Tampilkan postingan dengan label Bencana Populer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bencana Populer. Tampilkan semua postingan

1 Nov 2024

Bencana Populer : Mitigasi Tsunami Yang Terabaikan

MITIGASI TSUNAMI (MASIH) YANG TERABAIKAN

Oleh : M. Anwar Siregar

 

Ancaman megatrusth tsunami ke Indonesia dapat terulang lagi, mengingat siklus periode gempa tektonik disertai tsunami telah memasuki siklus kritis, isu-isu yang beredar dibergai platform media dan berbagai sumber lainnya telah membahas hal ini namus standart mitigasi tsunami masih belum membumi.

Sebuah renungan untuk di evaluasi, bahwa pentingnya standar bangunan pantai bagi kota di pesisir Indonesia untuk mengimpelementasikan budaya tata ruang berketahanan gempa, dan kita harus sadar bencana, sejak kejadian bencana gempa besar Aceh 2004 seharusnya pemerintah sangat ketat untuk memberikan izin pembangunan kawasan tertentu apalagi dikawasan rawan gempa dan tsunami.

Program mitigasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi, buku sejarah bencana gempa di Indonesia sudah sangat tebal, namun isinya masih pepesan kosong dalam bentuk implementasi tata ruang kota berketahanan gempa dan seharusnya menjadi pijakan untuk membangun kota serta agar dapat memberikan ketenangan bagi masyarakat dalam menghadapi datangnya gempa dan agar tidak mudak termakan isu hoax yang tidak bertanggungjawab.

Perencanaan pembangunan bencana sudah harus tertanam sejak dimulainya pembangunan rekonstruksi dan komitmen pembangunan sumber daya manusia yang tangguh menghadapi bencana.

Jepang masih dianggap terbaik dalam budaya mitigasi maupun pembangunan standart building kode bangunan tahan gempa dan 90 persen kontsruksi bangunan di Jepang berbasis tahan gempa dan cocok bagi negara yang berlangganan gempa untuk belajar membangun tata ruang gempa, dan Indonesia perlu belajar budaya mitigasi bencana, baik bersifat struktural maupun non struktural, karena karakteristik wilayah tatanan geologi Indonesia hampir sama dengan Jepang, terbentuk oleh kepulauan vulkanik, berada dikawasan ring of fire, banyak terdapat gunung api, pusat pertemuan antar lempeng besar yang menyebabkan gempa dan tsuanmi besar dan memiliki daerah pesisir pantai yang panjang dan luas serta memiliki kawasan yang bisa diterpa bencana tsunami hingga ke dalam inti kota.

INDONESIA BELUM SIAP

 

Kejadian gempa di lokasi kepulauan seperti yang terjadi di Selat Sunda yang terbentuk diantara Pulau Jawa dan Sumatera tidak jauh berbeda dengan Kepulauan Nusantara-Indonesia di era modern ini, terpisah dari daratan Asia Besar oleh pembenturan lempeng, Indonesia dipisahkan oleh cekungan busur Belakang dan Depan dari dua sisi yang berbeda dari dua benua. Kondisi ini dapat membangkitkan tsunami di sepanjang Pantai Barat Pulau Sumatra. Kota-kota besar di Sumatera Utara harus siap menghadapi ancaman ini, karena ancaman maut yang diberikan tidak jauh berbeda dengan tsunami maut Aceh-Andaman 2004, namun tingkat kerusakan akan lebih parah, karena kondisi blok batuan yang menyusun bumi ruang Sumatera Utara saat ini belum dalam kondisi stabil, setelah ada gempa-gempa kuat dari awal tahun 2010 hingga menjelang akhir tahun 2016, jadi peningkatan kewaspadaan memang harus ditingkatkan dalam bentuk perencanaan tata ruang gempa.

