Oct 31, 2011

Jalur Gempa Dahsyat Membelah Sipirok : Geologi Disaster


JALUR GEMPA DAHSYAT MEMBELAH TATA RUANG SIPIROK 
Oleh : M. Anwar Siregar

Geologi Sipirok termasuk paling rawan gempa di Sumatera Utara, memerlukan perencanaan pembangunan infrastruktur fisik dalam membangun mitigasi tata ruang kota Sipirok yang berketahanan bencana. Tata ruang kota Sipirok harus dikaji ulang lagi dengan pemetaaan komprehensif dari karakteristik geologi, sejarah periode ulang dan kekuatan pelepasan energi gempa yang akan terjadi, serta zonasi percepatan gelombang puncak batuan dasar untuk pembangunan sarana fisik dalam menghindarkan kehancuran fisik akibat gempa karena kota yang hancur membutuhkan pemindahan ke tempat lain sehingga akan memerlukan suatu lahan dan tata ruang baru serta akan ada eksplorasi oleh manusia pada pemanfaatan daerah baru, sehingga menimbulkan efek perubahan lingkungan geologi dalam jangka tertentu. Dan wilayah Sipirok sangat terbatas untuk pengembangan tata ruang rekonstruksi kota baru dimasa mendatang apabila suatu saat terjadi gempa.
Tulisan ini tidak membahas tempat aktivitas ruang pemerintahan Tapanuli Selatan dan saat ini Tapanuli Selatan satu dari 4 Kabupaten belum memiliki RTRW, serta tidak ada unsur politik dari tulisan ini, hanya sebagai bahan informasi bagi masyarakat Sipirok dalam mengantisipasi bahaya kerentanan geologis.

