Postingan

Menampilkan postingan dengan label MItigasi Lingkungan

Mitigasi Lingkungan : Kearifan lokal tsunami

Gambar
KEARIFAN LOKAL TSUNAMI SEMAKIN MEMUDAR Oleh :. Anwar Siregar Adalah sangat penting menggali kembali kearifan lokal lingkungan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk upaya mitigasi bencana lingkungan di era sekarang, mengingat banyak generasi mulai melupakan kearifan lokal untuk mengantisipasi bencana alam tsunami dalam menghancurkan lingkungan hidup. Pengalaman sejarah terjadinya gempa yang berkali-kali di Nias, Aceh Simeulue, Mentawai dan kawasan Timur Indonesia telah membentuk prilaku masyarakat sejak zaman dahulu untuk cenderung mempertahankan diri terhadap dampak yang diakibatkan bencana itu sendiri. Sebagai contoh, konstruksi rumah adat yang anti gempa dan membangun perkampungan di dataran tinggi atau daerah pegunungan. SEMAKIN MEMUDAR Namun seiring dengan perkembangan peradaban dan pergeseran nilai-nilai budaya, generasi sekarang terkesan justru melupakan kearifan lokal yang pernah dimiliki oleh generasi pendahulunya. Perlu upaya terpa...

Menjaga Udara Sumatera Utara Berbasis Land Diversity

Gambar
  MENJAGA UDARA SUMATERA UTARA BERBASIS LAND DIVERSITY Oleh : M. Anwar Siregar Udara kotor dampak dari emisi polutan sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia dan regional, pelaku bisnis dan perdagangan serta pemerintah itu sendiri. Upaya konkret menghadapi isu perubahan iklim global lebih hanya ke acara seremonial dan banyak debat kusir, kebijakan untuk menekan kebakaran hanya dilakukan jika ada bencana kabut asap. Bukti itu, dapat dilihat pada kejadian bencana kabut asap dan berton-ton sampah beracun jika dikumpulkan akan membentuk gunung laut raksasa di udara Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Pembangunan lingkungan berbasis geodiversity perlu disosialisasikan kepada segenap masyarakat mengingat tatanan geologi dan lingkungan bumi Indonesia memiliki banyak keindahan, keunikan baik yang tampak di permukaan bumi maupun tidak tampak di bawah permukaan bumi atau terselimuti air laut yang hanya dapat diketahui dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi canggih. Sumater...

Udara Bumi Berbasis Geodiversity

  BERSIH UDARA BUMI BERBASIS GEODIVERSITY Oleh : M. Anwar Siregar Udara kotor sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia dan regional, pelaku bisnis dan perdagangan serta pemerintah itu sendiri. Upaya konkret menghadapi isu perubahan iklim global lebih hanya ke acara seremonial dan banyak debat kusir, kebijakan untuk menekan kebakaran hanya dilakukan jika ada bencana kabut asap. Bukti itu, dapat dilihat pada kejadian bencana kabut asap dan berton-ton sampah beracun jika dikumpulkan akan membentuk gunung laut raksasa.

Harmonisasi Huta, Cegah Banjir-Karhutla

Gambar
HARMONISASI RTRW HUTAN, CEGAH BANJIR- KARHUTLA Oleh M. Anwar Siregar Banjir bandang dan disertai longsoran yang terjadi  dibeberapa kota di Indonesia, seperti yang terlihat di Solok, lalu Bandung disusul lagi Sigi dan  Sentani Jayapura  terus berlanjut ke beberapa wilayah lain di Indonesia  merupakan dampak dari berubahnya tata ruang wilayah dan berbagai alih fungsi keguanaan lahan yang menyebabkan kembali tanah Papua , Sulawasi dan Sumatera dan Jawa  mengalami musibah banjir dan longsor. Sebelumnya bencana banjir dan longsor melanda  pernah melanda kota-kota tersebut banjir Sentani- Papua pada kejadian bencana banjir-longsor Wasior , begitu juga banjir-longsor di Kab. Bandung dan Solok . Kedua bencana ini  ter dampak bukan disebabkan oleh curah hujan  yang tinggi  melainkan juga oleh eskalasi kerusakan hutan yang sangat tinggi.