Bersyukurlah karena sampai saat ini gempa di Mentawai belum kondisi pelepasan energi ganas namun sebagai peringatan bagi kota-kota di Pantai Barat Sumatera agar lebih mempersiapkan tata ruang mitigasi yang komprehensif, karena sampai sekarang ternyata belum banyak bangunan dan infrastruktur fisik lainnya mengikuti kaidah building code yang berketahanan gempa, setengah peralatan tsunami rusak dan 80 % masyarakat bermukim di kawasan rawan bencana dan dukungan politik lokal dalam pengurangan resiko bencana masih sangat rendah sekali.

Gempa Mentawai kini memang menjadi pusat perhatian, namun bukan berarti pengamatan gempa lain tidak luput mengalami efek domino untuk diamati terutama gempa di Selat Sunda, di kawasan Nias-Simeulu ke Andaman-Nikobar ataupun dapat merangsang energi di Patahan Sagaing di Burma. Refleksinya bisa di lihat pada gempa Taiwan dapat memberikan stimulus medan stress gempa di kawasan Burma dan Semenanjung Asia Tenggara.

Yang dapat dilakukan masyarakat adalah mempersiapkan diri dan membangun fundemental bencana untuk menghadapi ketidak pastian bencana yang datang bertubi-tubi di negeri yang memang sudah ditakdir hidup akrab bersama gempa dan harmonisasi dengan lingkungan gunungapi. Masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, memastikan kondisi tata ruang kota mereka ada jalur evakuasi bagi kota yang berhadapan langsung dengan Samuerda Hindia dalam menghadapi tsunami. Apa sudah siap?

TSUNAMI TERABAIKAN

Diketahui tsunami menghancurkan seringkali disebabkan oleh gempa megathrust ketika sesar bumi yang berukuran besar melakukan penyesuaian dengan bergerak secara vertikal disepanjang patahan bumi.

Mitigasi Bencana Gempa Bumi, Simak Langkah-langkah mulai ...

Gambar : Mitigasi sederhana yang (kadang) dilupakan (Sumbr gambar : BPPD Klaten)

Para pakar tsunami mengatakan banyaknya jumlah korban terus mencerminkan kurangnya sistem canggih untuk deteksi dan peringatan tsunami di indonesia.

Ironisnya, sistim mitigasi di Indonesia masih belum komprehensif sehingga tidak mengherankan mengapa jumlah korban di Indonesia tidak pernah berkurang, diketahui Indonesia hanya memiliki sistem seismograf, perlengkapan global positioning system (GPS) dan tide gauge (alat pengukur perubahan ketinggian air laut) untuk mendeteksi tsunami sangat sedikit, yang memiliki efektivitas sangat rendah bagi kawasan laut Indonesia yang sangat luas tempat bertemunya empat lempeng besar.

Sedang alat pendeteksi gempa dan tsunami milik BMKG berupa buoy sangat ini lebih banyak tidak berfungsi dan banyak dicuri orang, sehingga ketika terjadi bencana tsunami masyarakat mengalami dampaknya. Indonesia memiliki 22 jaringan sensor perubahan tekanan kecil di dalam laut namun umumnya tidak berfungsi dan rusak karena tidak dirawat.

Yang mengherankan Pemerintah justrunya sangat getol membangun infrastruktur tol dan jalan layang dalam kota, cobalah memperhatikan kondisi mitigasi di daerah pesisir dengan membangun pendeteksi tsunami hampir ditiap wilayah Indonesia sehingga pelajaran tsunami Selat Sunda dapat diprediksi atau setidaknya masyarakat berjaga-jaga atau mencari tempat untuk berlindung.

Karena ada 18 daerah yang sudah merasakan kehancuran dampak tsunami karena tidak memiliki teknologi TEWS, sensor broad bank tanpa awak dan mitigasi ketataruangan yang berbentuk non struktral dan struktur antara lain NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jateng bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak (yapen), Balikpapan dan Fak-Fak

Akurasi pemprosesan data harus selalu real time, sehingga perlu lembaga-lembaga riset dan pengawasan dapat bekerjarsama untuk menyebarkan dan memperluas jaringan teknologi, bukan bekerja jalan sendiri, kerja antar sektor di ndonesia dibidang tsunami belum melembaga secara keseluruhan, dan masih ada saja tidak memberikan data secara ikhlas.

