Nov 27, 2018

Integrasi Laut Perbatasan


INTEGRASI LAUT PERBATASAN
Oleh : M. Anwar Siregar

Dengan datangnya bencana bertubi-tubi di daratan dan gagal seluruh pembangunan yang berorientasi daratan seharusnya pemerintah pusat dan daerah yang memiliki pulau-pulau terluar diperbatasan mengalihkan dan mengubah paradigma perencanaan pembangunan ketataruangan kewilayahan dengan fokus pada peningkatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah kepulauan dan pulau-pulau terluar, dapat dilakukan dengan meningkatkan dana anggaran pembangunan dengan persentase besarannya untuk pembangunan infrastruktur yaitu Tanah (daratan) sebesar 35 persen dari total dana pembangunan yang dialokasi dari APBN-APBD, sisanya untuk pembangunan Air (laut) di kepulauan perbatasan sehingga kompleksitas permasalahan pembangunan perbatasan teratasi dan laut tidak dianggap pemisah antara pulau tetapi dijadikan sebagai perekat secara geografis dan historis.

Nov 12, 2018

Waspada Megathrust Halmahera


SETELAH PALU, WASPADA MEGATHRUST HALMAHERA
Oleh M. Anwar Siregar

Secara khusus, di kawasan Halmahera telah mengisyaratkan sebuah kondisi batuan semakin matang untuk memudahkan melepaskan energi seismik bergerak dengan kecepatan tingi ke permukaan bumi. Megathrust Halmahera kini dalam hitungan puluhan, untuk berpotensi serupa dengan tsunami Palu dan Donggala.
MEGATHRUST HALMAHERA
Dalam dua bulan ini, kawasan timur Indonesia terus silih berganti mengalami guncangan gempa bumi. Puncaknya, terjadi gempa tsunami di Palu-Donggala dengan kekuatan mencapai 7.4 SR. Ini berarti akan ada pergeseran patahan sepanjang Palu-Koro-Mayu hingga Ransiki-Sorong di Papua. Dan dampaknya akan menekan lantai dasar samudera di wilayah Pasifik-Philipina.
Potensi megathrust gempa Halmahera dapat saja terjadi, mengingat lajur gempa dapat dilihat dari daratan Sulawesi dengan titik patahan Palu-Koro tempat terjadinya pergeseran deformasi batuan yang menyebabkan terjadi gempa dan tsunami Palu-Donggala, yang bertemu dengan patahan Saddang di Kabupaten Mamuju (SulBar) serta Patahan Matene Walanae yang melintasi Soroake dan Luwuk memanjang dan berinteraksi langsung dengan sesar Sorong-sesar Ransiki di Teluk Tomini, lalu memanjang lagi melewati Laut Maluku dan Halmahera.

Nov 5, 2018

Bencana Banjir akibat Manusia 2


 BENCANA BANJIR, SEBAB AKIBAT MANUSIA (2)
Oleh M. Anwar Siregar
SEBAB AKIBAT
Sebab akibat manusia dalam sembarangan merusak lingkungan itu jauh sebelum era modern melalui perluasan emperium kekuasaan dengan membangun benteng pertahanan di era teknologi modern ini, maka efek global sudah terasa sangat nyata di era sekarang terutama di wilayah Indonesia.
Gambar : Dampak Banjir Bandang, akibat aktivitas manusia (Dokumen Foto Penulis)
Faktor sebab yang berakibat bagi manusia dari hasil perbuatan manusia adalah terjadinya faktor perubahan sistim ketidakteraturan hujan atau hujan salah musim, maka banjir yang sering terjadi di Madina, Langkat, dan Sibolga, Manado, Bandung dan kota lainnya ketika terjadi curah hujan tinggi, melanda wilayah tersebut mengakibatkan terjadi longsor, longsor dampak alih fungsi lahan, sedangkan hujan tinggi tidak teratur dampak perubahan di hulu. alih fungsi lingkungan hutan di hulu pegunungan atau tata ruang tidak lagi seimbang, tidak terkendali sehingga sungai di pegunungan tidak mampu menahan neraca air hujan yang tinggi, apalagi jika hujan turun dengan deras dan lama.

Related Posts :