Jul 16, 2017

Geopark Diversity Danau Toba, Harus Paten

GEOPARK DIVERSITY DANAU TOBA, HARUS PATEN
OLEH : M. Anwar Siregar
Siapa yang tidak kenal Danau Toba? Danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara itu merupakan sumber investasi di atas investasi terbesar wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan telah dijadikan kawasan strategis wisata Nasional oleh Pemerintahan Jokowi, sebuah Danau Toba hasil erupsi supervolcanoes Toba Purba yang dapat menghasilkan sumber-sumber penghidupan dan sumber-sumber ilmu pengetahuan, harus menjadi unggulan yang sangat Paten dan harus mampu menjadi Monaco Asia, karena semua bentuk keterpaduan keindahan alam telah terpahat serasi di atas Danau Toba.
ILMU DIATAS ILMU
Danau Toba memang sebuah danau yang sangat unik, terlihat dari cara munculnya di permukaan bumi, cara dia mampu meredam efek bencana gempa, letusan gunungapi di era modern dan cara dia mampu menyebarkan “bencana” di masa lalu serta cara dia memberikan “refreshing knowledge”. sebuah penyegaran ilmu diatas ilmu.
Sebab, Danau Toba itu sebenarnya salah satu sumber penghasil ilmu dan memungkinkan akan ada ilmu yang dihasilkan, jadi bukan saja selama ini kita kenal sebagai Danau di atas danau. Di atas Danau Toba masih terdapat Danau lainnya yaitu Danau Sidihoni, begitu pula Pulau di atas pulau, karena Danau Toba terdapat sebuah pulau hasil erupsi yaitu pulau Samosir yang berada di atas Pulau Sumatera setelah dipisahkannya “secara manual” sebuah celah sempit diujung Pulau Samosir sehingga terlepas dari daratan sumatera.
Danau Toba bisa di jadikan ilmu di atas ilmu? Sesungguhnya Danau Toba itu sebuah mega ilmu, di dalamnya banyak kandungan pelajaran yang mesti dipahami, dipelajari dan ditelaah untuk menghasilkan keturunan ilmu-ilmu berikutnya. Ilmu geologi, ilmu antropologis, ilmu alam dan berbagai ilmu yang sudah di kenal selama ini oleh masyarakat sesungguhnya masih bisa menghasilkan berbagai jenis ilmu terbarukan.
Literatur budaya Batak saja dapat menghasilkan ilmu-ilmu budaya dan agama, alam sekitar lingkaran Danau Toba sampai ke Sinabung dan mungkin juga ke sekitar Sibual-buali adalah ”bank ilmu”. Dan jika dibagung tentang penelaah karakter kehadirannya di permukaan bumi maka akan hadir sejumlah definisi ilmu pengetahuan barum sebuah penyegaran tantangan untuk ditelaah lebih lanjut agar dapat menghasilkan ilmu tentang bumi, wisata, social budaya, kedokteran, rekayasa atau teknik maupun sistim pemeritahan dan sebagainya.
Geopark diversity Danau Toba, merupakan sebuah tantangan besar bagi pemerintah Sumatera Utara untuk sebuah paket unggulan yang paten sehingga akan dapat menjadi sebuah produk yang mendunia.
JANGAN IRONI
Danau Toba, sebuah geopark diversity terbesar di Indonesia seharusnya jangan jadi ironi, jangan indah di atas kertas apalagi indah di atas khayalan, tapi perlu kerja nyata karena sejak mengalami kegagalan menjadi geopark kedua Indonesia, Danau Toba seperti terus ketinggalan dari berbagai bio-geopark diversity lainnya. keanekaragaman yang ada di Danau Toba sebenarnya sudah layak menjadi salah satu geopark dunia, seperti yang sudah dikemukan di depan, Danau Toba mempunyai keunikan yang sangat khas seperti danau diatas danau, pulau di atas pulau atau saya sebutkan juga ilmu diatas ilmu.
Namun kenyataan ini yang saya lihat dari tebing Danau Toba, sungguh membuat saya jadi miris, masih terlihat atau masih terdapat sesuatu yang membuat pandangan tidak elok, dan jika benar apa yang disebut dalam laporan penelitian Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara, menyebutkan kualitas air Danau Toba telah mengalami pencemaran, salah satu indikasi yang disebut dalam laporan tersebut adalah ditemukannya lintah di Danu Toba dan menandakan bahwa kualitas air sangat kurang layak karena Lintah merupakan indikator pencemaran bagi kebersihan air, sudah tidak baik dipergunakan untuk mandi dan di minum. Dan anda tahu, di Danau Toba itu kan banyak orang berenang, atau juga “sekedar” merasakan dinginnya air Danau Toba serta kadang masih menggunakan airnya untuk keperluan rumah tangga. Sebuah penyakit sedang menunggu.
