Oct 31, 2019

Sumatera Utara Berbakat Gempa

SUMATERA UTARA BERBAKAT GEMPA
Oleh M. Anwar Siregar
Belum pulih gempa Lombok, dan Gempa Tsunami Palu-Sigi Donggala berpusat disekitar patahan Busur Belakang Florest dan patahan Palu Koro kini terjadi lagi gempa kuat dengan kekuatan mencapai 6,3 Skala Richter di Situ Bondo Jawa Timur, guncangannya sangat kuat mencapai Bali dan semua wilayah di Jawa Timur, lalu berpindah gempa di Pantai Barat Sumatera dengan gempa kecil namun cukup ”menakutkan”, berkekuatan 5,1 Skala Richter di sekitar Sibolga 20/10/18, saat terbuka untuk masuk tsunami tanpa ada ”benteng”, selanjutnya kemana?

Hasil gambar untuk peta gempa sumatera utara berbakat gempa
Gambar : Peta Gempa diwilayah Nias-Mentawai, Sumber Gempa Sumatera Utara
Suatu pertanyaan sangat memusingkan dan menakutkan karena peristiwa gempa di Pantai Barat Sumatera sejak tahun 2000 di Bengkulu hingga puncak tahap 1 di tahun 2004 di Aceh-Nikobar telah mengubah posisi-posisi koordinat pulau-daratan Sumatera yang bergeser hingga 1 meter dengan penurunan dan pengangkatan bisa mencapai 50 cm. Gempa di Pantai Barat sudah harus dijadikan renungan bagi Sumatera Utara bahwa gempa dapat terjadi kapan dan dimana saja untuk dijadikan peningkatan kewaspadaan dini, karena sesungguhnya Sumatera Utara sangat berbakat mengalami gempa.
Tahapan 1 puncak gempa besar, sudah berlangsung dengan titik pusat ada di Aceh 2004, tahapan keduanya selanjutnya akan lebih dahsyat dimulai dengan gempa permulaan yang telah berlangsung sejak gempa Nias tahun 2005, akan memulai memicu gempa-gempa dahsyat di daratan hingga puncaknya ke 25 tahun lagi ke depan. Penyebabnya deformasi bumi disekitar lempengan yang pecah mencapai radius 600 km dan menyambungkan patahan lempengan yang sudah ada menjadi ribuan kilometer menuju ke daratan Benua Asia oleh kompleksitas anomali relaksasi pergerakan lempengan semakin tidak beraturan, dapat memicu zona-zona subduksi terdekat di Semenanjung Asia.
Dalam tahapan ke dua, Sumatera Utara akan menghadapi ancaman gempa megathtrus kedua mungkin diwakili megathrust Mentawai, selain itu Sumatera Utara sendiri mampu menghasilkan bakat berskala kekuatan yang sangat besar, yang diwakili gempa besar Nias, gempa Muara Sipongi-Madina, gempa di wilayah Tapsel, gempa di wilayah Tarutung, gempa di wilayah Karo, gempa di wilayah Dairi-Humbahas maupun gempa di wilayah Langkat. Adalah semua wilayah yang memiliki potensi bakat gempa yang harus diwaspadai, karena Sumatera Utara memang daerah “penghasil lahirnya gempa” disebabkan kondisi tatanan geologinya yang rumit dan kompleks.
PERGESERAN LEMPENGAN
Akibat kompleksitas dari perubahan relaksasi gempa bumi itu menyebabkan terjadinya anomali pergerakan setiap lempeng, sehingga selama pergerakan itu, maka dinamika kerak bumi Sumatera Utara berdenyut kuat, untuk memasuki daerah yang lebih rapuh dengan cara menekan atau bergerak, gerakannya dapat disertai ada penerobosan material baru dalam bumi. Bangunan yang berada diatasnya ikut bergeser oleh tekanan dan regangan, berakhir pada kehancuran bangunan.
Wilayah barat Sumatera Utara sering terjadi gempa karena posisinya di sepanjang jalur tumbukan dua lempeng bumi, di mana lempeng (Samudra) Hindia bergerak menunjam ke bawah lempeng (benua) Sumatera Utara. bagian barat Sumatera Utara dan busur kepulauan di bagian baratnya adalah bagian dari Lempeng Eurasia. Sedangkan lempeng lainnya berada di bawah Lautan Hindia. Batas tumbukan dua lempeng ini dapat diamati berupa jalur palung laut dalam di sebelah Barat Sumatera sampai ke Kep. Andaman. Lempeng Hindia menunjam di bawah Pulau Sumatera dengan kecepatan 50−60 cm/tahun dan kemiringan dari zona penunjamannya sekitar 12° (Sumber Natawidjaja, 2003; Prawirodirdjo, 2000).
Hasil gambar untuk peta gempa patahan semangko
Gambar 2 : Peta Pergeseran lempengan di daratan Pulau Sumatera yang mengancam Prov Sumatera Utara (Sumber. Geologi.co.id)
Akibat dorongan terus menerus dari Lempeng Hindia menyebabkan Sumatera Utara  memiliki banyak potensi bakat gempa dan bencana alam, dampak akumulasi energi-potensial regangan pada bidang kontak yang merekat erat mengalami pengkerutan. Bidang kontak zona subduksi dangkal ini biasa disebut sebagai “megathrust” (= mega-patahan naik yang berkemiringan landai). Inilah yang menjadi sumber gempabumi di lepas pantai barat Sumatra Utara, sehingga Nias menjadi “pemain gempa berbakat besar” untuk mengorkestrasi gempa di daratan Sumatera Utara.