Terkait tanggung jawab informasi bencana alam seperti gempa dan tsunami seharusnya mengalokasi dana pengembangan teknologi lebih besar dibandingkan pembangunan infrastruktur yang tidak tepat sasaran, termasuk seminar-seminar, khususnya pemerintah daerah wajib mengalokasikan dana APBD lebih besar dari 5 % dari total anggaran. Mengingat kondisi infrastruktur yang sudah terbangun sangat membutuhkan sistem pengaman dari kehancuran efek gempa bumi.

Di era revolusi 4.0 seharusnya informasi lebih cepat ke tangan masyarakat, era revolusi dan era internet atau era satelit yang mengglobal, rasanya tidak mungkin Indonesia kedodoran, tetapi itulah yang terjadi, Indonesia sangat bodoh, lemah pengawasan, lemah pelembagaan, lebih fokus pada proyek pretisius seperti membangun jalan tol antar provinsi antar pulau.

Padahal kita tahu, bencana setiap saat mengintasi dan menghancurkan apa saja, termasuk proyek pretisius, dan dipastikan banyak tidak dirancang berketahanan gempa dan tsunami, tiba-tiba masyarakat menjadi miskin seperti orang bodoh, pasrah. Dilain pihak kita sibuk mencari kesalahan, sibuk membungun ini, sibuk membangun itu, kita seperti alpa menjaga diri, menjaga Indonesia, menjaga ancaman bencana sehrusnya kita lebih memprioritaskan sistim mitigasi bencana secara menyeluruh.

Tulisan ini telah dipublikasi diberbagai media

1 Jul 2020

(Hati-hati) Asap Lintas Batas Berulang, (jangan buat) Malu Awak

ASAP LINTAS BATAS, MALU AWAK
Oleh : M. Anwar Siregar

(Saat ini, Indonesia sedang mengalami pandemi Corona, ada satu persoalan yang akan memperparah situasi corona dengan jumlah korban jiwa bertambah jika upaya Pemerintah Indonesia tidak berjalan, yaitu salah satunya serangan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan dari negeri atau raja penghasil kabut asap yaitu Provinsi Riau dan Kalimantan).
Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi corona juga harus meningkat daya tahan menghadapi serangan kabut asap dan upaya-upaya yan harus dilakukan oleh berbagai elemen untuk mengatasi karhutla pada musim asap tahun 2020 agar tidak lebih parah dan melintas antar batas negara, jelas agar menimbulkan rasa malu lagi.
Bencana kebakaran yang menimbulkan kabut asap di Indonesia telah berperan meningkatkan keasaman di geosfer dengan menimbulkan efek gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembakaran hutan dan lahan antara lain karbon dioksida, metan, nitrous oksida dan florin semakin membesar dan memastikan iklim semakin susah diprediksi. Dan gas-gas emisi inilah yang mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit terhadap manusia dan berefek kepada sumber daya manusia Indonesia mengalami kemunduran akibat tidak adanya pembatasan dan penekanan serta pengendalian perizinan konsesi lahan perkebunan dan pertambangan yang tidak berbasis pembangunan ekologi hijau.
Terlihat semakin banyak jenjang pendidikan meliburkan para siswanya di berbagai kota di Indonesia, maka visi SDM unggul yang menjadi slogan rezim Jokowi hanya menunggu waktu menjadi ”pepesan kosong” akibat dampak hangusan arang dari hutan-hutan Indonesia.