(Masih Musim Hujan) Kompleksitas Banjir Medan Metropolitan

Gambar
KOMPLEKSITAS BANJIR  MEDAN METROPOLITAN Oleh M. Anwar Siregar   Bukti ilmiah mengindikasi bahwa aktivitas manusia menurunkan sistim daya dukung fundemental lingkungan di  Medan Metropolitan sekitarnya , kerusakan yang terjadi bukan saja di biosfer atau daratan bumi tetapi juga telah melewati atmosfer dan hidrosfer. Kerusakan ini telah menimbulkan kompleksitas bencana banjir dan longsor dalam suatu tata ruang lingkungan di kota-kota yang ada di  Sumatera Utara  termasuk juga imbasnya ke  Medan  dengan banjir lagi bersama kota Binjai dan Langkat.

Tata Ruang Bencana Revolusi 4.0

Gambar
TATA RUANG BENCANA DI ERA REVOLUSI 4.0 Oleh : M. Anwar Siregar Jika dihubungkan dengan disruptive technology, bahwa tata ruang mitigasi menjadi garis terdepan dalam penggunaannya di era digital, kota-kota di Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi mitigasi, tata ruang mitigasi harus mampu merespon kebutuhan rasa aman masyarakat saat ini dengan pembelajaran secara on line berbasis mitigasi digital agar cepat beradaptasi untuk menjaga dan menguatkan kepasitas karakteristik mitigasi masyarakat kota dan desa. Riset dan teknologi di era revolusi industri 4.0 bagi tata ruang harus mampu mengantisipasi perubahan fisik tatanan ruang kota dengan menguasai perangkat digital untuk mengamankan tata ruang Desa Kota, menjaga strategis kebijakan dari berbagai aspek dan sumber daya yang ada dalam kota melalui pengembangan IPTEK dalam revolusi industri 4.0

CFD dan CFA, Pengendali Emisi Kota Medan

Gambar
CFC DAN CFA, PENGENDALI EMISI KOTA MEDAN Oleh : M. Anwar Siregar Kita sudah mengetahui kondisi udara di Kota Medan, dan tidak mengherankan kenapa kota Medan tidak mendapat piala Adipura Kencana bagi Kategori Kota Metropolitan, dan parahnya bisa di sebut begitu karena Medan di masukan sebagai yang terbaik dalam peringkat pertama kota metropolitan terkotor di Indonesia, tidak tahu bagaimana reaksi para pemimpin kota Medan dan warga Medan mungkin ada yang tidak peduli atau peduli, termasuk saya yang prihatin melihat kota terbesar ke tiga di Indonesia, semakin ketinggalan dari kota-kota yang ada di Sumatera dan Sulawesi, dibutuhkan kemauan bersama untuk membangun visi dan misi untuk menciptakan kota Medan, kota sehat dan jauh dari kesan kotor serta tercemar berikut berkurangnya kawasan-kawasan kumuh dan kawasan-kawasan “pengumpul” emisi di berbagai sudut di Kota Medan.

Karbon Sink dan Dilema Emisi Karhutla

Gambar
KARBON SINK DAN DILEMA EMISI  KARHUTLA Oleh : M. Anwar Siregar Membuat suatu wilayah atau kota yang bebas dari bencana alam adalah sesuatu yang tidak mungkin karena bencana alam berkaitan dengan proses alam yang tidak bisa dihindari. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam melalui upaya mitigasi, diantaranya adalah penyediaan sistem peringatan dini dan penataan ruang wilayah/kota yang berbasis pada informasi kerentanan geologis dan pemetaan seismotektonik dan berbasis ekologi hijau serta kerentanan terhadap bencana alam berwawasan lingkungan , wajib dikaji bagi Ibukota Baru Indonesia dengan m itigasi bencana  menjadi faktor utama  yang harus diterapkan di lokasi rawan gempa, tsunami, banjir dan longsor  terutama bencana karhutla yang melanda Kalimantan sepanjang tahun.

