Dec 17, 2017

Gempa Iran dan Building Code Gempa


Gempa Iran dan Building Code Gempa

Oleh M. Anwar Siregar



Terjadi lagi gempa, kini giliran Iran-Irak dengan kekuatan 7.3 SR, gempa yang cukup kuat dan renungan bagi In­do­nesia untuk selalu mem­per­siap­kan ke­waspadaan dini terhadap ben­cana geo­logis, sebab tatanan geografis gem­pa le­bih mendominasi ancaman bagi ke­­han­curan tata ruang kota yang ada di In­do­nesia, terbukti Aceh, Nias, Padang, Yog­­ya­karta dan beberapa kota lainnya di In­donesia telah merasakan dampak dah­­syat gempa bumi dengan kerugian men­­ca­pai ratusan milyar dan berakibat de­­ngan menurunnya kualitas tata ruang ling­­kungan.

ilustrasi


Tatanan Gempa Iran
Gempa Iran-Irak dengan kekuatan 7.3 SR dan terasa getaran mencapai wilayah Mediterania, merupakan indikasi masih ada kekuatan gempa yang masih me­ngan­­cam wilayah Iran-Irak dan Turki ser­ta beberapa kawasan di Arab, dan Asia Selatan.

Dec 4, 2017

Banjir Medan, Cerita Klasik Bersambung

Banjir Medan, Cerita Klasik Bersambung Tanpa Titik

Oleh M. Anwar Siregar



Pada 2015 dan 2016 lalu Medan me­ng­­alami banjir besar. Kondisi itu, mem­buat aktivitas masyarakat kota Me­dan mengalami gangguan. Ber­da­sarkan data analisis Badan Meteorologi, Kli­matologi dan Geofisika (BMKG) wi­layah Medan, diperkirakan Medan akan meng­alami siklus banjir tahunan akan ter­ulang kembali, sebab dalam dua ming­gu ini Medan terus di guyur hujan deras yang tidak menentu, kadang bisa siang, kadang bisa malam dan pagi hari dengan intensitas dapat mencapai dua jam.

Dan beberapa hari yang lalu, daerah kota sanggahan Medan, seperti kota Tan­jung Morawa dan Sunggal meng­alami curah hujan yang cukup tinggi sehingga meluberkan air ke wilayah Medan dan kota Medan sendiri meng­ala­mi banjir juga karena cuarah hujan se­lama dua hari (3-4 dan 6-7/11/17) selam dua jam, sungai-sungai kecil bermuncu­lan dima­na-mana, hambatan perjalanan trans­por­tasi mengalami gangguan. Gam­ba­ran siklus banjir ini sebenarnya meru­pa­kan ke­jadian lalu dan beberapa wilayah di Me­dan telah meng­alami banjir silih ber­ganti, lihat saja banjir di Medan Maimun

Nov 27, 2017

Dewata Tak Kuasa Agung Meletus (Erupsi)

DEWATA TAK KUASA AGUNG MELETUS
Oleh : M. Anwar Siregar
 
Saya jadi tersentak mendengar lirik lagu “Kembalikan Baliku” yang di putar dari rumah tetangga kawan saya yang kebetulan orang Bali, kalau tidak salah ingat saya, lagu yang pernah populer dan memenangkan lomba musik tingkat Asia Tenggara di era 90-an terdengar menghentak, dan jadi teringat dengan kondisi level awas Gunung Agung dan sepertinya Dewata mungkin tak kuasa menahan Gunung Agung meletus dan kondisi ini juga mengingatkan saya kepada Gunung Sinabung yang baru beberapa hari lalu menyeburkan asapnya ke angkasa raya dan dipastikan salah satu “gunung yang harus bertanggung jawab” atas perubahan iklim di kawasan Sumatera bagian Utara.
Gambar : Gunung Agung  (Sumber foto Geomagz.geologi esdm.go.id)
Belum pulih beberapa letusan gunung berapi di Indonesia dan kini dunia menanti letusan Gunung Agung yang mungkin “maha agung” letusan yang akan di muntahkannya ke angkasa raya, lalu berlanjut dimanakah gunung berapi berikutnya yang akan meletus lebih dahsyat lagi agar para ahli geologi dan vulkanologis semakin sibuk dan mungkin juga dapat memberi pekerjaan bagi yang masih menganggur? Atau adakah gunung berapi yang akan naik kelas lagi setelah sekian lama “malas meledak” hingga nilai rapor tetap sama (status tipe) seperti yang sering dilaporkan oleh para petugas “vulkanologis” dan mengikuti jejak gunung berapi Sinabung?

Nov 9, 2017

Tata Ruang Geo-Ozon



TATA RUANG GEO-OZON MENEKAN IKLIM GLOBAL
Oleh : M. Anwar Siregar

Membuat suatu wilayah atau kota yang bebas dari bencana alam adalah sesuatu yang tidak mungkin karena bencana alam berkaitan dengan proses alam yang tidak bisa dihindari. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam melalui upaya mitigasi, diantaranya adalah penyediaan sistem peringatan dini dan penataan ruang wilayah/kota yang berbasis pada informasi kerentanan geologis dan pemetaan seismotektonik dan berbasis ekologi hijau serta kerentanan terhadap bencana alam berwawasan lingkungan. Mitigasi bencana merupakan upaya preventif yang harus diterapkan di lokasi rawan gempa, tsunami, banjir dan longsor.

