Sport Tradisi Emas Kembali
TRADISI EMAS
TELAH KEMBALI, KEJAYAAN BERLANJUT
Oleh : M. Anwar
Siregar
Kegagalan pada
olimpiade London pada tahun 2012, itu menjadi pelajaran bagi Owi-Butet dalam
menuntaskan kemenangan mereka pada ajang Olimpiade berikutnya di negeri Neymar,
pada tahun 2016 dengan merebut medali emas bulutangkis.
Sepanjang tahun
2016 ini, Pasangan ganda campuran Indonesia ini belum menunjukkan grafik
permainan yang bagus, sering gagal dibabak awal berbagai turnamen dan
diprediksi beberapa pengamat bulutangkis mereka dianggap sudah habis, apalagi
disaat yang bersamaan, Junior mereka Praven-Debby terus menunjukkan kualitas
mereka dengan merebut turnamen All England 2016, Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir
itu sering terjegal oleh pasangan yang bukan unggulan, apalagi kondisi fisik
Butet tidak menunjukkan kehebatan seorang pengatur serangan di depan net dan
sering salah langkah dan mengantisipasi serangan balik lawan sepanjang turnamen
mereka ikuti sebelum Olimpiade Rio De Janeiro 2016.
Namun yang
mengejutkan saya ketika menyaksikan siarang langsung TV, nampak jelas, variasi
serangan yang mematikan yang ditujukan oleh keduanya, sejak babak penyisihan
sudah duga ganda campuran Indonesia diprediksi minimal lolos ke semifinal
karena mereka akan menghadapi ganda campuran tangguh Tiongkok yang merupakan
unggulan teratas ZhangNan/Zhan Yunlei.
BUKTI INDONESIA TANGGUH
Tantangan
Bulutangkis sepanjang peride tahun 2016 sangat menantang untuk membuktikan
kualitas atlet bulutangkis kita, bahwa kita masih ada, namun memang belum mampu
merebut kejayaan seperti diera 15 tahun lalu. Namun langkah merebut medali emas
sudah mengingatkan kepada publik bulutangkis dunia bahwa Indonesia akan terus
berjuang untuk mendapatkan tradisi mereka sebagai kekuatan bulutangkis dunia.
Sepanjang tahun
ini, Indonesia memang hanya kadang membawa satu atau dua gelar, namun hal itu
sudah cukup untuk mengingatkan kita bahwa Indonesia hanya berhitung hari untuk
merebut kembali kejayaan itu. Kegagalan dalam merebut Piala Thomas 2016 lalu
harus dijadikan sebagai pelajaran untuk mempersiapkan segala-galanya agar kita
terbuai oleh kenangan masa lalu, bangkit dan bekerja keras adalah motto yang
harus ditanam pada jiwa atlet mudah kita bahwa kita mampu untuk bersaing
sekeras apapun tantangan yang ada.
Tradisi emas
berlanjut kembali karena upaya keras atlet dan pelatih untuk memberikan yang
terbaik bagi bangsa dan tanah air apalagi bersamaan dengan HUT Kemerdekaan ke
71 RI, sebuah kenangan yang sangat manis bagi pasangan ganda campuran ini.
Sebuah kado istimewa dari atlet yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Medali Emas
ganda campuran merupakan gelar pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade dan
medali emas ke tujuh bagi Indonesia. Sebuah hal yang sangat istimewa karena
akan mendorong setiap jiwa atlet muda yang membela bangsa akan mnejadi motivasi
tak terhingga seperti kita yang ingin terus menghadirkan lambang supremasi
beregu putra (piala Thomas) dan beregu putri (piala Uber) serta beregu campuran
dunia (piala Sudirman Cup). Semua lambang supremasi beregu dunia sudah kita renggut
dan sangatnya kita bangkit untuk merebut kembali. Lupakan kegagalan piala
Thomas dan Uber 2016, mari kita berseru untuk bersatu kembali untuk mewujudkan
visi ke era kedepan.
Pasangan sejoli Emas Ganda Campuran yang memberikan kebanggaan bagi Bangsa di HUT RI ke 71
Sumber Foto : Analisa
EMAS KE TUJUH
Catatan sejarah
bulutangkis Indonesia terus berlanjut, kita tidak boleh pantang menyerah untuk
merebut kejayaan itu, siklus kehidupan memang kadang menunjukkan bahwa tidak
ada yang abadi, namun kita tidak boleh tenggelam dalam euphoria kenangan masa
lalu, kita harus terus menumbuh kembangkan semangat untuk terus berjuang.
