Jun 2, 2020

Tata Ruang Bencana Revolusi 4.0

TATA RUANG BENCANA DI ERA REVOLUSI 4.0
Oleh : M. Anwar Siregar
Jika dihubungkan dengan disruptive technology, bahwa tata ruang mitigasi menjadi garis terdepan dalam penggunaannya di era digital, kota-kota di Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi mitigasi, tata ruang mitigasi harus mampu merespon kebutuhan rasa aman masyarakat saat ini dengan pembelajaran secara on line berbasis mitigasi digital agar cepat beradaptasi untuk menjaga dan menguatkan kepasitas karakteristik mitigasi masyarakat kota dan desa.
Riset dan teknologi di era revolusi industri 4.0 bagi tata ruang harus mampu mengantisipasi perubahan fisik tatanan ruang kota dengan menguasai perangkat digital untuk mengamankan tata ruang Desa Kota, menjaga strategis kebijakan dari berbagai aspek dan sumber daya yang ada dalam kota melalui pengembangan IPTEK dalam revolusi industri 4.0

Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam membangun tata ruang yang berbasis teknologi revolusi industri 4.0 yaitu untuk memperkuat daya tahan tata ruang terhadap ancaman bencana di era sekarang antara lain pertama, peningkatan sistem peralatan mitigasi yang lebih komprehensif dalam hal kemampuan penguasaan data informasi teknologi (tentang daerah rawan dan RTRW detail yang berbasis informasi teknologi digital), pengoperasian teknologi (pengawasan dan pelaksanaan operasi peralatan teknologi) yang disebabkan oleh internet of things dan Big Data Analitic bagi kawasan lokal dan kepentingan global dan harus terintegrasi multidisiplin.
Kedua, rekonstruksi kebijakan tata ruang yang beradaptif dan responsif bagi perkembangan fisik kota dalam memanfaatkan teknologi revolusi industri 4.0, bertujuan untuk menekan gangguan tata ruang lingkungan dampak perkembangan liar kawasan kumuh dan mengurangi intensitas kerusakan lahan di daerah terpencil.
Ketiga, peningkatan sumber daya manusia dari ANS dan SDM masyarakat untuk menguasai revolusi industri 4.0 guna menghadapi tantangan perubahan iklim global serta peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur peralatan integrasi berbasis industri 4.0 dalam suatu tata ruang kota serta melakukan riset kebumian untuk menopang kualitas SDM dalam penanganan kedaruratan bencana maupun peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Keempat, dalam membangun tata ruang berbasis digital disruptive 4.0 atau revolusi industri 4.0 perlu peningkatan teknologi riset untuk mendukung kapasitas daya dukung ekosistem atau ruang agar ditemukan keselarasan keseimbangan investasi ruang dimasa mendatang dalam menghadapi ketidakpastian bencana.
Kelima, era globalisasi perlu terobosan, inovasi tata fisik bangunan dalam memperkuat tata ruang kota, inovasi diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan kota lebih lanjut.
Dengan terdapatnya 30 persen daerah terdampak bahaya tsunami, 29 persen penduduk tinggal di daerah rawan banjir-longsor, dan terdapat 40 persen penduduk tinggal dikawasan rawan gempa bumi dan gunungapi perlu peningkatan teknologi informasi untuk mengamankan masyarakat dari ancaman bahaya.
TANTANGAN TATA RUANG
Tantangan tata ruang kota di Indonesia ke depan adalah bagaimana para pengambil kebijakan terutama pemerintah kota agar mampu menciptakan tata ruang yang bisa mengangkat martabat hidup mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana melalui perkembangan teknologi dengan mempertimbangkan aspek demografi penduduk yang banyak tinggal didaerah bencana dan mayoritas pendidikan masih rendah.
Tantangan bagi kota di Indonesia dalam menciptakan tata ruang yang aman bagi masyarakat adalah menekan ancaman kerusakan sumber daya alam dan sumber daya ruang akibat gesekan kepentingan ekonomi dan keberlajutan ekologi lingkungan karena mengingat kondisi sangat ini lebih berlandaskan pembangunan agregat ekonomi, rentan akses perubahan fisik lingkungan, terjadi resiko konflik horizontal, jumlah penduduk berkesempatan mendapatkan hunian yang aman semakin sedikit akibat rendahnya pendidikan dalam penguasaan teknologi revolusi 4.0.