Namun bukan itu saja penulis lihat, sisa-sisa sampah plastik walau tidak banyak seperti sisa gelas plastik mie, atau beberapa jenis sampah yang susah di daur ulang, ada juga penulis lihat terpendam di dalam air jika tidak ada gangguan benda dipermukaan air Danau Toba maka kadang nampak sisa sampah, dan parah lagi, kadang air limbah rumah tangga yang ada di sekitar tebing masih terbuang langsung ke Danau Toba, tumpahan kecil oli kapal Ferri pun kadang masih penulis lihat di penyebarang kapal Ferri di Aji Bata, namun itu mungkin luput dari pengamatan turis-turis dan lebih memusatkan pandangan mata pada keindahan alam Danau Toba yang memang sangat mempesona.
Apakah kita harus membiarkan hal ini menjadi ironi? Bagaimana menjadikan Danau Toba menjadi Geopark dengan mega diversity yang terkandung di dalamnya? Berita-berita di berbagai media kadang ada juga membuat miris kita, misalnya dana penyelengaraan Pesta Danau Toba (PDT), seharusnya jangan di korupsi.
Yang paling mengganggu pikiran sebagian masyarakat yang mencintai Danau Toba sebagai kebanggaan Sumatera Utara dan Indonesia adalah bagaimana kinerja tim Badan Otoritas Danau Toba yang sudah diterbitkan izinnya tahun lalu? Realitas ini terlihat dari kinerja belum juga bergerak cepat dalam memajukan investasi wisata Danau Toba, PDT ternyata belum mendongkrak kunjungan wisman ke Danau Toba, jarang saya melihat turis berkeliaran di sepanjang jalan sampai ke kota Siantar, tidak lama menginap dan sangat berbeda sekali jika kita di Bali atau di Yogyakarta mereka pasti ada di salah satu sudut jalan kadang-kadang ramai hingga jauh dari pusat kawasan wisata unggulannya.
Kawasan wisata lainnya sudah mulai menunjukan hasil dalam menarik wisatawan dan investasi yang cukup besar seperti di kawasan Nusa Tenggara Barat dan Timur serta Sulawesi Tenggara. Dimana ketiga Provinsi tersebut juga memiliki kawasan wisata strategis nasional. Wismannya kadang banyak muncul di kota lainnya berdekatan dengan pusat kawasan strategis wisata unggulan.
Jika dilihat dari gambaran alokasi dana, maka kita harus mempertanyakan apakah pemprovsu sudah serius mengelola Danau Toba yang diajukan sebagai geopark kawasan strategis nasional? Terlihat dari anggaran yang dialokasi di APBD sangat minim sekitar 1.2 milyar rupiah. Coba bandingkan dengan provinsi Jawa Barat dalam pengajuan kawasan Cileteuh sebagai kawasan wisata geopark dengan dana mencapai hampir 600 milyar rupiah. Belum lagi saingan Danau Toba lainnya yaitu calon geopark diversity Merangin di Jambi, alokasi dana juga diatas 1.2 milyar rupiah dan timnya terus menyempurnakan semua dokumen dan berbagai prasarana pendukung.
Jangan membuat ironi bagi Danau Toba. Niscaya Danau Toba akan menghasilkan efek yang positif bagi kemajuan Sumatera Utara dengan menjadikan provinsi yang paten.
UNGGULAN PATEN
Semua masyarakat, perusahaan dan pemerintah harus menjadikan peringatan ini karena begitu banyak kendala untuk memajukan Danau Toba menjadi unggulan paten, kebersihan lingkungan air Danau Toba saja perlu tindakan kerja keras, belum lagi kerambah-kerambah masih terlihat 1-2 tersembunyi (main petak umpet mungkin?). Seharusnya sudah strill dari berbagai gangguan yang mengganggu keindahannya.
Danau Toba telah ditetapkan sebagai kawasan strategis wisata nasional harus ada langkah konkrit, jangan indah diatas kertas. tetapi benar-benar indah dalam kerja yang nyata.
Perlu sinergitas berbagai elemen untuk bersama memajukan Danau Toba sebagai investasi terbesar Sumatera Utara melalui berbagai kerja nyata yaitu memadukan sinkronisasi manajemen pemerintahan dan stakeholder, dukungan berbagai masyarakat untuk menjaga lingkungan tanpa harus diperintah atau perlu revolusi mental, dukungan akademisi dari Perguruan Tinggi untuk master plan dan sumber daya manusia, dari para entrepreneur sumut untuk terus melakukan promosi travel wisata tanpa pamrih, dukungan media pers untuk menciptakan harmonisasi informasi untuk meredam hoax.
Dengan sinergitas, kita pastikan Danau Toba memang indah, bukan indah di atas kertas tetapi indah tercipta di alam bumi Nusantara. (Sudah di publikasi di Harian ANALISA Medan, Tgl 23 Mei 2017)
M. Anwar Siregar
Enviroment Geologist

No comments:

Post a Comment

Related Posts :