Tampilkan postingan dengan label Sainstek Society. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sainstek Society. Tampilkan semua postingan

1 Agu 2018

Tantangan SDM Indonesia

TANTANGAN SDM MENGELOLA SDA INDONESIA
Oleh M. ANWAR SIREGAR
(MEDAN BISNIS, 30 APRIL 2018
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia adalah bagaimana menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan disatu sisi dan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan disisi lain (Fauzi, 2004) dan Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas.
Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan permasalahan pembangunan di kemudian hari. Dan ini merupakan tantangan SDM (sumber daya manusia) Indonesia untuk memperhatikan persoalan ini apalagi saat ini memasuki era MEA dan reviolusi indistri 4.0 yang semakin mengglobal.
Indonesia tidak boleh bergantung pada sumber daya manusia negara asing dalam mengelola sumber daya alam Indonesia, dan untuk itu perlu penguasaan IPTEK dalam revolusi Industri 4.0 yang berbasis reobotik dan internet super cepat, dengan IPTEK revolusi 4.0 Indonesia harus dapat mengelola SDA dan bagi daerah di Indonesia yang memiliki sumber daya terbatas wajib memiliki pendidikan berbasis vokansi lokal agar Indonesia bisa menjadi negara maju dalam mengembangkan potensi SDA yang terbatas maupun berlimpah. Dan diperlukan sumber daya manusia berlatar belakang keinsiyuran teknik untuk mengembang teknologi revolusi 4.0.
Sebab, saat ini Indonesia membutuhkan insinyur teknik dalam mengelola SDA dan menata tata ruang bencana lingkungan serta membutuhkan sumber daya teknik sekitar 1,2 juta insinyur untuk membangun negeri ini, dan bersaing ketat dengan sarjana dari negara-negara ASEAN lain. fakta menyebutkan negara maju menguasai sumber daya alam dengan mengelola sendiri akan mampu menggenggam dunia dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sampai saat di tahun 2017, Indonesia baru memiliki 600 ribu sampai 700 ribu insinyur. Sejalan dengan proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang direncanakan pemerintah, Indonesia sangat kekurangan insinyur untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6,8 persen, dan untuk konsisten mencapai pertumbuhan tujuh persen, maka kita masih membutuhkan 1,2 juta insinyur lagi termasuk insinyur geologi dan pertambangan serta perminyakan.
Salah satunya, Indonesia membutuhkan insinyur geologi dalam mengelola SDA karena Indonesia kaya SDA namun masih minim dalam pengelolaannya dan saat ini dominasi tenaga asing hampir ada dalam setiap perusahaan pertambangan, perminyakan dan kemaritiman serta penelitian geologi di Indonesia, dan hal ini semakin diperparah lagi dengan tidak semua insinyur geologi maupun SDM teknik lainnya bekerja sesuai dengan kompetensi pendidikannya.
Kekurangan ini perlu RUU keinsinyuran agar lebih jelas ke arah mana untuk meningkatkan kemandirian bangsa dalam mengelola sumber daya alamnya.
Maka prioritas utama adalah pembangunan infratruktur pendidikan keteknikan dalam menguasai IPTEK, karena mengingat pendidikan yang berlatar belakang keteknikan geologi masih saat terbatas, sedang wilayah Indonesia menyimpan beranekaragam potensi kebencanaan dan sumber daya alam yang harus terkelola dengan baik serta perlu perhatian dari pemerintah daerah untuk menyesuaikan kondisi pendidikan dengan karakteristik tatanan geologi daerahnya. Sebuah tantangan besar demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan desentaralisasi otonomi daerah dibidang pengelolaan sumber daya alam merupakan bagian peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat secara merata dan akan memberikan peluang bagi SDM daerah untuk mengelola sumber daya alam daerahnya selaras dengan kebijakan pemerintah daerah dalam menarik investasi.
Daerah perlu mengembangkan infrastruktur pendidikan yang terkait dengan investasi dan penguasaan teknologi. Jika hal ini tidak menjadi pusat perhatian utama pemerintah akan dikhawatirkan menimbulkan sebuah ironi, karena beberapa bidang yang berpotensi untuk peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia akan menjadi sumber kemakmuran para insinyur asing, sebab pengelolaan sumber daya alam Indonesia diserahkan kepada pihak tenaga asing.
Tanpa tersedianya investasi SDM yang berkualitas dalam desentralisasi otonomi daerah maka pengembangan industri akan menjadi penghambat bagi kemajuan daerah dan Indonesia secara umum, penguasaan teknologi harus di kuasai SDM Indonesia dalam mengelola SDA agar dapat membuka investasi di berbagai sektor. Pengembangan industri pertambangan, perminyakan dan kemaritiman sangat membutuhkan dukungan investasi finansial yang besar guna merebut pasar global dalam era persaingan pasar bebas global.
SDM indonesia menghadapi tantangan isu strategis global dalam mengelola sumber daya alam Indonesia, isu dalam negeri yang dihadapi SDM indonesia adalah bagaimana mengelola sumber daya alam (SDA) secara berkalanjutan tanpa merusak lingkungan agar tidak menjadi isu masyarakat global.
Pengelolaan sumber SDA sangat penting dikelola putra-putri terbaik Indonesia agar proses pembangunan Indonesia dapat berlangsung secara merata untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu kesejahteraan dan kemakmuran tanpa mengorbankan dan menguras SDA untuk generasi mendatang. Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam akan mampu dikuasai SDM Indonesia jika pemerintah daerah fokus mengembangkan pendidikan yang berbasis karakter kekayaan alam daerah masing-masing dan Indonesia akan memiliki modal kuat dalam persaingan global tanpa bergantung dengan modal asing.

