyelamatan terumbu karang pada kawa­san Samudera Indonesia, se­kaligus menjaga pulau-pulau pesisir dan pulau perbatasan terpencil dari ancaman deg­radasi ataupun intrusi ge­lom­bang air laut.
Kemudian perlu pendana­an konsisten untuk menjaga kesehatan lingkungan laut yang semakin menurun de­ngan penguatan kapasitas global sebagai bagian dari mi­tigasi perubahan iklim. Hal ini merupakan salah satu upa­ya untuk mempercepat me­nu­runkan emisi gas rumah ka­ca yang rentan bagi kehi­dup­an masyarakat Indonesia. Tujuannya juga untuk me­ngen­dalikan kenaikan muka air laut.
Upaya penyelamatan eko­sis­tem terumbu karang seba­gai daya dukung laut Indonesia dari kehancuran harus dijadikan sebuah isu dalam pemba­ngun­an poros mari­tim. Dampak kehancuran itu juga dapat mengancam kehi­dupan sekitar 80 juta jiwa penduduk sekitar pantai.
Dengan demikian dapat di­lakukan konservasi laut jangka panjang dengan me­ne­rapkan manajemen penge­lolaan sum­ber daya laut dan daerah pantai melalui pende­katan ekosistem, serta mem­perkuat kemitraan global un­tuk pembangunan laut ber­wa­wasan lingkungan.
Menyelamatkan laut Indonesia memiliki efek kom­pleks sangat tinggi, karena langsung maupun tidak lang­sung dapat mengendalikan iklim global serta menjaga lautan dan pulau kecil NKRI dari ancaman pemanasan global dari lautan.
Tulisan ini sudah di Publikasi Di HARIAN ANALISA MEDAN, 23 April 2017

No comments:

Post a Comment

Related Posts :