Investasi Hijau di Bumi Sumatera Utara

Gambar
Investasi Hijau di Bumi Sumatera Utara (Analisa/ferdy)  PEMUKIMAN PADAT:   Sebuah foto udara memperlihatkan pemukiman padat penduduk di pinggiran Sungai Deli, Keluarahan Aur, Medan Maimun, Medan. Menurut data BPS pada Agustus 2018, jumlah penduduk kota terbesar ketiga di Indonesia ini mencapai 2.247.425 jiwa dengan pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan pembangunan tempat tinggal hingga mengabaikan fasilitas Ruang Terbuka Hijau. Oleh: M. Anwar Siregar Isu perubahan iklim global di Sumatera Utara (Su­mut) bukan lagi sebatas re­torika. Karena itu perlu suatu tindakan nyata untuk meng­atasi perubahan iklim ekstrim dengan berbagai upaya pena­ta­an lingkungan. Tindakan penghematan bagi pemanfa­atan sumber daya mineral di Sumut juga perlu dilakukan. Dengan demikian diharap ada keber­lan­jutan, ter­utama intensif pemanfaatan dan pe­ngelolaan sumber daya hutan yang ber­kelanjutan dengan manajemen ekonomi hijau dan energi alternatif. Investa­si bumi di Sumut dalam...

Tata Ruang Gempa Sumut Bermartabat

Gambar
TATA RUANG GEMPA SUMUT BERMARTABAT Oleh : M. ANWAR SIREGAR Bencana kemanusiaan terulang lagi, bencana gempa tsunamis belum diimplementasikan dalam bentuk tata ruang gempa yang bermartabat, tata ruang yang menghargai nyawa manusia, dan adakah tata ruang yang bermartabat yang menghargai nyawa-nyawa manusia dan menjauhkan dari ancaman bencana, minimalnya untuk mengurangi jumlah korban bencana? Memang kita ketahui bahwa belum ada satupun negara di dunia ini termasuk Jepang dan Amerika Serikat yang dianggap paling maju teknologinya belum mampu memprediksi terjadinya gempa secara tepat, namun korban bencana bisa diupayakan dalam bentuk pengurangan resiko bencana berbasis tata ruang gempa yang bermartabat, yaitu tata ruang yang menghargai daya dukung lingkungan dilengkapi seperangkat teknologi pendeteksi dini selain mengupayakan masyarakat hidup berbudaya mitigasi yaitu membiasakan diri untuk selalu membaca peta ancaman dan mengikuti aturan zonasi tata ruang yang telah dimplementasi da...

Bank Sampah, Energi Untuk Kota Terkotor

Gambar
BANK SAMPAH ENERGI UNTUK KOTA TERKOTOR Oleh M. ANWAR SIREGAR Bank sampah energi merupakan wacana bagi dari ketahanan energi   dan merupakan bagian dari program untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang perlu disosialisasikan dalam upaya untuk mencegah kerusakan lingkungan. Gambar : Sampah Plastik : Mentor Armawati Chaniago memberikan tutorial pemanfaatan sampah dari botol minuman plastik untuk dijadikan hiasan rumah tangga kepada para pengunjung Pekan Lingkungan Hidup 2019 di Medan (jumat 6/9), Indonesia sebagai penghasil sampah plastih terbesar kedua di dunia sudah saatnya mengurangi penggunaan plastik dan memanfaatkan bank sampah terdekat ( Analisa/ferdy) Bank sampah dari bahan yang dapat di daur ulang untuk pembuatan sumber-sumber energi dari sampah yang dipilah-pilah. Yang dapat dimanfaatkan seperti layaknya dalam membangun ketahanan pangan. Dibeberapa daerah di Jawa telah menjadikan bahan sampah untuk dijadikan daur ulang pembuatan bahan baku energi, tumpukan samp...

UU Lingkungan Asap masih Tumpul

Gambar
UU LINGKUNGAN “ASAP” MASIH TUMPUL Oleh M. Anwar Siregar Benarkah UU Lingkungan yang mencegah kebakaran hutan dan lahan telah membumi di Indonesia?  Jika melihat tata lahan di perkotaan yang saat ini semakin terbatas dengan pola tata bangunan berbentuk vertikal, maka bayangkanlah hal ini karena merupakan salah satu faktor yang mendorong laju kerusakan lingkungan semakin dahsyat dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, begitu juga tingkat hunian yang tinggi, mengakibatkan menurunnya kualitas struktur hunian, proses erosi yang semakin melebar, tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan semakin menyempit. Gambar : Asap yang mengerumuni langit Riau dan Asia Tenggara, korban hancurnya hutan Indonesia (Sumber gambar : Analisa Medan) Ujungnya adalah penataan ruang menjadi horizontal, melebar dengan mencaplok kawasan ekologi hijau melalui pembakaran hutan dan perusakan DAS (Daerah Aliran Sungai) di Hulu dan hilangnya kawasan daerah tangkapan air dan maka akan te...

