Oct 21, 2019

Memahami Longsor Parapat

MEMAHAMI LONGSOR PARAPAT
Oleh : M. Anwar Siregar
Secara teoritis terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan longsor di daerah wisata Parapat di era zaman now, untuk itu perlu manajemen pengawasan ruang di kawasan Parapat untuk mengendalikan tingkat bahaya yang mungkin bisa terjadi berulang kembali seperti kejadian longsor Parapat, terjadi longsor dua kali dalam seminggu, untuk mengetahui faktor bahaya terjadinya longsor di tata ruang wilayah Parapat yang terus mengalami perkembangan kunjungan turis, fisik serta beban transportasi, harus merumuskan kebijakan pengendalian bencana di Kawasan Danau Toba di Parapat.
GEOLOGI LONGSOR PARAPAT
Parapat merupakan sebuah kota di pinggiran Danau Toba, merupakan daerah jalur atau lintasan ke Samosir, merupakan kota yang banyak dilewati sarana tranporatsi baik berat maupun sedang, baik pribadi maupun logistik barang dan jasa. Kota yang berada di tebing Danau Toba ini dikelilingi daerah morfologi sangat terjal dengan kontrol patahan sesar geser dan patahan turun ke arah Danau Toba, longsor yang terjadi mengikuti bentuk arah sesar dan arah arus aliran air dan sungai mengikuti pola kemiringan lereng ke arah Danau Toba, dan sangat membahayakan jalur lintasan transportasi yang melintasi kota Parapat.
Gambar : Mewaspadai longsor terulang lagi di parapat di musim hujan di Sumatera Utara (Merdeka. com)