12 Jun 2020

Tahun 2020, Intensitas Bencana Alam

TAHUN 2020, WASPADA INTENSITAS BENCANA ALAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Dalam mengurangi kemungkinan terjadinya bencana di beberapa kota di Indonesia termasuk Jabodetabek perlu ditingkatkan bahaya bencana hidrometeorologi yang di sampaikan oleh BMKG dengan beberapa poin penting dalam mitigasi bencana tanah longsor seperti: melakukan identifikasi daerah rentan bencana tanah longsor (peta, informasi); Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bencana tanah longsor (sosialisasi, pendidikan); Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan masyarakat menghadapi bencana; Penataan ruang akibat sering terjadinya bencana banjir merupakan sebagai referensi untuk pemerintah daerah untuk melakukan penataan ulang kembali tata ruangnya. Karena setiap tahun, struktur geologis wilayah akan bergeser, yang disebabkan beberapa faktor. Seperti faktor cuaca, alam, sedimentasi serta air yang mengalir dalam tanah.
Pembangunan suatu wilayah hendaknya mempertimbangkan informasi geologi, baik potensi atau pun bahaya geologi, karena informasi potensi geologi dapat digunakan untuk pengetahuan daya dukung tanah untuk fondasi bangunan, potensi air tanah, potensi bahan galian, daerah resapan air tanah, dan potensi lahan untuk TPA.
Sedangkan informasi bahaya geologi merujuk pada zonasi daerah rawan longsor, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Oleh karena itu, Pemerintah daerah diingatkan agar izin dan segala macam yang berkaitan dengan pembangunan sebaiknya memperhatikan juga informasi geologi, karena berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat dengan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat kawasan rentan bencana tanah longsor (permukiman, tata lahan); dan Penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Harus menjadi rujukan bagi daerah-daerah yang mengalami musibah bencana banjir dan longsor seperti yang terjadi di Solok Selatan, Kampar, Samosir, Aceh Barat, Sigi dan beberapa kota lainnya.
IRONI POHON

14 Mei 2020

Cuaca Tidak Pasti, Banjir Belum Terkendali

TAHUN 2020 BANJIR MEDAN (BELUM) TERKENDALI
Oleh : M. Anwar Siregar

Diprediksi pada tahun 2020 intensitas banjir masih tetap tinggi dan kota Medan termasuk kota yang (belum) mampu mengendalikan ancaman banjir di era sekarang, karena jakarta dan wilayah sekitar belum mampu mengatasi banjir saat ini, Sebab utamanya adalah aktivitas pembangunan infrastruktur yang tidak berbasis banjir sehingga lingkungan saat rentan mengalami disablitas oleh aktivitas manusia di muka bumi dalam ruang dan waktu, disertai kebijakan dan tindakan moral yang tidak selaras dengan ekosistim daya dukung dan daya tampung lingkungan di bumi.
Yang mengejutkan, kenapa kota besar seperti kota Medan (masih malas) belajar dari kejadian musibah melanda berulang kali? Belajar dari kejadian bencana banjir metropolitan Jabodetabek saat ini mengalami banjir saat parah diawal tahun.

29 Apr 2020

Bangsa (Masih) Terkaget Bencana Seperti Tidak Siap Hadapi Corona

BANGSA (MASIH) TERKAGET BECANA
Oleh : M. Anwar Siregar

”Duh, ah...” kaget aku, tahu kau! bentak yang dikagetkan, yang dibentak malah nyengir kuda. “bah..! begitu saja kau sudah mau marah..”
Jika diumpamakan seorang manusia dikagetkan secara mendadak oleh kawannya tentu saja akan membuat jantungan, dan membuat kesal, namun jika ini dianologikan bagi bangsa yang rawan bencana alam, tentu lain persoalannya namun subtansinya hampir sama, yaitu masyarakatnya akan kaget jika mendadak ada “goyangan liga lindu” bermunculan. Jelas akan membuat kepanikan, masyarakat pasti ada yang terserang penyakit jantungan.