Oct 13, 2017

Ayo Wisata Ke Kawasan Danau Toba



AYO WISATA KAWASAN DANAU TOBA
Oleh : M. An-war Siregar
Ada banyak cara untuk menikmati keindahan danau Toba, baik dalam acara festival maupun dalam rangka mengisi liburan sekolah atau juga menikmati Mudik hari raya sekalian juga bertamasya untuk menikmati salah satu keindahan destinasi Unggulan Indonesia, misalnya mengikuti liburan dalam rangka Tahunan Festival Danau Toba, atau juga festival Karnaval Kemerdekaan di Danau Toba, atau even lainnya, Disini saya sertakan beberapa lokasi yang memiliki pesona keindahan danau purba yang dari berbagai literatur foto yang disunting telah mewakili berbagai objek manakjubkan dan juga telah saya kunjungi bisa dinikmati, dan kepada fotografer dan penulisnya saya ucapkan salut atas kemampuannya mengambil sudut gambar yang bagus dan indah.

Salah satu sudut foto terindah di kawasan Danau Toba, Sumatra Utara.

Ayo wisata ke kawasan Danau Toba sekitar di Sumatra Utara, jangan lupa kunjungi kawasan Danau Toba sebagai Destinasi Unggulan Pariwasata Indonesia, Selain merupakan danau vulkanik terdalam dan terbesar kedua di dunia setelah Victoria Lake di Afrika, Danau Toba pernah gemparkan dunia lewat ledakannya pada 75 ribu tahun silam dan menyisahkan 12 persen populasi dunia ketika dia meletus. Super Volcano Geopark menjadi julukan Danau Toba akibat kekayaan pengetahuan kegunungapiannya.

Oct 10, 2017

Dua Puluh Negara Ironi Gempa

DUA PULUH NEGARA IRONI GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar
September ceria tidak berlaku bagi Meksiko, bulan september ternyata bulan duka gempa, dan bukan yang pertama dialami Meksiko, sebelumnya juga pada bulan yang sama Meksiko juga mengalami gempa dengan kekuatan mencapai 8.1 SR di tahun 1985 dan estafet kegempaan Meksiko belum berakhir, beberapa hari lalu, masih di bulan September Meksiko mengalami gempa dahsyat dengan kekuatan gempa mencapai 8.4 SR, dan sekarang Meksiko (20/9/17) mengalami gempa tepat di kota Puebla selatan kota Meksiko City, yang telah mengalami korban mencapai 138 jiwa (20/9) dan merusak ribuan bangunan.
Gambar L gempa Meksiko 20-9-2017, yang menelan korban jiwa lebih 138 jiwa akibat tekanan ruas gempa terjunci (sumber gambar : Reuter, Pikiran Rakyat)
Mengapa bisa terjadi gempa secara beruntun dalam relatif singkat dalam periode mingguan dengan pusat gempa berpindah dan bukan dalam hitungan bulan atau tahunan? Seperti sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya (14/9), posisi tatanan geologi gempa Meksiko memang akan memberikan energi kegentingan gempa karena berada dalam ruas yang sangat terkunci, dilingkari seluruh pagar seismik sesar gempa, berada dalam pertemuan triple juction plate antar lempeng besar, seperti di kawasan Indonesia di Utara Maluku, terdapat tiga pertemuan lempeng besar hingga mengambil “korban” lempeng kecil untuk di lumat ke dalam bumi.

Sep 22, 2017

Gempa Meksiko, Bagai Leher Tercekik

GEMPA MEKSIKO, BAGAI LEHER TERCEKIK
Oleh : M. Anwar Siregar
Meksiko diguncang gempa bumi, berkekuatan 8.4, Skala Richter (sumber USGS), kekuatan gempa ini merupakan gempa bumi terkuat dialami Meksiko pada abad 21 ini dan dalam sejarahnya termasuk gempa kuat selama 85 tahun terakhir, sebelumnya Meksko pernah mengalami gempa bumi strategis dari jarak 400 km dari pusat gempa di Pasifik dan menghancurkan Meksko dengan menelan korban gempa mencapai 10.000 jiwa pada tahun 1985.
Gempa pada hari Jumat, 07/09/16 banyak meruntuhkan bangunan dan menewaskan lebih dari 61 orang hingga tulisan ini dibuat (10/09), serta ribuan orang mengungsi di tempat penampungan sementara. Jika di tahun 1985 Meksiko diguncang gempa strategis dari lautan akibat subduksi lempeng, maka sekarang ini Meksiko juga diguncang akibat penumbukan tekanan Lempeng Cocos terhadap Lempeng Amerika Utara yang menimbulkan tsunami setinggi 3 meter dapat mencapai wilayah utara ke Pasifik hingga  ke Jepang dan Vietnam, dan dampak bagi Indonesia tidak terasa karena pusat gempa cukup jauh untuk menerjang wilayah Indonesia dan kedalaman gempa mencapi 30 km dan sangat berbeda dengan gempa Aceh pada tahun 2004 yang mencapai kekuatan 9.4 Skala Richter, gelombang seismik menjalar di permukaan bumi sejauh 2000 km.