Diantara
prestasi kita saat ini, memang prestasi bulutangkis penuh warna abu-abu, tidak
tenggelam dan tidak juga terang, namun tradisi emas itu tetap mengingatkan
generasi penerus bulutangkis bahwa indonesia tidak akan tenggelam. Akan selalu
muncul atlet untuk menerus tongkat estafet dalam mengisi prestasi bangsa
Indonesia di ajang bulungkis dunia, seperti layaknya kita terus mengisi
kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan prestasi gemilang dan menjaga utuh Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dibawah ini saya
sertakan catatan tinta emas kejayaan bulutangkis olimpiade yang diikuti
Indonesia yang dicatat di buku dan disari dari berbagai sumber sebagai berikut
:
Tahun Olimpiade Medali Nama
Atlet Keterangan
1992 Barcalona Tunggal Putra Allan
Budi Kusumah Emas 1
Tunggal
Putri Susi Susanti Emas 2
Tunggal
Putra Ardi BW Perak
Tunggal
Putra Hermawan Susanto Perunggu
Ganda
Putra Eddy Hartono/Gunawan Perak
1996 Atlanta Ganda Putra Rexy
Mainaki/Ricky S Emas 3
Tunggal
Putri Mia Audina Perunggu
Tunggal
Putri Susi Susanti Perunggu
2000 Sydney Ganda Putra Tony
Gunawan/Candra W Emas 4
2004 Athena Tunggal Putra Taufik
Hidayat Emas 5
2008 Beijing Ganda Putra Hendra
S/Markis Kido Emas 6
Tunggal Putri Maria
F K Perunggu
2016 Rio de Janeiro Ganda Campuran Tontowi A/Lilyana N Emas 7
Keberhasilan
Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir telah membaya
kegagalan mereka di Olimpiade London dengan kalungan emas dan memungkin
lagu Indonesia Raya berkumandangn walau sebiji emas namun di pastikan akan
tetap membangkitkan semangat atlet Indonesia dalam menyambut olimpiade 2020 di
Jepang. Negeri matahari terbit itu akan terus di bidik negeri zmrud
kahatulistiawa ini untuk mempertahankan tradisi emas walau sebiji dibawa tetap akan
di kenang oleh rakyat Indonesia, bagi kami Indonesia Raya harus bergema di
Olimpiade.
SETELAH OLIMPIADE
Setelah sukses
olimpiade sudah saatnya PBSI harus mengevaluasi bagi sektor lainnya, karena
pasangan Ganda Putra Moh Akhsan/Hnedra Setiawan gagal melangkah ke fase
semifinal, harus dievaluasi faktor mengapa mereka sering kalah menang dan
mengapa ganda putri terbaik Indonesia Gressia Polii/Nitya Krishinda mengatasi
pasangan Tiongkok, begitu juga Tommy Sugiarto, yang sudah berlatih khusus di
Singapura serta Tungga Putri Lindaweni Fanetri yang gagal terus di berbagai
turnamen bulutangkis internasional.
Evaluasi sangat
penting untuk menghadapi tantangan berikutnya pada SEA Games 2017, Indonesia
tidak boleh gagal hanya mengatasi lawan-lawan yang sudah jelas. Untuk Tontowi
Ahkmad/Lilyana Natsir terus lah menjaga kebugaran fisik demi terus berprestasi
apalagi khusus untuk Butet adalah olimpiade terakhir karena telah berekapala
“tiga” dan PBSI perlu mencari “istri baru” untuk Tantowi dengan jodoh yang
tepat. Agar tradisi ganda campuran dalam kurun hampir delapan tahun ini terus
menjaga marwah Bulutangkis Indonesia padahal pada tahun-tahun lalu sekitar 15
tahun lalu ganda campuran dianggap tidak bergengsi dan pemain yang bermain
dianggap sisa atau buangan namun kini tidak lagi perlu memikirkan hal yang tabu
bagi ganda campuran. Tradisi emas justrunya mereka
yang menyelamat muka Indonesia untuk ke sekian kali lagi.
Buat Praven
Jordan/Debby Susanto, kalian adalah calon penerus dan jangan anggap beban
besar, pelajari semua kelamahan lawan, variasi serangan fokus utama selain
memperkuat daya serang pukulan yang lebih baik, kegagalan terlihat pada beban
mental dan tekanan pertahanan yang sering seperti mati langkah.
Selamat sekali
lagi buat Owi/Butet, anda adalah rakyat yang sangat mengagumkan bagi bangsa,
kami semua bangga atas perjuang kalian termasuk atlet bulutangkis lainnya dan
tentu juga untuk atlet peraih medali perak angkat besi bagi Sri Mulyani dan Eko
Yuli. Teruslah berprestasi, raih mimpi setinggi bintang
untuk Asian Games 2018 di Indonesia. Selamat bahagia, Merdeka Indonesia ku
selama-lamanya.
M. Anwar Siregar
Geolog, Penggemar Sport Bulutangkis, Sepakbola dan Adventure Geologi
Komentar
Posting Komentar