10 Mar 2020

Waspada Tsunami Bagi Kota Waterfront Tsunami Nias-Indonesia

MEMBANGUN KOTA WATERFRONT TSUNAMI
Oleh : M. ANWAR SIREGAR
 
Sudah 18 tahun berlalu bencana tsunami Nias-Sumatera Utara, namun hingga saat ini meninggalkan banyak pertanyaan, salah satunya adakah kota di Sumatera Utara yang benar-benar kota waterfront yang berbasis tsunami? Mengingat wilayah kota besar di Sumatera Utara dan Indonesia umumnya menghadap langsung ke pantai-laut atau sungai besar yang bermuara ke lautan dengan topografi rendah, merupakan sumber ideal bagi tsunami dan paradigma pembangunan tata ruang yang berbasis tsunami belum menjadi bagian kebijakan yang membumi dan seharusnya pelajaran gempa tsunami Aceh dan Nias pada tahun 2004-2005 sebagai refleksi untuk membangun tata ruang yang tangguh menghadapi tsunami.

27 Feb 2020

Waspada Musim Banjir di Langkat, Okupasi Sungai Pegunungan

BANJIR  LANGKAT, OKUPASI SUNGAI PEGUNUNGAN
Oleh M. Anwar Siregar
Derasnya pembangunan dan peningkatan ekonomi telah memacu perkembangan pemukiman yang cenderung menyimpang dari RUTRK dalam kota di Sumatera Utara dan jauh dari konsep pembangunan hijau yang berkelanjutan. Banyaknya kawasan-kawasan rendah seperti rawa dan danau yang semula berfungsi sebagai tempat penampungan air serta bantaran sungai yang berubah menjadi pemukiman, ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai makin memperburuk kondisi lingkungan.

31 Okt 2019

Sumatera Utara Berbakat Gempa

SUMATERA UTARA BERBAKAT GEMPA
Oleh M. Anwar Siregar
Belum pulih gempa Lombok, dan Gempa Tsunami Palu-Sigi Donggala berpusat disekitar patahan Busur Belakang Florest dan patahan Palu Koro kini terjadi lagi gempa kuat dengan kekuatan mencapai 6,3 Skala Richter di Situ Bondo Jawa Timur, guncangannya sangat kuat mencapai Bali dan semua wilayah di Jawa Timur, lalu berpindah gempa di Pantai Barat Sumatera dengan gempa kecil namun cukup ”menakutkan”, berkekuatan 5,1 Skala Richter di sekitar Sibolga 20/10/18, saat terbuka untuk masuk tsunami tanpa ada ”benteng”, selanjutnya kemana?

21 Okt 2019

Memahami Longsor Parapat

MEMAHAMI LONGSOR PARAPAT
Oleh : M. Anwar Siregar
Secara teoritis terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan longsor di daerah wisata Parapat di era zaman now, untuk itu perlu manajemen pengawasan ruang di kawasan Parapat untuk mengendalikan tingkat bahaya yang mungkin bisa terjadi berulang kembali seperti kejadian longsor Parapat, terjadi longsor dua kali dalam seminggu, untuk mengetahui faktor bahaya terjadinya longsor di tata ruang wilayah Parapat yang terus mengalami perkembangan kunjungan turis, fisik serta beban transportasi, harus merumuskan kebijakan pengendalian bencana di Kawasan Danau Toba di Parapat.
GEOLOGI LONGSOR PARAPAT
Parapat merupakan sebuah kota di pinggiran Danau Toba, merupakan daerah jalur atau lintasan ke Samosir, merupakan kota yang banyak dilewati sarana tranporatsi baik berat maupun sedang, baik pribadi maupun logistik barang dan jasa. Kota yang berada di tebing Danau Toba ini dikelilingi daerah morfologi sangat terjal dengan kontrol patahan sesar geser dan patahan turun ke arah Danau Toba, longsor yang terjadi mengikuti bentuk arah sesar dan arah arus aliran air dan sungai mengikuti pola kemiringan lereng ke arah Danau Toba, dan sangat membahayakan jalur lintasan transportasi yang melintasi kota Parapat.
Gambar : Mewaspadai longsor terulang lagi di parapat di musim hujan di Sumatera Utara (Merdeka. com)

