Geopark Diversity Danau Toba, Harus Paten
GEOPARK DIVERSITY DANAU TOBA,
HARUS PATEN
OLEH : M. Anwar Siregar
Siapa
yang tidak kenal Danau Toba? Danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara itu
merupakan sumber investasi di atas investasi terbesar wisata yang ada di
Provinsi Sumatera Utara dan telah dijadikan kawasan strategis wisata Nasional
oleh Pemerintahan Jokowi, sebuah Danau Toba hasil erupsi supervolcanoes Toba
Purba yang dapat menghasilkan sumber-sumber penghidupan dan sumber-sumber ilmu
pengetahuan, harus menjadi unggulan yang sangat Paten dan harus mampu menjadi
Monaco Asia, karena semua bentuk keterpaduan keindahan alam telah terpahat
serasi di atas Danau Toba.
ILMU DIATAS ILMU
Danau Toba memang sebuah
danau yang sangat unik, terlihat dari cara munculnya di permukaan bumi, cara
dia mampu meredam efek bencana gempa, letusan gunungapi di era modern dan cara
dia mampu menyebarkan “bencana” di masa lalu serta cara dia memberikan
“refreshing knowledge”. sebuah penyegaran ilmu diatas ilmu.
Sebab, Danau Toba itu
sebenarnya salah satu sumber penghasil ilmu dan memungkinkan akan ada ilmu yang
dihasilkan, jadi bukan saja selama ini kita kenal sebagai Danau di atas danau. Di
atas Danau Toba masih terdapat Danau lainnya yaitu Danau Sidihoni, begitu pula
Pulau di atas pulau, karena Danau Toba terdapat sebuah pulau hasil erupsi yaitu
pulau Samosir yang berada di atas Pulau Sumatera setelah dipisahkannya “secara
manual” sebuah celah sempit diujung Pulau Samosir sehingga terlepas dari
daratan sumatera.
Danau Toba bisa di jadikan
ilmu di atas ilmu? Sesungguhnya Danau Toba itu sebuah mega ilmu, di dalamnya
banyak kandungan pelajaran yang mesti dipahami, dipelajari dan ditelaah untuk
menghasilkan keturunan ilmu-ilmu berikutnya. Ilmu geologi, ilmu antropologis,
ilmu alam dan berbagai ilmu yang sudah di kenal selama ini oleh masyarakat
sesungguhnya masih bisa menghasilkan berbagai jenis ilmu terbarukan.
Literatur budaya Batak saja
dapat menghasilkan ilmu-ilmu budaya dan agama, alam sekitar lingkaran Danau
Toba sampai ke Sinabung dan mungkin juga ke sekitar Sibual-buali adalah ”bank
ilmu”. Dan jika dibagung tentang penelaah karakter kehadirannya di permukaan
bumi maka akan hadir sejumlah definisi ilmu pengetahuan barum sebuah penyegaran
tantangan untuk ditelaah lebih lanjut agar dapat menghasilkan ilmu tentang
bumi, wisata, social budaya, kedokteran, rekayasa atau teknik maupun sistim pemeritahan
dan sebagainya.
Geopark diversity Danau Toba,
merupakan sebuah tantangan besar bagi pemerintah Sumatera Utara untuk sebuah paket
unggulan yang paten sehingga akan dapat menjadi sebuah produk yang mendunia.
JANGAN IRONI
Danau Toba, sebuah geopark
diversity terbesar di Indonesia seharusnya jangan jadi ironi, jangan indah di
atas kertas apalagi indah di atas khayalan, tapi perlu kerja nyata karena sejak
mengalami kegagalan menjadi geopark kedua Indonesia, Danau Toba seperti terus
ketinggalan dari berbagai bio-geopark diversity lainnya. keanekaragaman yang
ada di Danau Toba sebenarnya sudah layak menjadi salah satu geopark dunia,
seperti yang sudah dikemukan di depan, Danau Toba mempunyai keunikan yang
sangat khas seperti danau diatas danau, pulau di atas pulau atau saya sebutkan
juga ilmu diatas ilmu.
Namun kenyataan ini yang saya
lihat dari tebing Danau Toba, sungguh membuat saya jadi miris, masih terlihat
atau masih terdapat sesuatu yang membuat pandangan tidak elok, dan jika benar
apa yang disebut dalam laporan penelitian Badan Lingkungan Hidup Sumatera
Utara, menyebutkan kualitas air Danau Toba telah mengalami pencemaran, salah
satu indikasi yang disebut dalam laporan tersebut adalah ditemukannya lintah di
Danu Toba dan menandakan bahwa kualitas air sangat kurang layak karena Lintah
merupakan indikator pencemaran bagi kebersihan air, sudah tidak baik
dipergunakan untuk mandi dan di minum. Dan anda tahu, di Danau Toba itu kan
banyak orang berenang, atau juga “sekedar” merasakan dinginnya air Danau Toba
serta kadang masih menggunakan airnya untuk keperluan rumah tangga. Sebuah
penyakit sedang menunggu.