Tantangan bagi tata ruang kota selanjutnya adalah bagaimana menekan tata ruang kumuh di daerah bencana dengan memanfaatkan teknologi pemindaian yang semakin canggih dalam teknologi revolusi 4.0 untuk menekan margin kerusakan lingkungan melalui era digital satelit untuk melakukan pengawasan inventarisasi dan tata ruang yang sudah disepakati bersama dan telah diatur dalam undang-undang.
Tantangan tata ruang kota berikutnya dimasa mendatang adalah bagaimana cara mengantisipasi, mengorganisasi teknologi untuk menyelesaikan masalah paling mendasar dalam suatu tata ruang antara lain ketersediaan air bersih di daerah sulit air bersih, fasilitasi sanitasi, kebutuhan pangan dan sandang atau ketahanan pangan abadi.
Tantangan terbesar dalam tata ruang kota saat ini adalah bagaimana menekan kesenjangan antara masyarakat miskin dan kaya dalam mendapatkan tata ruang kota sebagai tempat layak hunian agar tidak bermunculan tata ruang kumuh dan tantangan menekan mentalitas dalam melakukan pengawasan tata ruang melalui teknologi era revolusi 4.0 saat ini.
Dengan revolusi industri keempat, maka ada otomatisasi digital pengawasan tata ruang yang seharusnya memberikan informasi yang real time, akses data sudah terintegrasi secara visual pada kawasan tertentu, data untuk kepentingan bagi masyarakat dalam  mengetahui secara transparan kawasan tertentu, visualisasi tata ruang sangat penting untuk diketahui masyarakat dan pelaku bisnis di era kemajuan internet untuk memberikan informasi secara real time, informasi tata ruang perlu di akses masyarakat untuk kebutuhan dasar bagi keberlanjutan investasi tata ruang lingkungan hijau.
Riset dan teknologi di era teknologi 4.0 harus mampu memberikan informasi daerah yang terdampak bencana secara cepat dan real time dan untuk itu perlu tata ruang yang sudah dirancang berbasis digital teknologi 4.0 dengan basis data informasi teknologi.
TANTANGAN INVESTASI
Saat ini, kondisi beberapa tata ruang kota di Indonesia di era revolusi industri 4.0 banyak mengalami perubahan ekologi lingkungan semakin parah dengan bermunculan berbagai bencana alam seperti bencana banjir dan longsor model “sistem arisan” yang melanda berbagai kawasan kota di Indonesia. Terlihat kemampuan daya dukung lingkungan fisik kota yang mengalami bencana banjir dan longsor di sebabkan oleh perubahan peruntukkan lahan yang tidak sesuai, dan diiringi laju peningkatan jumlah penduduk di suatu kawasan tertentu dengan pola perencanaan tata ruang kota tidak berbasis informasi kerentanan geologis dan hidrometerologi sehingga membuat kota yang tumbuh dengan demografi rendah berubah menjadi kawasan kota penampungan (kota bagi pendatang), itu terlihat dari beberapa kota kecil yang berkembang di Indonesia mengalami pengurangan tata ruang hijau.
Gambar : Penataan ruang untuk industri, salah satu upaya dalam revolusi industri untuk mengurangi bencana alam udara, mengendalikan kerusakan lingkungan hijau, butuh penataan ruang yang terintegrasi digital (gambar dari berbagai sumber)
Pembangunan kawasan kota kompak dan tidak terintegrasi antar kawasan perbatasan kota, sehingga mengabaikan investasi tata ruang hijau, dan merupakan tantangan investasi bagi keberlanjutan lingkungan di masa sekarang.  Tantangan investasi hijau bagi kota di era revolusi industri generasi 4.0 adalah bagaimana mempertahankan sumber-sumber daya kota yang semakin tergerus akibat perkembangan fisik dengan dampak akibat terbatasnya pengawasan dan pengendalian sehingga kota kadang “seperti manusia yang limbung”, kurang gizi, bisa tumbuh berkembang namun tidak terkendali, serakah dan egoisme sektoral dalam berebut potensi yang ada.
Tantangan investasi tata ruang hijau adalah salah satu faktor yang harus diperhitungkan dengan memperhitungkan kemampuan teknologi revolusi 4.0 untuk membantu menekan laju kerusakan lingkungan. Sudah terlihat jelas kerusakan lingkungan di berbagai kota di Indonesia, masih ada waktu berkorelasi membangun tata ruang humanis yang lebih baik.
M. Anwar Siregar
Enviroment Geologist, Kerja di Lingkungan Pemprov Sumatera Utara

No comments:

Post a Comment

Related Posts :