Sep 19, 2017

Banjir, Penurunan Daya Dukung Lingkungan



BANJIR, PENURUNAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Oleh M. Anwar Siregar

Banjir terjadi lagi disertai dengan bencana longsor, merupakan fenomena dalam dua bulan di tahun ini, dampak dari pembangunan yang mengabaikan dan melebihi daya dukung alam hanya akan membawa kehancuran pada kehidupan manusia saat ini dan generasi mendatang. Terlihat banjir di Sumatera Barat, yang memutuskan lintasan jalan ke Riau, selain itu Ibukota Jakarta dan sekitarnya juga mengalami musibah banjir kiriman, Bogor dan Bandung serta beberapa kota lainnya di Jawa dan Sumatera ”menikmati musibah banjir”. Fenomena ini dampak dari pembangunan yang hanya menitikberatkan pada ekonomi semata sudah ketinggalan zaman. Paradigma pembangunan sekarang ini justru harus bergerak maju dengan mengutamakan pembangunan sosial dan ekologi, sebab saat ini kondisi ekologi di hulu hutan di pegunungan telah mengalami penurunan daya dukung lingkungan.
 
Analisa/ferdy. BAHAYA BANJIR: Hujan yang berkepanjangan pada pekan lalu mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Sumut. Tingginya curah hujan disertai angin kencang merupakan dampak dari siklon tropis dahlia yang melanda Sumut dan Aceh.
Dalam kenyataannya, alam tempat makhluk hidup manusia dan lingkungan yang seharusnya selaras ini justru ternoda. Pemanfaatan sumber daya alam di hulu dengan mengacuhkan pelestarian seolah jadi kebiasaan yang dilakukan semua pihak.
Pada akhir tahun lalu, misalnya, Badan Pemeriksa Keuangan membuktikan adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan pemerintah daerah lebih memprioritaskan kenaikan pendapatan asli daerah daripada melestarikan lingkungan alamnya.

Sep 15, 2017

Menanti Geopark ketiga Indonesia

MENANTI GEOPARK KETIGA INDONESIA
Oleh M. Anwar Siregar
 Landasan regulasi untuk geokonservasi di Indonesia adalah UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan aturan di bawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam regulasi tersebut diatur tentang kawasan lindung geologi yang salah satu bentuknya adalah Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Pelaksanaan KCAG, jelas, merupakan modal dasar untuk pengembangan geopark. Sebaliknya, pengembangan geopark di suatu kawasan idealnya telah pula didahului oleh penetapan kawasan tersebut sebagai KCAG.
Saat ini Indonesia telah memiliki geopark kedua yaitu geopark (taman bumi) Gunung Sewu di Jawa Timur yang memanjang dari Barat ke Timur Pulau Jawa dan terkenal sebagai rangkaian pegunungan Karts. Geopark pertama Indonesia untuk dunia adalah geopark Gunung Batur di Pulau Bali.

Sep 6, 2017

Melihat Sistim Perusak Lingkungan Danau Toba

MELIHAT SISTIM PERUSAK LINGKUNGAN DANAU TOBA
Oleh : M. Anwar Siregar
Untuk sekian kali penulis datang lagi ke Danau Toba, kondisi fisik Danau Toba tidak banyak berubah ketika berlibur di Parapat hingga Tomok, lalu dilanjutkan ke daratan tinggi Tanah Karo untuk menikmati keindahan air terjun Sipiso-piso, namun apa yang dilihat sungguh membuat miris, banyak ditemukan sampah dan kondisi perparkiran sedikit semrawut karena memang jalan sempit dan lahan terbatas, namun sebaliknya perkembangan perumahan dan permukiman justrunya yang sangat pesat dan sepertinya kurang terkendali dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan konsep pembangunan yang berkelanjutan berbasis lingkungan hijau dan apalagi Danau Toba sudah dimasukkan sebagai kawasan wisata strategis nasional, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai telah berubah menjadi daerah permukiman yang dihuni penduduk.

Aug 25, 2017

Kabut Asap Lagi

KABUT ASAP LAGI
Oleh : M. Anwar Siregar
 ”waduh, panas sekali Medan ini” keluh seorang pengendara motor perempuan ketika melintas ke wilayah Amplas pagi hari jelang sekitar jam 8-an (26-27/7), penulis juga merasakan panas pada hari itu bukan jaket penulis tetapi memang panas, panas yang lebih terik dari hari biasanya jika penulis melewati fly over amplas menuju Tanjung Sari atau Padang Bulan. Panas kota Medan benar-benar membuat saya harus menguras tiga botol aqua disebabkan kondisi jalan di Medan sudah hampir botak pohonnya bukan akibat kebakaran.
”ya, begitulah medan rumah kita” celetuk kawannya bercanda mengutip jargon yang kebetulan ada pamplef yang masih tersisa di sebuah pohon, dan penulis mendengar lalu menimpali ”koq, bu, bisa botak ya?” sembari menunjukkan jalan-jalan yang sedang dibangun itu tidak ada peneduh yang menyejukan. ”ya, namanya juga ini medan, bung” jawabnya bercanda rupanya menghilangkan rasa sebal melihat jalan yang semakin macet menambah injeksi panas dan itu belum cukup