15 Okt 2019

Mewaspadai Gempa-Likuifaksi di Tapsel

MEWASPADAI GEMPA-LIKUIFAKSI DI TAPSEL
Oleh : M. Anwar Siregar
Aktivitas gempa Sumatera yang perlu diwaspadai diwilayah Selat Sunda bagian Selatan  dapat menghasilkan kegempaan strategis di lautan selain daratan yang dapat menghancurkan tata ruang kota-kota yang ada di Tapanuli bagian Selatan antara lain, kegempaan Andaman-Burma-Aceh-Nias di Utara P. Sumatera yang tersusun oleh topografi palung laut dalam Andaman, vulkanisme Kepulauan Nikobar, patahan kecil Burma, patahan kompleks daratan Aceh, anomali gravitasi Simeulue-Nias sebagai jalur kegempaan besar dengan penyimpanan energi yang relatif rendah dan gempa di Patahan Kepulauan Mentawai-Enggano, patahan Mentawai termasuk yang paling tertekan di Pantai Barat Sumatera akibat tekanan dari berbagai arah dari Utara Blok Andaman-Aceh dan Blok Patahan Jawa di Selatan akan ada pergerakan antar blok Patahan yang saling berlawanan, mengompres untuk menghasilkan gelombang seismik transversal pada pertemuan lempeng karena gempa paling merusak rata-rata disebabkan oleh gelombang transversal.

18 Sep 2019

Sumut Rawan Longsor, Rawan Likuafaksi

SUMUT RAWAN LONGSOR, RAWAN LIKUIFAKSI
Oleh : M. Anwar Siregar
Tak terasa, hampir lima belas tahun lewat sudah sejak gempa besar mengguncang Aceh 26 Desember 2004 dan empat belas tahun gempa Nias yang terjadi di bulan 28 Maret 2005 yang menyebabkan ribuan korban jiwa dan miliaran kerugian harta benda. Peristiwa ini menjadi sebuah catatan sejarah bagi Indonesia dan seharusnya menjadi pembelajaran tata ruang bagi kota di Indonesia karena ancaman gempa dan tsunami masih setiap saat hadir untuk menguji tata ruang dan test bagi manusia apakah sudah membiasakan hidup selaras dengan bencana, jika tidak maka untuk selanjutnya akan menghancurkan segalanya dan sumatera utara di prediksi termasuk daerah paling rawan gerakan tanah dan likuifaksi serta tsunami seharusnya dalam rentang 10 tahun lebih sudah seharusnya memiliki ketangguhan menghadapi gempa dan tsunami karena ada beberapa daerah sangat rawan menghasilkan bencana tsunami dan juga dapat menghasilkan bencana likuifaksi yang maha dashyat walau kekuatan gempa tidak sehebat gempa tsunami Aceh namun rawan bencana gerakan tanah dan gempa bumi.
Dan kejadian gempa lainnya seperti gempa Aceh 2004 dan gempa Flores 1992, 2016 dan gempa Lombok dan palu Donggala 2018, jangan dikenang sebagai pembelajaran, namun harus diimplementasikan dalam bentuk budaya hidup selaras bersama bencana agar dapat mengingatkan kita untuk kembali bahwa wilayah Sumatera Utara dapat menghasilkan bencana atau di landa gempa.

2 Sep 2019

Setelah Palu, Waspada Megathrust Halmahera

SETELAH PALU, WASPADA MEGATHRUST HALMAHERA
Oleh M. Anwar Siregar
Setelah Lombok dan Palu-Donggala kena gempa dalam tiga bulan, kini yang harus di waspadai adalah dua lokasi megathrust yaitu Mentawai dan Maluku yang diwakili oleh Megathrust Halmahera. Tumbukan lempeng Indo Australia yang bergerak miring pada beberapa kejadian gempa lalu telah merobek-robek Pulau Sumatera dan Kepulauan Maluku terutama di Pulau Halmahera. Tekanan sekarang berbalik ke arah Utara Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara, karena wilayah Kalimantan dianggap sebagai “tameng” yang tidak memiliki pusat gempa. gerak relaksasi seismik membalik lagi keadaan kearah Utara atau mungkin juga ke Laut Jawa, akibatnya akan memunculkan banyak patahan-patahan seismik sepanjang Kepulauan Maluku Utara yang dapat mengakibatkan gempa besar di masa mendatang.