Kereta Cepat di Zona Gempa

PERLUKAH KERETA CEPAT DI ZONA GEMPA Oleh M. Anwar Siregar Setelah tsunami Palu dan Selat Sunda apakah pemerintah tetap melanjutkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sedangkan Negara ini masih "belum kuat" dalam penanggulangan mitigasi tsunami. Dulu di era mantan Presiden SBY, mencetuskan pembangunan Jembatan Selat Sunda    (JSS) dengan dana mencapai 100 triliun dan menuai berbagai kritikan tajam, dianggap tidak sesuai dengan kondisi keadaan ekonomi sosial masyarakat Indonesia termasuk di era saat ini, lalu era Pemerintahan Jokowi-JK kenapa kereta cepat Jakarta-Bandung itu bisa cepat groundbreaking? Bukankah dana pembangunan yang digunakan itu termasuk besar yaitu lebih 70 triliun dengan gadaian BUMN jika gagal?

Medan (bukan) Kota Berbasis Hijau

Gambar
Medan (Bukan) Kota Berbasis Hijau Ilustrasi Oleh: M. Anwar Siregar Kota Surabaya sebagai salah satu pemenang Indonesian Region Award (IRA) 2011, dapat dijadikan contoh bagi kota Medan, bagaimana lingkungan yang hijau dibentuk melalui kegiatan dengan program berbasis komunitas/masyarakat. Selain meningkatkan sendiri luas RTHnya melalui pemba­ngunan/revitalisasi taman-taman kota. Pemerintah Kota Surabaya juga sadar bahwa peningkatan kualitas ling­kungan akan lebih mudah apabila memudahkan melibatkan peran serta masya­rakat. Program seperti “urban farming”, “Sura­baya green and clean”, “Surabaya ber­warna bunga” dan mengingatkan kembali implementasi 3R (rense, redue, recyle) dalam pengolahan sampah, dilakukan dalam rangka membentuk kota hijau yang sehat.

Mengimpikan Medan Kota Taman Raya

MENGIMPIKAN MEDAN KOTA TAMAN RAYA Oleh : M. Anwar Siregar Tantangan yang paling berat yang dihadapi kota Medan dalam menghadapi ancaman perubahan iklim global adalah mental perencanaan pembangunan dalam menegakkan aturan undang-undang atau peraturan daerah yang merusak lingkungan lalu menyebabkan terjadinya bencana pemanasan global dan perubahan iklim. Bencana yang sering terjadi di era sekarang, wujud dari cermin buruknya tata kelola ruang terbuka hijau, buruknya tata kelola ruang, buruknya tata ruang publik, buruknya sinergis antar elemen, menimbulkan banyak masalah di era sekarang. Sebuah gambaran susahnya kota Medan menjadi kota yang sejuk, indah dan bermartabat, sebuah impian yang sangat di dambakan warga kota dimanapun di dunia. Kota yang menghargai semua elemen, bisakah Kota Medan menjadi kota impian yang indah dan menyejukkan udaranya bagi semua? Kota yang sehat dengan sejuta taman rayanya?

Medan (Belum) Memiliki Peta Mitigasi Investasi

MEDAN (BELUM) MEMILIKI PETA MITIGASI INVESTASI (2) Oleh M. Anwar Siregar PETA INVESTASI GEMPA Selain peta mitigasi investasi dari bahaya erupsi gunungapi, pemerintah Kota Medan maupun kota lain di Sumatera Utara perlu juga menyusun peta sejarah gempa yaitu peta Mitigasi Investasi Rawan Gempa Bumi, dengan mengindentifikasi wilayah-wilayah yang rawan gempa merusak yang permah berlangsung di wilayah kota Medan dan sekitarnya. Menyusun peta mitigasi lintasan sesar aktif yang mengeliling wilayah Kota Medan dari wilayah Deli Serdang dan Tanah Karo. Peta mitigasi investasi gempa ini sangat penting, dalam mengetahui tingkat percepatan seismik batuan yang menyusun dasar tata ruang kota Medan ke permukaan bangunan dan infrastruktur jalan dan bendungan sungai. Lintasan sesar-sesar yang tertimbun di bawah tanah Medan yang berbatas dengan kota Deli Serdang dan Karo sudah harus diperhitungkan dimensi panjangnya dan kekuatan gempa yang pernah terjadi atau akan terjadi, lalu disusun rencana ...