Aug 1, 2017

Tapsel-Padang Sidimpuan diatas Patahan Gempa Maut

TAPSEL-PADANG SIDIMPUAN DIATAS PATAHAN GEMPA MAUT
Oleh : M. Anwar Siregar

Dalam selang dua hari berturut wilayah Propinsi Sumatera Utara terus mengalami gempa cukup kuat, di mulai dari gempa Samosir dengan kekuatan 5.2 Skala Richter dengan kedalaman 8 km hingga ke gempa Padangsidimpuan-Tapsel dengan kekua­tan gempa 5.5 SR, dengan kedalaman 10 km yang berada tepat diatas patahan Angkola dan terlihat ada peningkatan kekuatan gempa di wilayah Propinsi Sumatera Utara, dan diketahui selama ini pusat gempa biasanya berlangsung diwilayah Mandai­ling Natal ke batas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.
Namun pada kejadian gempa yang terjadi Jumat 14 Juli 2017, gempa berlangsung pada zona Patahan Angkola Padang Sidimpuan-Sipirok, yang tepatnya pada jalur lanjutan patahan Aek Latong ke barat daya Angkola Barat (Tapsel) melengkung menyudut tajam ke Angkola Julu yang secara kasat mata, dapat tergambarkan oleh zona patahan geologi berupa graben-graben kecil dengan jurang tajam, di zona itu terdapat timbunan zona patahan tidak aktif melajur memanjang beberapa meter yang membelah tata ruang Kota Sipirok dan Kota Padang Sidim­puan yang perlu diwaspadai saat ini, apalagi data menyebut­kan kejadian gempa tersebut berlangsung selama 20 detik (Sumber BMKG) dan terasa goncangannya hingga Provin­si Riau.

Jul 28, 2017

Kompleksitas Ruang Bencana di Indonesia

Tajuk Paluemasgeolog 17

KOMPLEKSITAS RUANG BENCANA DI INDONESIA
Oleh M. Anwar Siregar
 Bukti ilmiah mengindikasi bahwa aktivitas manusia menurunkan sistim daya dukung fundemental lingkungan di Bumi, kerusakan yang terjadi bukan saja di biofesr atau daratan bumi tetapi juga telah melewati atmosfer dan hidrosfer. Kerusakan ini telah menimbulkan kompleksitas bencana dalam suatu tata ruang lingkungan di kota-kota yang ada di Indonesia termasuk juga imbasnya ke negara tetangga oleh bencana kabut asap di atmosfer bumi Asia Tenggara.
Gejala kerusakan daya dukung lingkungan di kota-kota Indonesia sebenarnya sudah sangat mengkhwatirkan dengan hilangnya daya resap yang terbesar yaitu hilanganya berbagai macam keanekaragaman hayati akibat perusakan oleh manusia dengan aktivitas yang menyebabkan terkadinya perubahan lingkungan terutama perubahan iklim global, sehingga memberikan efek domino bagi perkembangan iklim dunia, peningkatan dan penurunan air dan es samudera, mengancam kelangsungan sumber daya kehidupan generasi penerus, sebuah dilmema yang akan dialami berbagai kota di Indonesia.

Jul 16, 2017

Inikah Indonesia Baru



INIKAH WAJAH INDONESIA BARU
Oleh M. Anwar Siregar

Eskalasi politik di Tanah Air kini mulai memanas disebabkan isu-isu Radikalisme, pemberantasan korupsi, perseteruan kekuasaan dan pengaruh parpol di parlemen, legitimasi lembaga hukum dan kredibilitas kekuasaan pemerintahan dan serangan terorisme hingga masalah kemiskinan merupakan lingkaran setan yang disebabkan oleh mentalitas pemerintahan dan parlemen yang kotor semakin terabaikan serta reaktif bila mendapatkan kritikan tajam.
Pergantian pemerintahan dari rezim orde baru ke reformasi ini belum ada tindakan perubahan yang memberikan kesejahteraan bagi rakyat, janji-janji selama orasi kampanye pilpres, pilgub, pilbut, pilkot dan legislatif terdengar bombatis, hanya memberi “pil pahit” karena kenyataan yang ada sekarang : harga-harga masih melambung tinggi dengan lihatlah harga sembako dan tidak pernah turun, antrian panjang BBM akibat kelangkahan disebabkan bobroknya mentalitas pengawasan dan pengendalian masih ada di era reformasi ini. pengangguran tidak pernah turun, hutang negara terus bertambah dengan diiringi korupsi terus menggurita setiap saat berubah menjadi ”bom waktu” disebabkan oleh lambannya rezim sekarang dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.
Final dari kondisi dari kejadian yang dialami rakyat sekarang : akan ada selalu unjuk rasa, anarkis dan teror-teror kekerasan dan mungkin berakhir dengan kekuatan rakyat untuk melakukan revolusioner, Indonesia Baru akan kembali lagi diawal reformasi, menjadi bangsa barbar, pertikaian-pertikaian etnis dan akumulasi ledakan ketidakpuasan ekonomi pembangunan dan desintegrasi bangsa semakin mengancam keutuhan NKRI.
INIKAH INDONESIA BARU
Sumber permasalahan utama adalah ekonomi pembangunan serta penyerapkan investasi dan menegakkan supremasi hukum.
Integritas para pemimpin kurang responsif dalam mengatasi masalah dan dituntut untuk mengatasi masalahagar supremasi hukum tidak tumpul.
“Matinya” supremasi hukum di Indonesia juga salah satu memperparah keadaan kondisi kehidupan berbangsa karena aparatnya juga sudah terlibat tindak pidana korupsi dan penyelewengan kekuasaan jabatan. Membecking orang-orang tertentu, karena hukum di Indonesia bisa “diperdagangkan”, apalagi “kamar” hotel prodeo bisa di sulap menjadi hotel “bintang”, bebasnya penjahat korupsi BLBI, ringannya hukuman beberapa pemilik bank, bebas melancong pelaku kejahatan pajak dan perusak hutan merupakan cermin buruknya supremasi hukum di Indonesia. Jika rakyat kecil seperti maling sandal yang bersalah maka hukum ditegakkan, sebaliknya kalau orang besar seperti drakula pajak  mendadak hukum tumpul, merupakan cermin dari wajah “bopeng” Indonesia Baru. Coba buka lembaran sejarah hari yang sudah lewat. Gambarannya dapat dilihat dibeberapa LP (Lembaga Pemasyarakatan) yang sempat terekspose beberapa media elektronik Nasional.