Kondisi anomali gempa ini dapat membahayakan kehidupan masyarakat di Sumatera Utara yang harus diperhitungkan pada masa 15 tahun ke depan. Pergeseran terekam dari gambar-gambar satelit yang menunjukkan, bahwa telah terjadi pergeseran lempengan-lempengan bumi di dasar laut di bagian utara Sumatera dan bergerak ke arah Kepulauan Nikobar dan Pulau Simeulue dengan jarak yang belum diketahui telah menggeser lempengan tektonik di dasar Samudera Hindia mencapai 30 meter atau 98 kaki. Perubahan yang cukup besar ini bisa menggeser posisi pulau-pulau di dekat Pulau Sumatera Utara yang menunjukkan bahwa lempengan-lempengan lebih dari 20 kilometer di bawah dasar samudera telah bergeser kuat.
Lempeng samudra ini menabrak Sumatera Utara agak miring, sama halnya dengan zona subduksi. Patahan Besar Pulau Sumatera menahan tekanan lempeng dari hari ke hari sampai melampaui kekuatan batuan yang merekatkan bumi di barat dan timur jalur patahan ini. Pada saat itulah terjadi gempa besar dimana akumulasi tekanan akan dilepaskan tiba-tiba menyebabkan bumi di bagian barat bergerak tiba-tiba ke arah utara dimana posisi Provinsi Sumatera Utara berada atau yang di bagian timur bergerak ke arah selatan Lampung. Begitulah tentang kenapa di Sumatera Utara banyak gempa terjadi tidak hanya di bawah lautan tapi juga di sepanjang daratan Bukit Barisan.
BAKAT GEMPA SUMUT
Sumatera Utara dilalui tiga segmen patahan daratan yakni Patahan Renun sepanjang 220 km, Patahan Toru sepanjang 90 km, dan Patahan Angkola sepanjang 160 km atau total sepanjang 475 km, ketiga patahan ini membelah dan mencacah-cacah bentangalam geologi Sumatera Utara sehingga banyak ditemukan lembah-lembah tektonik dan graben-graben disertai juga depresi vulkano-tektonik yang dapat menghasilkan kekuatan gempa di daratan yang sangat dahsyat dengan jangkauan perambatan energi seismik dalam ratusan kilometer.
Patahan Renun berada di wilayah Aceh Tenggara, Dairi, Tapanuli Utara dan daerah pemekarannya, melintasi sebagian wilayah Tanah Karo. Patahan Renun memiliki kelanjutan pasangan yang terpotong diwilayah Langkat, Karo, Humbahas, hingga ke Tapanuli Tengah. Patahan Toru melintasi wilayah Tapanuli Selatan, Paluta, Palas, Padangsidimpuan. Patahan Angkola membelah wilayah Tapanuli Selatan, dan sebagian Mandailing Natal, adalah lokasi sumber bakat atau potensi yang menghasilkan sumber kerusakan akibat gempa bagi tata ruang kota di Sumatera Utara.
Pemerintah Sumatera Utara sudah harus memperhitungkan akumulasi beberapa ruas patahan yang saat ini dalam kondisi kritis dibeberapa wilayah di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Karo, Langkat dan Mandailing Natal. Kekuatan gempa yang tercatat di daratan Sumatera Utara mencapai 7,2 Skala Richter dan rata-rata 6,2 SR. Daerah kritis gempa yaitu Tapsel-Tapteng (1936), Karo (1921), Taput (1987), Madina 1892, Humbahas-Tobasa 1941, sedang di Lautan terdapat megathrus Nias (2005).
SIAPKAH SUMUT?
Pertanyaan Apakah Sumatera Utara telah mempersiapkan standar konstruksi bangunan dan tata ruang kota/wilayah berketahanan bencana gempa-tsunami? dan ditambahkan apakah Sumut siap menghadapi kegempaan besar yang berlangsung didaratan terutama di patahan lokal yang ada di Propinsi Sumatera Utara? Belum siap dan tidak ada satupun kota di Sumut berstandar tata ruang building code dan zoning regulation map system, dan akan selalu ada korban dalam jumlah besar dan tingkat kerugian yang cukup tinggi dan kerusakan infrastruktur yang menguras biaya pembangunan kembali sangat besar sehingga menyebabkan pemerintah pusat harus menguras cadangan devisa negara dan angka kemiskinan dan pengangguran semakin bertambah banyak.
Bagaimana masyarakat Sumatera Utara mengantisispasi berbagai bencana yang datang bertubi-tubi itu bila pelajaran gempa yang lalu belum juga direfleksikan sebagai pedoman untuk selaras hidup bersama alam? Masyarakat di Sumatera Utara seharusnya mempersiapkan diri daripada menerima isu-isu ramalan akan ada gempa besar melalui gosip sms atau selebaran yang menyesatkan tanpa ada relevansinya. Pihak Pemda yang ada di Propinsi Sumatera Utara seharusnya mempersiapkan alokasi dana APBN untuk sosialisasi dan simulasi pelatihan penyelamatan bencana geologi gempa pada daerah rawan bencana agar masyarakat siap dan efek pembelajaran disiplin yang terus menerus dan bukan saja seminar-seminar yang dilakukan dan belajarlah dari bencana Palu-Donggala, karena sumut termasuk daerah ideal tsunami di Indonesia.
M. Anwar Siregar
Geolog, ANS Pemprov Sumatera Utara

No comments:

Post a Comment

Related Posts :