Medan (Belum) Memiliki Peta Mitigasi Investasi

MEDAN (BELUM) MEMILIKI PETA MITIGASI INVESTASI Oleh M. Anwar Siregar Belajar dari kejadian bencana Kota Palu dan Donggala, Medan dipastikan tidak atau belum memiliki peta memperkirakan dampak bencana, peta-peta kerentanan geologis tinggi, belum memiliki target mitigasi, dan sesungguhnya Kota Medan adalah daerah yang paling rawan di Indonesia bersama Jakarta dan Bandung karena berada dalam zona ancaman bencana maut strategis dengan kepadatan penduduk yang sangat besar.

Hantu Karhutla Datang Lagi

Gambar
Hantu Karhutla Datang Lagi Oleh: M. Anwar Siregar.  Belum sebulan gempa Lombok berlalu, bayang-bayang kabut asap kini mulai menampakan diri. Pelan tapi pasti, dia ibarat hantu. Da­tang tidak kentara dan men­jelma bertahap-tahap menja­di hitam menyeramkan di siang bolong. Apalagi jika sudah masuk sore atau ma­lam, suasana bumi pertiwi di angkasa raya semakin seram. Kenapa titik panas (hot spot) mulai ber­munculan? Kenapa bisa terjadi? Bukan­kah pemerintah sudah ber­janji tidak akan berulang ka­but asap lagi?

Medan Belum Aman Banjir

MEDAN BELUM AMAM DAMPAK BANJIR Oleh : M. Anwar Siregar ”waduhhh, banjir lagi!!!” teriak seorang warga pengendara motor yang melintas simpang limun menuju ke simpang marindal dengan tujuan ke Deli Tua, kebetulan banjir juga, akibat guyuran air hujan yang jatuh ke bumi kota Tim Ayam Kinantan, yang baru saja memberi prestasi yang didambakan selama ini, kembali lagi bersaing di kelas elite. Namun prestasi sepakbola tidak dibarengi oleh kemampuan perencanaan pembangunan infrastruktur pengendali banjir. Tidak mengherankan teriakan warga Medan itu sangat kesal, karena memang Medan lagi gencar melakukan pembenahan drainage hampir terlihat di sudut   kota Medan namun masih menghasilkan ”sungai Deli Kecil”. Bagaimana kalau sebesar Sungai Deli yang sebenarnya? Bayangkanlah.

Bencana Banjir akibat Manusia 2

Gambar
  BENCANA BANJIR, SEBAB AKIBAT MANUSIA (2) Oleh M. Anwar Siregar SEBAB AKIBAT Sebab akibat manusia dalam sembarangan merusak lingkungan itu jauh sebelum era modern melalui perluasan emperium kekuasaan dengan membangun benteng pertahanan di era teknologi modern ini, maka efek global sudah terasa sangat nyata di era sekarang terutama di wilayah Indonesia. Gambar : Dampak Banjir Bandang, akibat aktivitas manusia (Dokumen Foto Penulis) Faktor sebab yang berakibat bagi manusia dari hasil perbuatan manusia adalah terjadinya faktor perubahan sistim ketidakteraturan hujan atau hujan salah musim, maka banjir yang sering terjadi di Madina, Langkat, dan Sibolga, Manado, Bandung dan kota lainnya ketika terjadi curah hujan tinggi, melanda wilayah tersebut mengakibatkan terjadi longsor, longsor dampak alih fungsi lahan, sedangkan hujan tinggi tidak teratur dampak perubahan di hulu. alih fungsi lingkungan hutan di hulu pegunungan atau tata ruang tidak lagi seimbang, tidak terk...