Geopark Diversity Danau Toba, Harus Paten

GEOPARK DIVERSITY DANAU TOBA, HARUS PATEN
OLEH : M. Anwar Siregar
Siapa yang tidak kenal Danau Toba? Danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara itu merupakan sumber investasi di atas investasi terbesar wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan telah dijadikan kawasan strategis wisata Nasional oleh Pemerintahan Jokowi, sebuah Danau Toba hasil erupsi supervolcanoes Toba Purba yang dapat menghasilkan sumber-sumber penghidupan dan sumber-sumber ilmu pengetahuan, harus menjadi unggulan yang sangat Paten dan harus mampu menjadi Monaco Asia, karena semua bentuk keterpaduan keindahan alam telah terpahat serasi di atas Danau Toba.
ILMU DIATAS ILMU
Danau Toba memang sebuah danau yang sangat unik, terlihat dari cara munculnya di permukaan bumi, cara dia mampu meredam efek bencana gempa, letusan gunungapi di era modern dan cara dia mampu menyebarkan “bencana” di masa lalu serta cara dia memberikan “refreshing knowledge”. sebuah penyegaran ilmu diatas ilmu.
Sebab, Danau Toba itu sebenarnya salah satu sumber penghasil ilmu dan memungkinkan akan ada ilmu yang dihasilkan, jadi bukan saja selama ini kita kenal sebagai Danau di atas danau. Di atas Danau Toba masih terdapat Danau lainnya yaitu Danau Sidihoni, begitu pula Pulau di atas pulau, karena Danau Toba terdapat sebuah pulau hasil erupsi yaitu pulau Samosir yang berada di atas Pulau Sumatera setelah dipisahkannya “secara manual” sebuah celah sempit diujung Pulau Samosir sehingga terlepas dari daratan sumatera.

May 7, 2017

Menyelamatkan Laut Indonesia Untuk Dunia

MENYELAMATKAN LAUT INDONESIA UNTUK DUNIA

Analisa/ferdy
BIOTA LAUT: Penyelam mengamati dan mengabadikan aneka jenis terumbu karang dan biota laut lainnya saat melakukan penyelaman di Taman Laut Rubiah, Sabang, Aceh, belum lama ini. Ancaman akan rusaknya terumbu karang di perairan Indonesia masih saja terjadi hingga berdampak pada hancur ekosistem biota laut dan menurunnya jumlah ikan.
Oleh: M. Anwar Siregar
Ketahanan ling­kung­an laut Indonesia kini diam­bang kritis dan semakin bu­ruk. Hal ini disebabkan pe­ngelolaan dan pengawasan kebersihan lingkungan di laut Indonesia sangat rendah.
TINGKAT kebersihan laut Indonesia di sekitar pelabuh­an besar sangat rendah. Tum­pukan sampah yang dibuang penumpang kapal di­tambah tumpahan minyak mengam­bang di permukaan laut.