30 Agu 2019

Investasi Lahan Banjir Kota Medan

INVENTASI LAHAN BANJIR KOTA MEDAN
Oleh M. Anwar Siregar
Kota besar di Indonesia saat ini sepertinya sedang menuju kota mati, karena sering mengalami berbagai musibah bencana, namun bukan alam yang penyebabnya, dan kota kota besar di Indonesia seperti Medan sangat membutuhkan lebih banyak ruang hijau untuk mencegah bencana banjir tahunan yang tidak ada “jeda” ekspose banjir sepanjang tahun.

Banjir yang terjadi sekarang bukan saja dampak perubahan cuaca ekstrem namun juga disebabkan oleh dampak kebijakan pembangunan kawasan hijau, dibeberapa kecamatan yang ada di Medan jika diamati luapan banjir disebabkan oleh dua faktor utama yaitu ruang hijau dan kepadatan bangunan yang menyisakan semakin sedikit lahan hijau. 

Hasil gambar untuk opini investasi lahan banjir di kota medan
Gambar : Banjir Medan yang tidak pernah surut, sumber Sindo News

26 Agu 2019

Warna-warni Bencana Alam Mengancam Sumut

WARNA-WARNI BENCANA ALAM MENGANCAM SUMUT 2019
Oleh : M. Anwar Siregar
 
Permasalahan lingkungan yang dihadapi umat manusia di Sumatera Utara pada hakikatnya adalah masalah tata ruang ekologi lingkungan yang menyebabkan perubahan cuaca dan iklim iklim. Masalah ini timbul karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan lingkungan tersebut tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan umat manusia dibeberapa wilayah Sumatera Utara (Sumut). Masalah lingkungan yang fundemental yang paling utama berkaitan erat dengan polutan udara misalnya pemanasan global, lubang ozon dan hujan asam menjadi isu global.

10 Jan 2019

Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (2)



Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (2)
Oleh : M. Anwar Siregar

Ada faktor menyebabkan beberapa hal yang agak sulit mera­mal­kan perubahan laut akibat gempa tsunami Palu-Donggala di era sekarang untuk gam­baran gempa di masa mendatang. Gem­pa tsunami di Sulawesi Tengah ini telah membuat bentuk dasar samudera berubah-ubah dan ikut bergeser.
Beberapa gerakan tanah di lautan telah menam­bah te­kan­an untuk menimbulkan tekanan air pasang yang me­ningkat dan gerakan lain­nya mengimbangi. Longsoran tanah di dasar laut yang tiba-tiba da­pat secara tajam menu­run­kan permukaan laut, bia­sanya 3 meter menjadi 12 me­ter dalam satu abad.

8 Jan 2019

Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (1)

Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (1)

Oleh : M. Anwar Siregar

Gelombang tsunami selalu berhubungan dengan gempa bumi tektonik dan gempa vulkanis di atas maupun di bawah permukaan laut. Ben­cana tsunamis yang melanda Aceh, Asia Selatan dan Afri­ka bagian Timur tahun 2004 masih berhubungan dengan pergerakan lempeng. Hal inilah yang menimbulkan gem­pa tektonik dahsyat pada abad 21, dan termasuk gem­pa yang terbesar.

Indonesia (tidak) Memiliki Fundamental Gempa

 INDONESIA (TIDAK) MEMILIKI FUNDAMENTAL GEMPA 2
Oleh : M. Anwar Siregar
FUNDAMENTAL RUANG
Fundamental tata ruang lingkungan yang berwawasan gempa bumi saat diperlukan di Indonesia untuk menguatkan masyarakat dan kota dalam menghadapi berbagai ancaman bencana dari berbagai lingkup yang mengancam lingkungan, disini peran peraturan undang-undang yang mengatur tata ruang dan bencana alam dan harus ditindak lanjuti bukan bersifat implementatif.