Perlu diingat untuk menguasai SDA, SDM Indonesia harus menguasai iptek dengan manajemen profesional dan berakhlak mulia untuk mengelola sumber daya alam untuk generasi mendatang, perlu terobosan SDM agar lebih kompetitif dan pemerintah daerah fokus pengembangan pendidikan yang berbasis karakter daerah sebagai salah satu produk unggulan.

Dengan menghasilkan produk unggulan SDM yang kompetitif maka Indonesia tidak perlu bergantung pada impor bahan pangan, impor minyak, impor gula, impor garam dan lain-lain selama ini bahan tersebut ada di Indonesia dan jangan bergantung pada negara lain, karena sesungguhnya negara kita diincar negara lain dan isu tersembunyi oleh pihak asing. (M Anwar Siregar)

Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Giosfer

3 Mei 2018

Badai dan cirinya

BADAI. CIRI DAN MACAM-MACAMNYA

Posted by Devia Apriana Safitri on Monday, September 26, 2016
 
Badai adalah cuaca yang ekstrem, mulai dari hujan es dan badai salju sampai badai pasir dan debu.Badai disebut juga siklon tropis oleh meteorolog, berasal dari samudera yang hangat.Badai bergerak di atas laut mengikuti arah angin dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Badai bukan angin ribut biasa. Kekuatan anginnya dapat mencabut pohon besar dari akarnya, meruntuhkan jembatan, dan menerbangkan atap bangunan dengan mudah. Tiga hal yang paling berbahaya dari badai adalah sambaran petir, banjir bandang, dan angin kencang. Terdapat berbagai macam badai, seperti badai hujan, badai guntur, dan badai salju. Badai paling merusak adalah badai topan (hurricane), yang dikenal sebagai angin siklon (cyclone) di Samudera Hindia atau topan (typhoon) di Samudera Pasifik
Penyebab badai adalah tingginya suhu permukaan laut. Perubahan di dalam energi atmosfer mengakibatkan petir dan badai. Badai tropis ini berpusar dan bergerak dengan cepat mengelilingi suatu pusat, yang sumbernya berada di daerah tropis. Pada saat terjadi angin ribut ini, tekanan udara sangat rendah disertai angin kencang dengan kecepatan bisa mencapai 250 km/jam. Hal ini bisa terjadi di Indonesia maupun negara-negara lain. Di dunia, ada tiga tempat pusat badai, yaitu di Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik.

