Aug 22, 2016

Kekuasaan dalam Perspektif Islam



PENYELEWENGAN KEKUASAAN DIDALAM PERSPEKSTIF ISLAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Kecenderungan pemimpin pada abad modern ini dalam mengendalikan kekuasaan cenderung menyelewengkan kepercayaan masyarakat dengan buktikan dengan munculnya korupsi yang marajelela dengan diiringi maraknya orang terdekat akan memimpin kekuasaan diberbagai lapisan sistim pemerintahan dari suatu Negara seperti yang kita lihat di Indonesia agar dominasi kekuasaan tetap berlanjut.
Dalam pemilihan kepala pemerintahan daerah baik walikota maupun bupati di Indonesia sering terdengar politik uang yang tergolong penyuapan yang sangat dilarang keras oleh hokum positif dan hokum agama. Korupsi-korupsi yang terjadi di Indonesia telah mengaburkan nilai-nilai kemanusian, hati nurani seperti sudah tertutup, korupsi termasuk dalam perbuatan penipuan terhadap rakyat dan memanipulasi aspirasi rakyat, pencurian terhadap hak-hak rakyat dan mengkhinati amanah rakyat.
Dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan kepada Bukhari dan Muslim “seorang hamba yang dianugerahi Allah jabatan kepemimpinan, lalu dia menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkannya masuk surga”.
SOSOK PEMIMPIN
keberadaan seorang pemimpin merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam tatanan masyarakat, tak bisa dielakan lagi, pemimpin merupakan penentu maju mundurnya sebuah Negara. Pemimpin merupakan suatu variable keberhasilan untuk pembaharuan masyarakat. Karenanya rakyat memerlukan seorang pemimpin dengan cara menunjuk dan mengangkat seorang pemimpin untuk mewujudkan kemashalatan rakyat. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsanya. Para pemimpin formal ini telah digaji dengan uang rakyat tetapi telah banyak melakukan penyuapan kekuasaan. Pemimpin formal ini dapat diangkat diberhentikan secara konstitusi di suatu negara.
Penyimpangan kekuasaan yang dilakukan oleh para elite bangsa berupa pelepasan nilai-nilai religius agama, sehingga dianggapnya tidak berguna lagi, ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, seorang pemimpin seenaknya mengeluarkan gagasan untuk menaikkan harga barang-barang yang sensitive bagi rakyat, sedang Dia (sipemimpin) hidup berfoya-foya, kemana-mana naik mobil mewah dengan memanfaatkan fasilitas negara, memotong anggaran negara untuk kepentingan pribadi. Seharusnya seorang pemimpin adalah sosok yang harus memberi atau lebih tepatnya melayani untuk kepentingan umum, dengan memahami berbagai keinginan dan menampung aspirasi rakyat agar dapat dijadikan acuan pokok dalam bersikap dan bertingkah laku. Apa yang diinginkan oleh masyarakat harus  dipenuhi, bukan sebaliknya, mau dilayani dengan memberi pesogok agar selalu urusan dapat lekas selesai.
Padahal, Allah telah berfirman melalui Al Qur’an “Orang-orang  yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang-orang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang mendapat petunjuk” (QS. 2.82). Kebiasaan buruk ini kadang-kadang membawa masyarakat jadi kesal. Memberi pesogok alias suap dikategori haram, sabda Nabi Muhammad SAW “Penyuap dan penerima suap masuk neraka”.
Tetapi manusia atau pemimpin diabad modern ini, banyak telah melupakan hal tersebut diatas, terutama di Indonesia. Sifai moralitas para tokoh dan integritasnya dalam membangun suatu masyarakat yang mulai bertolak belakang dari ilmu yang dimiliki oleh mereka, lebih banyak tidak professional dan kurangnya integritas yang dapat mengakibatkan hancurnya Negara seperti yang kita alami sekarang krisis multidimensi.  
Bila krisis moralitas bangsa ini berlangsung,dipastikan Negara akan krisis jilid II dan neraka menurut Al Qur’an akan dipenuhi dengan bahan bakar berupa manusia dan jin karena jumlah mereka penuh sesak dan tumpang tindih. Dengarlah dan baca Al Qur’an surat Shad ayat 85 yang berbunyi “Pastikan Kupenuhi neraka dengan jenismu dan orang-orang diantara mereka yang mengikutimu semuanya”. Ini bila manusia mengikuti iblis sebagai kawan, yang mengakibatkan surga longgar karena sedikit manusia., seperti surat Qof ayat 30 “Ingatlah suatu hari kami akan bertanya kepada mereka “Sudah penuhkah kamu?” Dan neraka bertanya kembali “ Adakah tambahannya”?