GEOLOGI TATA RUANG SIPIROK

Kehancuran kota akibat gempa di pantai barat sumatera, disebabkan beberapa aspek perencanaan pembangunan fisik tidak bertumpuk pada pemetaan kerentanan geomorfologi lokal terhadap bencana alamiah dimasa depan.
Belajar dari kejadian tersebut, perencanaan tata ruang kota Sipirok tidak boleh diletakkan pada daerah yang memiliki kondisi geologi yang labil, dapat diketahui dari unsur jejak masa silam pembentukan gunungapi purba Sibual-buali dan Lubuk Raya yang berada dalam satu kawasan kompleks gunungapi purba, dan terdapat keselarasan lekukan tubuh pembentukan gunungapi raksasa Toba Purba di masa pembentukan Pulau Sumatera.
Citra geologi satelit Landsat 2007 dan 2011, menunjukkan bahwa daerah dekat dari kawah dari gunungapi Sibual-buali, masih menunjukkan aktivitas yang labil oleh unsur jejak longsoran purba yang telah tertimbun oleh material tufa Toba Purba dan material tanah endapan alluvial serta pelemparan material vulkanik dari letusan gunungapi Sibual-buali, menerus ke titik hunjaman patahan Renun dan Toru berada tepat di kawasan Aek Latong sekitarnya. Daerah ini terlihat sebuah lembah daratan yang mengalami penurunan, sedang pusat kota berada dalam jalur-koridor sesar/patahan yang tidak aktif akibat penimbunan material gunungapi purba Sibual-buali dan Toba Purba. Dari penelitian penulis terlihat jelas unsur yang memayungi wilayah tersebut memiliki probabilitas seismik yang kompleks, yang setiap saat bangkit dan melepaskan energi seismik kerena ada beban pikul pada sesar tidak aktif oleh desakan lempeng pada ruas patahan Renun ataupun patahan Ordi di wilayah Karo dan Tapanuli Tengah yang dikemukan oleh koordinator IAGI Sumatera Utara, dan berdekatan dengan patahan Toru di Tapanuli Selatan.
Bercermin dari data tersebut maka pemahaman ancaman gempa dahsyat yang membelah tata ruang Sipirok dapat dilihat dari : pertama, intensitas gempa-gempa di Pantai Barat akibat pergerakan lempeng bumi dari utara Palung Laut Nikobar, dapat menghasilkan kegempaan besar Mentawai-Nias-Simeulue yang menujam sedalam 40 km di bawah Pulau Sumatera, terjadi pergerakan antar blok patahan yang saling berlawanan, memotong, dan frontal sehingga akan ada pengangkatan pulau-pulau di pantai Barat Sumatera dan penurunan daratan di Sumatera merupakan ancaman ketataruangan Sipirok karena efek getaran gempa dapat saling memicu serangkaian gempa pada kompleks patahan lokal yang ada di Sipirok, berjarak dekat 12-37 km dengan patahan besar Sumatera. Bukti gempa Tarutung dan Singkil 2011.  Kedua, karakteristik sesar lokal yang tidak aktif berdimensi 4-8 km, membelah tata ruang Sipirok. Ada kemiripan dengan sesar-sesar Jawa yang membelah kota Bandung, Yogyakarta dan Semarang, tertimbun oleh proses sedimentasi yang intensif dan mengalami deformasi yang kuat yaitu gerakan tanah setiap tahun. Tanah yang membentuk pondasi konstruksi bangunan di Sipirok mudah mengalami distabilisasi tanah (ground shocking) oleh efek gempa kecil. Penempatan daerah hunian berada dijalur daratan penurunan merupakan jalur/koridor terlemah dan terdepan dari ujung patahan Sipirok yang membentang dari Utara Aek Latong masuk dalam pengaruh empat patahan yaitu Patahan Renun-Toru-Sibolga-Angkola. Panjang patahan yang membelah tata ruang Sipirok adalah 12 km. Sehingga akan ada efek guncangan berganda, dapat menghancurkan ketataruangan Sipirok. Ketiga, Hasil pemaparan seminar tata ruang Sipirok tahun 2008. Rencananya pusat aktivitas kota di alun-alun Sipirok atau sekitar pasar Sipirok dan rapat Konsultansi Publik 2011 pusat kegiatan utama pemerintahan berda di Desa Kilan Papan. Data survei geologi citra stratigrafi tanah dasar merupakan tanah yang labil. Kondisi tanah Sipirok merupakan endapan vulkanik-lumpur klastik halus yang tertimbun oleh material tanah yang lebih muda diatasnya yaitu lapisan alluvial lumpur yang tidak padat. Sehingga tanah yang dibawahnya merupakan bidang luncur bagi tanah yang diatasnya, memungkinkan akan terjadi longsoran ke daratan lebih rendah, tidak cocok untuk pembangunan tata ruang dan infrastruktur serta prasarana dan sarana berat lainnya. Mudah terjadi deformasi likuafaksi, resonasi energi seismik dan amplifikasi gempa yang berada dikaki/kawah gunung Sibual-buali dan terbentang luas sepanjang jalinsum disekitar daerah patahan Aek Latong menuju Desa Situmba dan sebagian memancar ke ruas patahan Sipagimbar/ ke Sipirok Dolok Hole.
PERCEPATAN BATUAN DASAR
Faktor kualitas tanah dan deformasi batuan yang tersingkap sepanjang patahan Aek Latong menujukkan arah gerakan bumi menuju ke patahan lembah Sarulla, jelas ini akan menambah beban pikul penentuan beban kegempaan untuk disain tata ruang bangunan dan infrastruktur fisik harus didasarkan pada percepatan maksimun rayapan gelombang puncak gempa batuan dasar dari pembagian zonasi seismik gempa di Indonesia. Faktor yang sangat menentukan untuk pengkajian resiko gempa bumi untuk desain pembangunan sarana fisik dan aktivitas hunian manusia di wilayah Sipirok. Contoh perhitungan data periode ulang dan koreksi untuk kondisi lapisan batuan seperti diruas patahan Aek Latong untuk pembangunan jalan alternatif baru, didapat percepatan maksimun 500 tahun. Dengan menggunakan persamaan rayapan gelombang gempa versi Joyner dan Boore (1993) :
Koefisien zona lokasi Aek Latong = 0.94 – 1.26.
Nilai direkomendasikan adalah 1.08. Periode ulang diambil minimal 200 tahun dan maksimun 500 tahun, karena periode ulang ini, maka percepatan dasar adalah 0.218 g
Sedang faktor Koreksi v = 1.25 sehingga disain percepatan dapat dihitung seperti dibawah ini :
Ad = z x ac x v
Dimana :
Ad = percepatan Gempa Desain (gal)
Z   = Koefisien zona = 1,08
Ac = Percepatan gempa dasar = 0.218 g
V = Faktor Koreksi = 1.25
Sehingga dapat dihitung kecepatan gempa desain adalah ad = 0.286g
Dalam peta seismotektonik, simbol warna kuning merupakan daerah dengan kemungkinan terjadi gempa, keaktifan gempa kuat antara 6-7 Skala Richter dan berada dalam zonasi 4.
Perhitungan periodesasi gempa Tapanuli Selatan berasal dari catatan sejarah kegempaan yang pernah terjadi dan melewati bumi ruang Sipirok tahun 1873, 1921, 1936 dengan kekuatan 6.2-6.7 SR sebagai gempa utama, sedang gempa pemanasan terjadi 1871, 1919, 1933 dengan kekuatan 4.9-5.3 SR dan 2008 dengan kekuatan 5.8 SR. Gempa antara 1873-1921 berlangsung 48 tahun, 1921-1936 berlangsung 15 tahun, 1936-2012 gempa utama belum terjadi, yang ada gempa tremor sudah berlangsung 2 bulan ini, kekuatan maksimal 4.9 SR di Padangsidimpuan berpusat di Barat – Baratdaya, kekuatan resonasi gempa sedang menuju ke wilayah Batang Toru, Marancar dan Sipirok dengan memotong ekstrim ke Utara. Secara matematis, skala kekuatan gempa pemanasan dan gempa utama selalu terus meningkat, memasuki periode kritis gempa ditahun 2012, catatan sejarah gempa pemanasan berselang 2-3 tahun lalu muncul gempa kuat, siklus gempa kuat berkisar 50-80 tahun.
PENUTUP
Tata ruang Sipirok belum mencerminkan kota yang berketahanan bencana. Apakah Sipirok sudah mempersiapkan standar konstruksi untuk sarana vital yang berbasis kegempaan? Jawabnya tidak, dan semua daerah di Sumatera Utara belum siap menghadapi kegempaan besar dan tetap ada korban dalam jumlah besar. Para geologist sudah mengingatkan beberapa kota di Sumatera Utara untuk mempersiapkan dan membangun ketataruangan wilayah yang berbasis kegempaan lokal yang berketahanan bencana dalam kerangka ruang dan waktu. Tetapi keinginan itu masih jauh dari harapan, bersumber dari kendala dana terutama APBD, untuk menjadi perhatian semua pihak karena siklus/pengulangan gempa Tapsel dari data tersebut sudah termasuk kategori kritis.

M. Anwar Siregar
Geologi, Pemerhati masalah lingkungan dan geosfer, kerja di Tapanuli Selatan. Tulisan ini sudah dikirim ke Surat Kabar MEDAN

No comments:

Post a Comment

Related Posts :