5 Sep 2016

Mengukur Usia Bumi



CARA ILMUWAN BUMI MENGUKUR USIA BUMI
Oleh : M. Anwar Siregar
 Jika kita selalu diajukan pertanyaan berkisar kapan Bumi manusia terbentuk dan berapa umur Bumi sekarang? Sekarang kita juga selalu dihantui oleh pernyaan kapan kiamat besar Bumi terjadi? Adakah kiamat lain yang mempercepat? Dan apa yang menyebabkannya?
Semua pertanyaan ini agak sukar dijawab dengan pasti, karena fenomena alam sukar atau susah dideteksi oleh teknologi buatan manusia, jira pun teknologi buatan manusia sanggup memecahkan persoalan, tetapi ada saja kesalahan atau kekeliruan yang diperbuat oleh manusianya sendiri.
Pada judul tulisan ini, bukan membicarakan tentang kiamat itu berlangsung, karena ini bukan urusan penulis yang menentukan kapan kiamat besar tetapi hanya akan memberikan informasi bagaimana ilmuwan bumi (geologist) menentukan usia Bumi dan beberapa teori mengenai Bumi yang maíz diperdebatkan dengan serunya ingá tulisan ini dibuat tahun 1998.
 ASAL MULA JAGAD RAYA
 Banyak terori telah dikemukakan untuk menerangkan asal mula Bumi dan planet-planet lain, semua teoti ini hanyalah sedikit lebih baik daripada statu rekaan cerdik karena tidak didasarkan atas data yang mencukupi. Namur, sekalipun kita hanya tahu sedikit masa wal planet Bumi, kita hanya tahu banyak sekali tentang bentuk struktur, sifat dan geraknya.
Peradaban pertama yang mendapatkan pengertian sesungguhnya tentang benda-benda langit dan geraknya adalah peradaban Yunani kuno. Gagasan yang disarankan oleh Aristarchus bahwa Bumi sesungguhnya bergerak di ruang angkasa mengelilingi Matahari. Selanjutnya revolusi Coprnicus yang mengatakan bahwa pusat jagat raya adalah matahari, bukan  Bumi, bergerak mengarungi ruang angkasa mengelilingi Matahari.
Apakah beribu-ribu bruta tahun yang lalu, jagad raya berasal dari letusan tiba-tiba yang sangay Herat? Ataukah jagat raya selalu dalam proses penciptaan, tanpa awal dan akhir yang pasti? Pengikut gagasan pertama, yang disebut teori letusan hebat, percaya bahwa semua zat dalam proses itu terdahulu berbentuk statu masa padat, yang menyerupai sejenis “atom” raksasa. Kemudian massa ini meletus, membentuk statu bola api yang sangay besar. Barangkali dalam beberapa menit, materi telah terpencar ke ruang angkasa yang maha luas, sekarang bintang-bintang, galaksi-galaksi dan planet-planet yang terbentuk dari materi ini dan saling berpacu dengan kecepatan yang luar biasa, unsur yang berbeda-beda itu berkembang dari zat sederhana yang meletus.
Sebaliknya, pengikut teori gagasan kedua, yaitu teori ciptaan sinambung, atau ”keadaan tetap”, mengatakan bahwa jagat raya berabat-abat selalu dalam keadaan sama dari suatu zat yaitu hidrogen, senantiasa tercipta, boleh dari ketidak beradaan. Bahan ini membentuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi serta lebih kurang seragam di seluruh kosmos.
Berbagai teori tentang jagat raya membentuk suatu bidang studi yang di kenal sebagai kosmonologi. Albert Eintein adalah sesungguhnya ahli kosmologi modern pertama, pada tahun 1915 ia menyempurnakan teori umumnya tentang raltivitas, yang kemudian diterapkan pada pendistribusian zat di ruang angkasa.

11 Agu 2016

Belajar Memahami Bahaya Gerakan Tanah 4 (selesai)

FAKTOR PENYEBAB DAN MITIGASI GERAKAN TANAH



Gambar : menunjukkan kemiringan bangunan akibat gerakan tanah, fracture grounting.


Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor;
A.    Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musin kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di prmukaan, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
B.     Lereng Terjal.
Lereng atau tebing yang trjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180˚  apabila lereng terjal dan bidang longsorannya mendatar.


C.     Tanah Yang Kurang Padat Dan Tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5m dan sudut lereng >220˚. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.



