Aug 11, 2016

Belajar Memahami Bahaya Gerakan Tanah 4 (selesai)

FAKTOR PENYEBAB DAN MITIGASI GERAKAN TANAH



Gambar : menunjukkan kemiringan bangunan akibat gerakan tanah, fracture grounting.


Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor;
A.    Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musin kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di prmukaan, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
B.     Lereng Terjal.
Lereng atau tebing yang trjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180˚  apabila lereng terjal dan bidang longsorannya mendatar.


C.     Tanah Yang Kurang Padat Dan Tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5m dan sudut lereng >220˚. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.



 

 

D.    Batuan Yang Kurang Kuat.
Batuan endapan gunung api dan bautan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuaat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terhadap pada lereng yang terjal.




E. Jenis Tata Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan  persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah  perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.




 


F.      Getaran.
Getaran yang  terjadi diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kenderaan. Akibat yang ditimbulkan- nya adalah, badan jalan, lantai, dandinding rumah menjadi retak.



 

 

G.    Susut Muka Air Danau Atau Bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220˚ mudah terjadi longsor dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

H.    Adanya Beban Tambahan.


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

I.       Pengikisan/Erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai atau tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

J.       Adanya Material Timbunan Pada Tebing.



Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

K.    Bekas Longsoran Lama.
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki ciri:
·         Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·         Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·         Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
·         Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
·         Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
·         Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·         Longsoran lama ini cukup luas.

L.     Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung).
Bidang tidak sinambung memiliki ciri sebagai berikut:
·         Bidang perlapisan batuan.
·         Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar.
·         Bidang kontak antara batuan yang ratak-ratak dengan batuan yang kuat.
·         Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
·         Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
M.   Penggundulan Hutan.


 










 
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.


N.    Daerah Pembuangan Sampah.



 

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di tempat pembuangan akhir sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar  ±120 orang meninggal.

Mitigasi Tanah Longsor

Faktor-faktor kerentanan terhadap tanah longsor adalah lokasi, aktivitas manusia, penggunaan lahan, dan frekuensi terjadinya longsor. Efek tanah longsor terhadap manusia dan bangunan dapat dikurangi dengan cara menghindari daerah rawan, menyiarkan larangan, atau dengan menerapkan standar keselamatan saat berada di daerah tersebut.

Pemerintah daerah dapat mengurangi dampak kerugian longsor melalui kebijakan dan peraturan penggunaan lahan dan pembuatan peta rawan longsor. Setiap individu dapat mengurangi kemungkinan mereka terhadap bahaya dengan mendidik diri mereka sendiri tentang sejarah masa lalu tentang kebencanaan. Mereka juga dapat memperoleh layanan dari ahli geologi teknik, insinyur geoteknik, atau seorang insinyur sipil, yang dapat mengevaluasi potensi bahaya dari sebuah situs.

Bahaya dari tanah longsor dapat dikurangi dengan menghindari pembangunan di lereng curam dan potensi tanah longsor yang ada, atau dengan menstabilkan lereng. Stabilitas lereng ditingkatkan jika air tanah dapat dicegah agar tidak merembes ke dalam material lahan, dengan cara:
  1. Menutupi daerah rawan longsor dengan suatu lapisan kedap air,
  2. Menguras air tanah yang ada di daerah longsor,
  3. Meminimalisasikan pengairan permukaan, dan
  4. Struktur penahan dan/atau berat tanggul tanah/batuan ditempatkan pada kaki lereng.
1.1. Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah Longsor Sebagai Berikut:
·         Jangan mencetak sawah dan membuat kolom pada lereng bagian atas di dekat pemukiman “buatlah terasing”
·         Segerah menutup ratakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan dan jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·         Jangan menebang pohon di lereng dan jangan membangun rumah dibawah tebing.
·         Jangan mendirikan prmukiman di tepi lereng yang terjal dan pembangunan rumah yang benar di lereng bukit.
·         Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal dan pembangunan rumah yang salah dilereng bukit.
·         Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak dan jangan mendirikan rumah ditepi sungai yang rawan erosi.

1.2.            Parameter Tanah Longsor.
Tanah longsor mudah terjadi pada tanah kohesif atau berbutir halus dan pada saat jenuh air, karena pada saat harga kuat geser dan kohesi terendah. Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Keadaan ini dikontrol oleh morfologi (kemiringan lereng), jenis dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu.

Pemicu longsoran antara lain;
A).       Peningkatan kandungan air dalam tanah sehingga ikatan antara butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk longso. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah kedalam lereng.
B).       Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran alat berat/kenderaan.
C).       Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan.
D).       Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilengan gaya penyangga.