May 4, 2017

Hari Pemimpin Berjanji

HARI PILKADA, HARI PEMIMPIN “BERJANJI”
Oleh : M. Anwar Siregar

Masyarakat Indonesia memiliki kadar kemajemukan dan resolusi konflik yang tinggi, memiliki potensi pembenturan antara elemen cukup besar, diperlukan kebijakan dan kearifan dari para pemimpin bangsa untuk mengakomodasikan aspirasi rakyat dalam meredam berbagai konflik sosial kultural, menghilangkan diskriminasi sosial, mempersempit atau menghilangkan disintegrasi pendidikan, meredam kesenjangan kemiskinan, memadukan semangat interaksi lingkungan dan sosial kultural.
Kemerdekaan berpendapat di Indonesia sudah cukup baik, namun dalam pelaksanaan atau implementasinya di lapangan masih banyak terdapat friksi-friksi tajam yang harus dihilangkan agar demokrasi yang sudah berjalan 18 tahun di era reformasi ini harus dapat menumbuhkembangkan semangat demokrasi yang eganliter dalam usaha meredam gejolak sosial budaya yang ditimbulkan akibat euforia demokrasi, dengan memahami kaidah-kaidah kekerakyatan yang bertumpuk pada azas semangat kebersamaan untuk menuju kehidupan demokrasi yang lebih baik.
BUDAYA DEMOKRASI PILKADA
Resolusi konflik sosial kultural dalam budaya demokrasi pilkada di Indonesia sangat rentan budaya identitas sosial kultural seperti di Kalimantan Timur, Sumatera Utara, NTT, Papua dan Papua Barat, bahwa masyarakat Indonesia mengandung unsur-unsur primordial, yaitu terbagi dalam beberapa kelompok menurut sifat-sifat suku bangsa dan agama. Dengan jumlah penduduk sekitar 215 juta jiwa dan lebih 400 kelompok etnis yang mendiami Nusantara dalam berbagai identitas sosial kulutral dengan aneka kesenjangan dan keterbelakangan yang kompleks penanganannya, memerlukan perhatian yang tinggi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dalam meredam pertentangan kepentingan sesaat yang dapat menimbulkan eksistensi politik kultural yang berlebihan.
Primordialisme yang berlebihan dan penghilangan kemurnian kultural bangsa dari ragam budaya etnis akibat arus globalisasi budaya demokrasi yang tidak berazas budaya bangsa dapat mengakibatkan terjadinya konflik horizontal etnis yang tinggi, dan eskalasi suhu politik serta unjuk kekuasaan dapat membawa pengaruh budaya negatif dalam berdemokrasi di Indonesia pada akhirnya dapat meruntuhkan integrasi nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apr 17, 2017

Negeri Yang Belum Melek Bencana Banjir


NEGERI YANG BELUM MELEK BENCANA BANJIR
Oleh : M. Anwar Siregar
Seharusnya kebijakan pembangunan juga telah mengantisipasi terhadap pengaruh sistim hidrografi bagi kewilayahan sungai yang banyak membelah tata ruang setiap kota/kabupaten di Indonesia karena sistim ini berhubungan dengan sistim Cekungan Air Tanah, yang tidak boleh di ganggu gugat. Akibat gangguan hidrografi dari sistim kemajuan dari suatu wilayah yang sedang berkembang suatu saat nanti akan merusak daerah yang tadinya belum berkembang dan dipastikan akan membongkar daerah perbukitan atau pegunungan atau sistim ekologi hulu yang akan meningkatkan puncak hidrografi sungai secara otomatis juga akan meningkat tajam dengan waktu yang relatif pendek karena telah berubahnya hutan menjadi kawasan kota yang padat, tidak mampu menahan aliran air permukaan atau run off.
 
Analisa/ferdy
LANGGANAN BANJIR: Pemukiman warga di kawasan pinggiran Sungai Deli kerap mengalami banjir terlebih dikala musim penghujan tiba, Medan, Sumut. Belum ada strategi yang komprehensif terutama penanganan terhadap kesalahan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang dilakukan oleh pemerintah.

Jadi, banjir disebabkan bukan perubahan iklim, tetapi kehancuran hutan di hulu yang berfungsi sebagai zonasi sumber daya air. Perubahan iklim hanya terjadi karena kesalahan dalam mengurus alam terutama hutan sebagai sumber kehidupan di bumi.

Republik Industri Asap Udara (RIAU)


REPUBLIK INDUSTRI ASAP UDARA (RIAU)
Oleh M. Anwar Siregar
Pelaku pembakaran hutan dan lahan kumat lagi penyakitnya, sejak lama kasus kebakaran sudah terpetakan dari tahun 1997-2015, namun belum juga menuntaskan masalah kebakaran lalu datang lagi musim bakar hutan, sehingga sumatera dan kalimantan mampu mengekspor asap pekat ke negeri tetangga, kebetulan salah satu perusahaannya berinvestasi di negeri ini ikut sebagai dalang kebakaran hutan dan lahan selain tidak becusnya pemerintah menghentikan kebakaran hutan.
Yang menjadi pertanyaan masyarakat di era pemerintahan Jokowi-JK adalah kenapa kebakaran berulang untuk kali ketiga selama periode kepemimpinan Jokowi-JK? Ada apa? Apakah ini tidak menimbulkan sebuah ironi dari janji-janji pemerintahannya. Dan sumatera saat ini sebagian telah berkabut kembali dan kabarnya asap itu sudah mulai masuk udara Singapura dan menyusul berikutnya di Malaysia dan Thailand, itu berarti sebentar lagi kita menikmati kabut asap bersama di udara masing-masing negara.
Tindakan tegas terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan sepertinya manis dibibir, karena sebelumnya pemerintah sudah berkomitmen untuk menghentikan namun apa yang terjadi sekarang? Lihat dan rasakan dalam beberapa hari ini Medan dan kota lainnya di Sumatera merasakan ekspor kebakaran asap Riau telah membuat gelap udara dan kondisi ini semakin parah karena telah memasuki musim kemarau dan pemerintah harus bertanggung jawab atas kebijakan terhadap izin industri perkebunan yang banyak terdapat di Riau.