 

 

D.    Batuan Yang Kurang Kuat.
Batuan endapan gunung api dan bautan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuaat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terhadap pada lereng yang terjal.




E. Jenis Tata Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan  persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah  perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.




 


F.      Getaran.
Getaran yang  terjadi diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kenderaan. Akibat yang ditimbulkan- nya adalah, badan jalan, lantai, dandinding rumah menjadi retak.



 

 

G.    Susut Muka Air Danau Atau Bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220˚ mudah terjadi longsor dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

H.    Adanya Beban Tambahan.


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

I.       Pengikisan/Erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai atau tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

J.       Adanya Material Timbunan Pada Tebing.



Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

K.    Bekas Longsoran Lama.
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki ciri:
·         Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·         Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·         Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
·         Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
·         Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·         Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·         Longsoran lama ini cukup luas.

L.     Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung).
Bidang tidak sinambung memiliki ciri sebagai berikut:
·         Bidang perlapisan batuan.
·         Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar.
·         Bidang kontak antara batuan yang ratak-ratak dengan batuan yang kuat.
·         Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
·         Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
M.   Penggundulan Hutan.


 










 
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.


N.    Daerah Pembuangan Sampah.



 

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di tempat pembuangan akhir sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar  ±120 orang meninggal.

Mitigasi Tanah Longsor

Faktor-faktor kerentanan terhadap tanah longsor adalah lokasi, aktivitas manusia, penggunaan lahan, dan frekuensi terjadinya longsor. Efek tanah longsor terhadap manusia dan bangunan dapat dikurangi dengan cara menghindari daerah rawan, menyiarkan larangan, atau dengan menerapkan standar keselamatan saat berada di daerah tersebut.

Pemerintah daerah dapat mengurangi dampak kerugian longsor melalui kebijakan dan peraturan penggunaan lahan dan pembuatan peta rawan longsor. Setiap individu dapat mengurangi kemungkinan mereka terhadap bahaya dengan mendidik diri mereka sendiri tentang sejarah masa lalu tentang kebencanaan. Mereka juga dapat memperoleh layanan dari ahli geologi teknik, insinyur geoteknik, atau seorang insinyur sipil, yang dapat mengevaluasi potensi bahaya dari sebuah situs.

Bahaya dari tanah longsor dapat dikurangi dengan menghindari pembangunan di lereng curam dan potensi tanah longsor yang ada, atau dengan menstabilkan lereng. Stabilitas lereng ditingkatkan jika air tanah dapat dicegah agar tidak merembes ke dalam material lahan, dengan cara:
  1. Menutupi daerah rawan longsor dengan suatu lapisan kedap air,
  2. Menguras air tanah yang ada di daerah longsor,
  3. Meminimalisasikan pengairan permukaan, dan
  4. Struktur penahan dan/atau berat tanggul tanah/batuan ditempatkan pada kaki lereng.
1.1. Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah Longsor Sebagai Berikut:
·         Jangan mencetak sawah dan membuat kolom pada lereng bagian atas di dekat pemukiman “buatlah terasing”
·         Segerah menutup ratakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan dan jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·         Jangan menebang pohon di lereng dan jangan membangun rumah dibawah tebing.
·         Jangan mendirikan prmukiman di tepi lereng yang terjal dan pembangunan rumah yang benar di lereng bukit.
·         Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal dan pembangunan rumah yang salah dilereng bukit.
·         Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak dan jangan mendirikan rumah ditepi sungai yang rawan erosi.

1.2.            Parameter Tanah Longsor.
Tanah longsor mudah terjadi pada tanah kohesif atau berbutir halus dan pada saat jenuh air, karena pada saat harga kuat geser dan kohesi terendah. Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Keadaan ini dikontrol oleh morfologi (kemiringan lereng), jenis dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu.

Pemicu longsoran antara lain;
A).       Peningkatan kandungan air dalam tanah sehingga ikatan antara butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longso. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah kedalam lereng.
B).       Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran alat berat/kenderaan.
C).       Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan.
D).       Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilengan gaya penyangga.

            Longsoran salah satu jenis bencana alam yang sering dijumpai di indonesi, baik skala kecil maupun besar. Upaya penanggulangan longsoran biasanya dilakukan setelah terjadi, meskipun gejala longsoran dapat diketahui sebelum kejadian. Tanah longsor adalah runtuhan tanah atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah lereng yang tidak stabil.