Namun bukan itu saja penulis
lihat, sisa-sisa sampah plastik walau tidak banyak seperti sisa gelas plastik
mie, atau beberapa jenis sampah yang susah di daur ulang, ada juga penulis
lihat terpendam di dalam air jika tidak ada gangguan benda dipermukaan air
Danau Toba maka kadang nampak sisa sampah, dan parah lagi, kadang air limbah
rumah tangga yang ada di sekitar tebing masih terbuang langsung ke Danau Toba,
tumpahan kecil oli kapal Ferri pun kadang masih penulis lihat di penyebarang
kapal Ferri di Aji Bata, namun itu mungkin luput dari pengamatan turis-turis
dan lebih memusatkan pandangan mata pada keindahan alam Danau Toba yang memang sangat
mempesona.
Apakah
kita harus membiarkan hal ini menjadi ironi? Bagaimana menjadikan Danau Toba
menjadi Geopark dengan mega diversity yang terkandung di dalamnya?
Berita-berita di berbagai media kadang ada juga membuat miris kita, misalnya
dana penyelengaraan Pesta Danau Toba (PDT), seharusnya jangan di korupsi.
Yang
paling mengganggu pikiran sebagian masyarakat yang mencintai Danau Toba sebagai
kebanggaan Sumatera Utara dan Indonesia adalah bagaimana kinerja tim Badan
Otoritas Danau Toba yang sudah diterbitkan izinnya tahun lalu? Realitas ini
terlihat dari kinerja belum juga bergerak cepat dalam memajukan investasi
wisata Danau Toba, PDT ternyata belum mendongkrak kunjungan wisman ke Danau
Toba, jarang saya melihat turis berkeliaran di sepanjang jalan sampai ke kota
Siantar, tidak lama menginap dan sangat berbeda sekali jika kita di Bali atau
di Yogyakarta mereka pasti ada di salah satu sudut jalan kadang-kadang ramai
hingga jauh dari pusat kawasan wisata unggulannya.
Kawasan wisata
lainnya sudah mulai menunjukan hasil dalam menarik wisatawan dan investasi yang
cukup besar seperti di kawasan Nusa Tenggara Barat dan Timur serta Sulawesi
Tenggara. Dimana ketiga Provinsi tersebut juga memiliki kawasan wisata
strategis nasional. Wismannya kadang banyak muncul di kota lainnya berdekatan
dengan pusat kawasan strategis wisata unggulan.
Jika
dilihat dari gambaran alokasi dana, maka kita harus mempertanyakan apakah
pemprovsu sudah serius mengelola Danau Toba yang diajukan sebagai geopark
kawasan strategis nasional? Terlihat dari anggaran yang dialokasi di APBD
sangat minim sekitar 1.2 milyar rupiah. Coba bandingkan dengan provinsi Jawa
Barat dalam pengajuan kawasan Cileteuh sebagai kawasan wisata geopark dengan
dana mencapai hampir 600 milyar rupiah. Belum lagi saingan Danau Toba lainnya yaitu
calon geopark diversity Merangin di Jambi, alokasi dana juga diatas 1.2 milyar
rupiah dan timnya terus menyempurnakan semua dokumen dan berbagai prasarana
pendukung.
Jangan
membuat ironi bagi Danau Toba. Niscaya Danau Toba akan menghasilkan efek yang
positif bagi kemajuan Sumatera Utara dengan menjadikan provinsi yang paten.
UNGGULAN PATEN
Semua masyarakat, perusahaan
dan pemerintah harus menjadikan peringatan ini karena begitu banyak kendala
untuk memajukan Danau Toba menjadi unggulan paten, kebersihan lingkungan air
Danau Toba saja perlu tindakan kerja keras, belum lagi kerambah-kerambah masih terlihat
1-2 tersembunyi (main petak umpet mungkin?). Seharusnya sudah strill dari berbagai
gangguan yang mengganggu keindahannya.
Danau Toba telah ditetapkan
sebagai kawasan strategis wisata nasional harus ada langkah konkrit, jangan
indah diatas kertas. tetapi benar-benar indah dalam kerja yang nyata.
Perlu sinergitas berbagai
elemen untuk bersama memajukan Danau Toba sebagai investasi terbesar Sumatera Utara
melalui berbagai kerja nyata yaitu memadukan sinkronisasi manajemen
pemerintahan dan stakeholder, dukungan berbagai masyarakat untuk menjaga
lingkungan tanpa harus diperintah atau perlu revolusi mental, dukungan
akademisi dari Perguruan Tinggi untuk master plan dan sumber daya manusia, dari
para entrepreneur sumut untuk terus melakukan promosi travel wisata tanpa
pamrih, dukungan media pers untuk menciptakan harmonisasi informasi untuk meredam
hoax.
Dengan sinergitas, kita
pastikan Danau Toba memang indah, bukan indah di atas kertas tetapi indah
tercipta di alam bumi Nusantara. (Sudah di publikasi di Harian ANALISA Medan, Tgl 23 Mei 2017)
M. Anwar Siregar
Enviroment Geologist
Komentar
Posting Komentar