Apr 1, 2017

Fenomena ENSO di Khatulistiwa

FENOMENA ENSO di KHATULISTIWA
Oleh : M. Anwar Siregar
Perubahan iklim dan cuaca diakibatkan terganggunya sistim peredaran udara, terimbaskan pada kehidupan manusia didaratan. Perubahan iklim terutama pada daerah tropis yang banyak melahirkan badai tropis dan membesar di luar kawasan tropis khatulistiwa dan mampu memindahkan benda-benda sejauh lebih 100 kilometer. 
Hujan salah musim yang sering terjadi di kawasan khatulistiwa telah menimbulkan bahaya banjir, dan belum berakhirnya musim hujan, datang lagi badai tropis berupa angin kencang, selaras dengan itu, dibelahan bumi lain mengalami musim kemarau yang berkepanjangan.

Mar 9, 2017

Budaya Gempa Yang Belum Membudaya

BUDAYA GEMPA YANH BELUM MEMBUDAYA
Oleh M. Anwar Siregar
Mengingat keberadaan kota-kota di Indonesia yang unik sekitar 80 persen terletak di daerah pesisir, 25 persen di wilayah rawan gempa bumi, dan 28 persen wilayah rawan tsunami, 49 persen daerah yang terpapar gerakan tanah dengan zona kerentanan sangat tinggi serta 82 persen masyarakat tinggal didaerah rawan bencana dari berbagai elemen bencana. Maka perlunya membangun kota waspada bencana merupakan sebuah keharusan seperti yang dibangun dikota-kota besar di Jepang.
Mengingat wilayah Indonesia khusus daratan Sumatera rawan terjadi gempa lagi perlu suatu perencanaan dan budaya yang memahami lingkungan tempat beraktivitas hidup dengan membangun dan mengelola kerentanan bencana sebagai pengurangan trauma bencana dan Aceh sekali lagi masih akan terus tercabik gempa karena memang daerah rawan bencana, perlu kapasitas dan mitigasi bencana sebagai budaya kehidupan,

Urbanisasi Banjir dan Banjir Urbanisasi

URBANISASI BANJIR DAN BANJIR URBANISASI
Oleh M. Anwar Siregar
Prof John Rennie Short dalam buku Urban Theory, A Critical Assessment (2006) menyebutkan, akibat kekurangpekaan para pengelola kota di negara berkembang atas masalah lingkungan, muncul apa yang diistilahkan wounded cities alias kota-kota yang terluka yang menyebabkan kondisi kota penuh kebencanaan dan kecurigaan dari masyarakatnya sendiri, terlihat pada kota-kota besar di Indonesia yang banyak mengalami musibah bencana banjir, termasuk pada banjir di Kabupaten Garut, Banjir di Belawan, banjir di Bandung, banjir di Semarang, kekumuhan tata ruang di sepanjang sungai yang membelah Jakarta dan Medan serta pengendalian kepadatan penduduk di inti kota dan menjamurnya kantong-kantong kemiskinan di sudut kota.

Mar 6, 2017

Wisata Danau Toba, Revolusi Mental Pembangunan

Wisata Danau Toba Revolusi Mental Pembangunan

Oleh M. Anwar Siregar

(Analisa/Ferdy) Danau Toba


Masalah yang dihadapi pengembangan destinasi ung­gulan wisata Danau Toba bersumber dari revolusi pem­bangunan, yaitu revolusi men­­tal visi pemerintahan, revolusi transportasi, revo­lusi mental lingkungan, revolusi wisata ekonomi dan antro­po­logis.
Masing-masing revolusi tersebut berja­lan dengan ego sendiri se­hing­ga kemasan ke­indahan Danau Toba lentur oleh arus permasalahan mental terse­but.

Feb 16, 2017

Mentawai Masih Mengancam



GEMPA MENTAWAI MASIH MENGANCAM
Oleh M. Anwar Siregar

Gempa yang terjadi tahun 2007 dan 2010 lalu masih merupakan gempa dengan pelepasan energi skala kecil, energi yang dilepaskan itu tidak menerus ke utara Pulau Pagai Utara karena kejadian gempa Mentawai tahun 2007 dan 2010 terjadi di selatan dan tertahan berbagai rangkaian pulau-pulau kecil dan terserap oleh energi penahan gempa di sekitar Siberut dan tidak menggeser ke zona tranch java-sumatera, sebab pergeseran dan pergerakan dari segmen-segmen patahan di Pagai Selatan ke arah barat Pulau Simeulue bergeser lebih aktif ke arah Pagai Utara. Energi kerentanan seismik di Pagai Utara itulah yang paling membahayakan wilayah kota di Pulau Sumatera terutama ancaman bagi tata ruang Padang, Lampung dan Sibolga, dan Semua kota di Nias sebagai penahan energi yang paling matang.
Patahan Mentawai masih berpotensi untuk melepaskan energi yang lebih dahsyat dibandingkan pada kejadian gempa terakhir di tahun 1833 dan 2007, 2010, dan 2016, energi yang tersimpan diperkirakan diatas 8.9 SR, sebab zona subduksi yang menyimpan energi “perangkap tenaga dalam” dari setiap blok di kawasan Pantai Barat Sumatera sangat berbeda.