1.3.            Tinjauan Umum Tentang Kerentanan Gerakan Tanah.
Berdasarkan mekanisme dan materialnya, maka gerakan  tanah atau tanah longsor merupakan fenomena alam yang lazim terdapat di indonesia. Sejak lama fenomena ini sudah di kenal, yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa penomena ini sering bertambah dan dimensinya-pun bertambah besar. Pertambahan baik kualitas maupun kuantitas dari proses gerakan tanah ini justru bersamaan dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia.

No
Type
Subtype
Description
1.
Falls

-      Rockfall  (Bedrock)
-      Soifall (Loose material)
2.
Sllides
Rotational
-  Slump (Bedrock or cohesive units loose material)
Planar
-      Block-glide (Bedrock or cohesive units loose material)
-      Rockslide (Bedrock)
-      Dedris slide (Loose material)
3.
Flows
Dry
-      rock avalanche
-      Sand run
-      Loes flow
Moderately wet
-      Dedris avalanche
-      Earth flow
Very wet
-      Sand or silt flow
-      Dedris flow
-      Mud flow

Tabel 2.1; Klasifikasi Gerakan Tanah.

Bentuk Informasi ini diwujudkan dalam suatu peta zona kerentanan gerakan tanah. Sehingga informasi tentang kerentanan gerakan tanah dapat digunakan sebagai informasi awal untuk analisa resiko terjadinya bencana dan analisa penanggulangan bencana sebagai acuan dasar untuk pengembangan wilayah berikut pembangunan instruktur. Lingkungan kegiatan dalam pemetaan zona kerentanan tanah.

1.      Persyaratan teknik, yaitu;
Persyaratan pete dimana pete tematik dan pete sebaran gerakan tanah disyaratkan mempunyai skala yang sama dan terditasi dalam bentuk poligon.
Pembagian zona kerentanan gerakan tanah, zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi.

2.      metode pemetaan zona kerentanan gerakan tanah. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis gabungan antara pemetaan tidak langsung dan pemetaan langsung. Pekerjaan ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Kerentanan gerakan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:
a).  Geometri Lereng.
      Kemiringan dan ketinggian suatu lereng, sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kemantapannya kurang dukung.
b).  Morfologi.
      Morfologi yang dimaksud adalah keadaan fisik, karakteristik, dan bentuk permukaan bumi. Keadaan morfologi suatu daerah akan mempengaruhi kemantapan lereng. Hal ini di sebabkan karena morfologi sangat menentukan laju erosi, pengendapan, menentukan arah aliran tanah, air permukaan, dan mempengaruhi pelapukan batuan.
c).  Struktur Geologi.
      Struktur geologi yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan, dan kekar (joint). Bidang struktur geologi tersebut, merupakan bidang lemah (diskontinuitas) dan tempat merembesnya air yang menyebabkan lereng lebih mudah longsor.
d).  Iklim.
      Iklim juga mempengaruhi kemantapan suatu lereng. Hal ini disebabkan karena iklim mempengaruhi perubahan temperatur, jumlah hujan pertahun, dan iklim juga mempengaruhi tingkat pelapukan, maka kekuatan batuan atau tanah menjadi semaikin kecil.
e).  Sifat isik Dan Mekanik.
      Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu bobot isi, porositas, dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, dan sudut geser dalam batuan atau tanah semakin kecil.
f).  Air Tanah.
      Dengan adnya air di dalam batuan atau tanah, akan menimbulkan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan kuat geser batuan menjadi kecil akan mudah longsor. Semakin banyak jumlah air dalam batuan, maka tekanan air pori juga bertambah besar.
g).  Air Hujan.
      Dengan adanya air hujan, akan mempercepat terjadinya erosi dan biasanya menggerogoti bagian lapisan yang lama, sehingga membentuk pada muka lereng. Disamping itu, air hujan juga mengisi rekahan-rekahan yang ada akibat lereng akan lebih mudah longsor.
VIDEO VISUAL dan DAFTAR PUSTAKA DARI BERBAGAI SUMBER

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...