26 Des 2018

Indonesia Tidak Memiliki Fundemental Gempa 1

INDONESIA (TIDAK) MEMILIKI FUNDAMENTAL GEMPA (1)
Oleh M. Anwar Siregar
Gempa bumi dengan tsunami datang lagi ke Indonesia, kali ini yang mencatat sejarah adalah Palu-Donggala di era tahun 2018, dan bangsa ini sekali lagi tidak pernah absen dari musibah bencana alam yang datang bervariasi, misalnya ancaman letusan gunungapi, gempa dan tsunami di Pantai Barat yang selalu mengancam, di wilayah Timur ancaman gunungapi, gempa dan fenomena badai tropis dan gelombang air laut serta wilayah Tengah ancaman gerakan tanah, banjir tahunan serta gempa bumi dan fenomena badai tropis. Wilayah Utara ada ancaman letusan gunungapi dan gempa bumi serta wilayah Selatan ancaman tsunami dan badai gelombang air laut.

12 Nov 2018

Waspada Megathrust Halmahera


SETELAH PALU, WASPADA MEGATHRUST HALMAHERA
Oleh M. Anwar Siregar

Secara khusus, di kawasan Halmahera telah mengisyaratkan sebuah kondisi batuan semakin matang untuk memudahkan melepaskan energi seismik bergerak dengan kecepatan tingi ke permukaan bumi. Megathrust Halmahera kini dalam hitungan puluhan, untuk berpotensi serupa dengan tsunami Palu dan Donggala.
MEGATHRUST HALMAHERA
Dalam dua bulan ini, kawasan timur Indonesia terus silih berganti mengalami guncangan gempa bumi. Puncaknya, terjadi gempa tsunami di Palu-Donggala dengan kekuatan mencapai 7.4 SR. Ini berarti akan ada pergeseran patahan sepanjang Palu-Koro-Mayu hingga Ransiki-Sorong di Papua. Dan dampaknya akan menekan lantai dasar samudera di wilayah Pasifik-Philipina.
Potensi megathrust gempa Halmahera dapat saja terjadi, mengingat lajur gempa dapat dilihat dari daratan Sulawesi dengan titik patahan Palu-Koro tempat terjadinya pergeseran deformasi batuan yang menyebabkan terjadi gempa dan tsunami Palu-Donggala, yang bertemu dengan patahan Saddang di Kabupaten Mamuju (SulBar) serta Patahan Matene Walanae yang melintasi Soroake dan Luwuk memanjang dan berinteraksi langsung dengan sesar Sorong-sesar Ransiki di Teluk Tomini, lalu memanjang lagi melewati Laut Maluku dan Halmahera.

11 Okt 2018

Gempa Bali



BALI MENANTI GEMPA BESAR
Oleh M. Anwar Siregar

Kawasan aktivitas gempa di Indonesia teraktif di dunia yang terbentang disepanjang Jawa-Sunda, merambat ke bagian barat dan selatan Indonesia sampai ke Pulau Papua Nugini. Luas kawasan ini mencapai sepertiga daerah rawan gempa di dunia, dan Bali merupakan daerah yang diapit oleh semua daerah subduksi, memang sangat berpotensi akan terjadi gempa maut, dan hal inilah mengapa terjadi gempa kuat yang sering terjadi dikawasan selatan dan utara Bali, termasuk gempa Flores tahun 2016 dan Gempa Lombok 2018 yang berulang terjadi tiga kali dalam tiga pekan dengan kekuatan 6,4 SR, 7,0 SR dan 6,5 SR sebagai pembuka jalan ke Bali, dan Bali sepertinya menunggu hitungan waktu kapan gempa besar terjadi.

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...