TATA RUANG YANG BELUM TANGGUH GEMPA



TAJUK PALUEMAS GEOLOG 16

TATA RUANG YANG BELUM TANGGUH GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar

Menjelang pergantian tahun 2016 ke tahun 2017. negeri kita mengalami musibah bencana gempa dengan kekuatan 6.5 Skala Richter di wilayah Pidie Jaya-Aceh, memilik dari kekuatan gempa tersebut sebenarnya belum sekeras bencana gempa yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004 yang memicu rangkaian gempa pada zona hunjaman aktivitas gempa dikawasan Pantai Barat Sumatera hingga ke Pantai Timur Afrika yang menjangkau permukaan bumi lebih 1.000 km. Lantas apa penyebabnya? Etika konstruksi bangunan terutama kaidah penerapan Building Code di daerah rawan gempa.
PETA TATA RUANG
Banjir dan longsor melanda nyaris seluruh wilayah Jawa dan Sumatera dampak dari perubahan tata ruang yang sebenarnya sudah diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana geologi dan membuktikan bahwa masyarakat dan tata ruang belum berbasis bencana dengan mengabaikan data detail ruang yang telah disusun. Sampai saat ini belum semua produk pengaturan tata ruang selesai dikerjakan. Banyak kabupaten/kota belum menyelesaikan rencana detail tata ruang sehingga proses mitigasi bencana belum efektif.

Feb 13, 2017

REFLEKSI BENCANA LINGKUNGAN

REFLEKSI BENCANA LINGKUNGAN
Oleh M. Anwar Siregar
Masyarakat diingatkan agar tidak mengandalkan perkiraan cuaca atau perubahan iklim saja sebagai bahan untuk memprediksi potensi bencana yang harus diwaspadai. Tetapi juga harus memahami data penting dari para Ahli geologi, sudah berulangkali memberikan pendapat ilmiah dari sisi ilrnu kegeologian dan cabang ilmu geologi yang terkait, bahwa pertama, bencana kebumian saling terkait satu dengan yang lain. Material erupsi gunungapi menjadi sumber material lahar dingin. Getaran gempa mampu merekahkan tanah yang mudah terpicu rnenjadi longsor. Kedua, bencana kebumian tidak hanya dipicu oleh kegiatan dari dalam bumi, bencana sering terjadi kali juga dipicu oleh kondisi meteorologis dan aktifitas manusia (anthropogenic) Ketiga, perubahan iklim global telah mernpengaruhi terbentuknya cuaca ekstrim yang akan lebih cepat memicu bencana longsor dan banjir. Keempat, dengan perubahan iklim global ini menyebabkan prakiraan serta prediksi bencana yang terpicu oleh kondisi meteorologis menjadi semakin sulit. Kelima,  aktifitas manusia mampu menyebabkan, meningkatkan potensi bahkan memicu terjadinya bencana kebumian. Termasuk didalamnya penyebab turunnya muka tanah (subsidence). Keenam. peran konstruksi rekayasa sangat diperlukan untuk meningkatkan daya dukung tanah.

Jan 26, 2017

Membumikan Mitigasi



TAJUK PALUEMAS GEOLOG 15
MEMBUMIKAN MITIGASI ADAPTASI PERUBAHAN LINGKUNGAN
Kita tahu, Wilayah Kepulauan Indonesia terbentuk akibat pertemuan antara Lempeng Benua Eurasia (Eropa- Asia), Lempeng Hindia - Australia, dan Lempeng Samudra Pasifik. Lempeng Hindia - Australia mendesak Lempeng Eurasia dari arah selatan, dan Lempeng Pasifik mendesak dari arah timur. Implikasi pertemuan lempeng-lepeng ini di Indonesia adalah terbentuknya sirkumsirkum gunungapi aktif, jalur-jalur pegunungan lipatan, sesar-sesar aktif, dan zona-zona gempa tektonik.
STRATEGI ADAPTASI
Meskipun kesadaran akan pentingnya mempertimbangkan dampak perbedaan dan perubahan iklim semakin meningkat, penanganan dan tindakan adaptasi berdasarkan langkah dan bukti manfaat yang nyata masih perlu dikembangkan dan dikaji lebih jauh.

Jan 23, 2017

Mebidang Karo Tidak Aman Gempa

MEBIDANG-KARO TIDAK AMAN GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar
Anda merasakan gempa diwilayah Deli Serdang dalam selang hampir empat bulan ini? Dengan intensitas kekuatan gempa terus meningkat? Penulis merasakan dua kali gempa di wilayah Deli Serdang dan gempa yang terjadi pada malam hari senin tanggal 16 januari 2016 terasa lebih kuat lagi dengan kekuatan mencapai 5.6 SR. Guncangan itu dinikmati saat penulis lagi makan malam dan merasakan meja makan bergoyang ke kanan ke kiri beberapa detik sehingga penulis tersadar cepat untuk memberitahu keluarga dalam hitungan detik harus segera terburu-buru ke halaman depan rumah. Guncangan itu juga di rasakan warga Medan, Sergai dan Tebing Tinggi setelah penulis kontak kolega dan merasakan gempa intensitas IV MMI atau kita merasakan meja bergoyang kuat, lampu yang tergantung pada platfon ikut menari-nari dan tiang listrik terasa mau tumbang.

Related Posts :