            Longsoran salah satu jenis bencana alam yang sering dijumpai di indonesi, baik skala kecil maupun besar. Upaya penanggulangan longsoran biasanya dilakukan setelah terjadi, meskipun gejala longsoran dapat diketahui sebelum kejadian. Tanah longsor adalah runtuhan tanah atau pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah lereng yang tidak stabil.

1.3.            Tinjauan Umum Tentang Kerentanan Gerakan Tanah.
Berdasarkan mekanisme dan materialnya, maka gerakan  tanah atau tanah longsor merupakan fenomena alam yang lazim terdapat di indonesia. Sejak lama fenomena ini sudah di kenal, yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa penomena ini sering bertambah dan dimensinya-pun bertambah besar. Pertambahan baik kualitas maupun kuantitas dari proses gerakan tanah ini justru bersamaan dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia.

No
Type
Subtype
Description
1.
Falls

-      Rockfall  (Bedrock)
-      Soifall (Loose material)
2.
Sllides
Rotational
-  Slump (Bedrock or cohesive units loose material)
Planar
-      Block-glide (Bedrock or cohesive units loose material)
-      Rockslide (Bedrock)
-      Dedris slide (Loose material)
3.
Flows
Dry
-      rock avalanche
-      Sand run
-      Loes flow
Moderately wet
-      Dedris avalanche
-      Earth flow
Very wet
-      Sand or silt flow
-      Dedris flow
-      Mud flow

Tabel 2.1; Klasifikasi Gerakan Tanah.

Bentuk Informasi ini diwujudkan dalam suatu peta zona kerentanan gerakan tanah. Sehingga informasi tentang kerentanan gerakan tanah dapat digunakan sebagai informasi awal untuk analisa resiko terjadinya bencana dan analisa penanggulangan bencana sebagai acuan dasar untuk pengembangan wilayah berikut pembangunan instruktur. Lingkungan kegiatan dalam pemetaan zona kerentanan tanah.

1.      Persyaratan teknik, yaitu;
Persyaratan pete dimana pete tematik dan pete sebaran gerakan tanah disyaratkan mempunyai skala yang sama dan terditasi dalam bentuk poligon.
Pembagian zona kerentanan gerakan tanah, zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi.

2.      metode pemetaan zona kerentanan gerakan tanah. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis gabungan antara pemetaan tidak langsung dan pemetaan langsung. Pekerjaan ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Kerentanan gerakan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:
a).  Geometri Lereng.
      Kemiringan dan ketinggian suatu lereng, sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kemantapannya kurang dukung.
b).  Morfologi.
      Morfologi yang dimaksud adalah keadaan fisik, karakteristik, dan bentuk permukaan bumi. Keadaan morfologi suatu daerah akan mempengaruhi kemantapan lereng. Hal ini di sebabkan karena morfologi sangat menentukan laju erosi, pengendapan, menentukan arah aliran tanah, air permukaan, dan mempengaruhi pelapukan batuan.
c).  Struktur Geologi.
      Struktur geologi yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan, dan kekar (joint). Bidang struktur geologi tersebut, merupakan bidang lemah (diskontinuitas) dan tempat merembesnya air yang menyebabkan lereng lebih mudah longsor.
d).  Iklim.
      Iklim juga mempengaruhi kemantapan suatu lereng. Hal ini disebabkan karena iklim mempengaruhi perubahan temperatur, jumlah hujan pertahun, dan iklim juga mempengaruhi tingkat pelapukan, maka kekuatan batuan atau tanah menjadi semaikin kecil.
e).  Sifat isik Dan Mekanik.
      Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu bobot isi, porositas, dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, dan sudut geser dalam batuan atau tanah semakin kecil.
f).  Air Tanah.
      Dengan adnya air di dalam batuan atau tanah, akan menimbulkan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan kuat geser batuan menjadi kecil akan mudah longsor. Semakin banyak jumlah air dalam batuan, maka tekanan air pori juga bertambah besar.
g).  Air Hujan.
      Dengan adanya air hujan, akan mempercepat terjadinya erosi dan biasanya menggerogoti bagian lapisan yang lama, sehingga membentuk pada muka lereng. Disamping itu, air hujan juga mengisi rekahan-rekahan yang ada akibat lereng akan lebih mudah longsor.
VIDEO VISUAL dan DAFTAR PUSTAKA DARI BERBAGAI SUMBER

No comments:

Post a Comment

Related Posts :