Tidak mengherankan mengapa terjadi bahaya longsor dan runtuhan batuan, karena sesungguh jalan Parapat itu telah mengalami beban pikul tonase, selain faktor zona hijau telah mengalami gangguan man made disaster. Terlihat zona ruang hutan belum maksimal di reboisasi dalam merestorasi hutan alam yang mengalami kebakaran serta perluasan investasi infrastruktur hingga mendekati kawasan gunung Simarbalatuk, yang dikontrol langsung oleh patahan turun Girsang Sipangan Bolon yang membelah jembatan sidua-dua (jembatan kembar) sehingga habitat kera sering berkeliaran semakin ganas.
Geologi longsor Parapat tidak sama dengan geologi longsor Aek Latong maupun Batu Jomba di Tapanuli Selatan, longsoran di Aek Latong adalah akibat “terlikuifaksi tanah” oleh air yang membentuk tanah liquid, ada lintasan air dalam tanah yang membentuk pola sungai bawah lalu dikontrol langsung oleh patahan semangko yang melitasi tata ruang Sipirok, diperparah oleh getaran-getaran mesin berpadu dengan getaran pergeseran batuan untuk menghasilkan efek kenetik.
Longsor Parapat, dilihat dari kenampakannya lokasi, disebabkan oleh kondisi morfologi sangat terjal, didorong juga oleh terbatasnya daerah resapan dan parkir kantong air tidak ada sehingga memungkinkan vegetasi menjadi terkikis. Geologi Longsor Parapat dikontrol langsung patahan sesar normal yang tidak aktif, longsor dapat terjadi karena curah hujan dan dampak hilangnya ruang resapan sehingga menghasilkan air larian (run off) di permukaan dengan menekan zona perlapisan tanah pasiran (formasi batu tufa pasiran) yang banyak membentuk morfologi kecamatan Girsang Sipangan Bolon, dan memungkinkan kota Parapat termasuk kota rawan gerakan tanah tinggi dan sebagai informasi bagi masyarakat dan pengguna transportasi logistik untuk memahami kondisi ruang fisik kota Parapat.
BEBAN RUANG PARAPAT
Salah satu faktor yang menunjang semakin sering terjadinya bencana longsor di Parapat, bukan saja akibat curah hujan, penggundulan dan pembakaran hutan diwilayah gunung Simarbalatuk, Girsang Sipangan Bolon maupun sekitar kota Parapat, namun faktor lain ada yang mendukung terjadi longsor dan dapat berulang kembali di masa mendatang jika upaya penataan dan pengendalian zona ruang hijau terbuka serta pengawasan tata ruang fisik tidak dikendalikan oleh manajemen pengawasan maka bencana ikutan dapat memperparah situasi kondisi kota wisata Parapat.
Beban ruang jalan dan pusat Kota Parapat sangat ini semakin terbatas, karena kondisi morfologi yang terjal dan berada disisi tebing Danau Toba yang setiap saat dapat terjadi longsoran oleh berbagai aktivitas getaran mesin dan beban infrastruktur yang mengikis geometri lereng.
Perlu manajemen perencanaan kota untuk mengendalikan semakin terbatas ruang hijau terbuka, keindahan Danau Toba yang terlihat dari puncak gunung simarbalatuk adalah kawasan pohon pinus dan cemara, pohon-pohon yang banyak tumbuh di kawasan kota Parapat itu mulai terkikis akibat kebakaran dan penggundulan, menimbulkan degradasi alam dan lingkungan yang terus terjadi sekitar kota Parapat, dapat mengurangi nilai keindahan Danau Toba menuju Monaco of Asia, perlu mitigasi struktur fisik maupun non fisik
MITIGASI STRUKTUR
Melakukan pencegahan longsor dengan terstruktur langsung ke zona longsor dengan mengenal karakteristik kondisi eksisting ruang yang membelah kota Parapat.
Mitigasi struktur dapat dilakukan melalui analisa triangulasi untuk mendapatkan rumusan yang tepat mengenai sumber pergerakan tanah dengan kriteria pengembangan kawasan jalan alternatif akibat beban kekuatan tanah yang telah mengalami distabilitas ke wisata Danau Toba melalui kota Parapat dengan memperhitungkan data fisik geologi untuk penentuan jalan alternatif dengan mengurangi kendaraan berat melintasi jalan utama kota Parapat.
Analisa triangulasi meliputi data sebaran zona aman percepatan getaran seismik akibat beban getaran mesin, sebagai data puncak piramid terbalik, data kemampuan perlapisan tanah dan data sebaran air dalam hutan, sebagai data teratas atau data permukaan. Hasil data analisis longsor Parapat akan menjadi masukan untuk membangun tatanan ruang jalur transportasi
Mitigasi struktur yang berhubungan dengan getaran seismik, dengan mengidentifikasi kemampuan kekuatan jalan menerima beban pikul dengan memperkuat pencegah longsoran tebing, mengupayakan beban atas pada lereng atas tanpa ada bangunan, membangun bronjong sepanjang sisi jalan, pengendalian pembangunan infrastruktur berat.
Mitigasi struktur tanah dan air, dengan membuat saluran khusus air, dengan mengidentifikasi sungai yang dikontrol oleh patahan, penting untuk menyesuaikan jenis bangunan yang akan di bangun sehingga air tidak lari untuk mengikis vegetasi yang ada. Hal ini terlihat disisi tebing atas Kota Parapat banyak air terbuang percuma akibat terbatasnya saluran penampungan air dengan memperluas kembali ruang hijau terbuka di sisi tebing Danau Toba hingga ke puncak Gunung Simarbalatuk.
Selain mitigasi struktur, perlu mitigasi non struktur, melalui edukasi langsung ke masyarakat setempat maupun bagi perusahaan logistik untuk menghindari jalur tebing Parapat dengan menggunakan jalan alternatif.
Konsep penataan jalan dan tata ruang kota Parapat harus memadukan kebijakan dan pelaksanaan teknis di lapangan, meningkatkan pengawasan ruang, memperketat aturan perizinan pemanfaatan lahan, bangunan pribadi dan umum, supervisi beban maksimun transportasi logistik, mengendalikan penggunaan pemanfaatan air dan memperbanyak ruang-ruang resapan air sebagai investasi berkelanjutan untuk menjaga kelestarian alam agar dapat pulih untuk menghasilkan keseimbangan alam dan ekonomi masyarakat.
Menjaga sarana transporatsi dan infrastruktur jalan di kota Parapat sangat penting sebagai urat nadi perekonomian, pariwisata dan jasa logistik, Parapat bagian dari investasi terbesar geopark Danau Toba untuk membangun wisata terbesar di Sumatera Utara, pengendalian kerusakan lingkungannya sangat penting untuk di jaga, jalan yang menghubungkan ke kawasan wisata sumatera utara lain akan mendorong peningkatan arus kunjungan turis ke Danau Toba, dan jangan membiarkan kerusakan hutan-hutan di Danau Toba semakin parah.
M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer

No comments:

Post a Comment

Related Posts :