Sifat kecongkakan seorang pemimpin sangat berbahay apalagi melakukan tindakan kezaliman seperti pelanggaran HAM. Dalam surat Yunus ayat 44 “sungguh allah tiada sedikitpun menganiaya manusia, tetapi manusia menganiaya dirinya sendiri”.
Untuk itu diperlukan sosok pemimpin yang bertanggung jawab dan mengedepankan Iman. Yang dijabarkan Al Qur’an dalam QS 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat Allah –lah kamu berlaku lemah lembut terhadapmereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu membulatkan tekat, maka bertawallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya”.
Pemimpin harus mampu tampil dalam menciptakan kesejukan dalam pergaulan hidup, lembut dan indah sesame serta belajar mencontoh kepemimpinan Rasulullah SAW sekaligus dapatmenghilangkan sifat sombong, arogan, keras kepala, selalu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. 
KEKUASAAN PEMIMPIN
Dalam suatu negara yang menganut sistim demokrasi maka selalu terjadi pergantian pemimpin. Didalam tatanan kehidupan manusia hidup berkelompok, atau hidup bermasyarakat, didalam kelompok ini akan terjadi perbedaan-perbedaan pandangan dalam sistim hidup bermasyarakat. Dalam perbedaan inilah yang akan dicarikan solusi pemecahannya untuk membentuk tatanan yang ideal dan dijadikan dasar tetap bagi sebagian besar masyarakat (komunitas) didalam negara sebagai ideologi suatu bangsa.
Ideologi inilah paling banyak mengundang konflik dalam suatu pemerintahan sebuah negara. Manusia menyebutnya ideologi itu adalah Demokrasi yang kata asalnya berasal dari demos dan kratoes dari bahasa Yunani (Greek). Yang mengandung arti bahwa pemerintahan berdasarkan pada suara rakyat, untuk rakyat, yang katanya mampu mengakomodasi suara rakyat.
Namun kenyataan yang kita lihat sekarang, demokrasi banyak disalahgunakan, seperti kebebasan salah satu kaum,  misalnya kaum homoseks untuk dapat berpasangan khalayaknya suami istri. Ini tidak lepas dari hukum legalitas dalam sistim demokrasi yang ada di barat. Melalui perjuangan diparlemen mala dilegalkanlah kebebasan berpasangan suami istri alias berhomoseks. Dan umumnya lebih banyak negara di negara barat yang katanya nenek moyangnya Demokrasi.
Dalam sistim pemerintahan dalam syariat islam akan sangat kontras dengan demokrasi barat yang telah mengalami kerancuan. Dalam demokrasi barat apa yang diharamkan oleh agama maka akan diganti menjadi halal, sebagai contoh aborsi dilegal untuk membunuh janin bayi berdosa, masih banyak contoh realitas bentuk dari demokrasi barat yang berpedoman banyak pada pemikiran filosofit manusia yang memiliki keterbatasan.
Yang sangat berbeda dengan sistem pemerintahan islam yang bersumber langsung dari firman Allah yang terangkum dalam kitab suci Al Qur’an. Penyimpangan kekuasaan dalam sistem pemerintahan untuk mengatur tatanan hidup bermasyarakat dan berbangsa tersebut seperti diatas dengan model barat, syariat islam melarang keras perintah hukum tersebut diatas. Karena syariat islam didalam mewujutkan pemerintahan dan kekuasaan yang bersih yang intinya berasal dari perintah Allah melalui Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai tuntunan hidup bermasyarakat.
Untuk itu para pemimpin muslim harus berpedoman pada perintah Allah melalui Al Qur’an dan Sunnah serta tidak mencampuradukkan kekuasaan itu untuk melegalitaskan sesuatu yang dilarang oleh agama. Dan kekuasaan itu jangan diselewengkan karena merupakan amanah rakyat, agar para  pemimpin kita mendapat petunjuk dan ridha Allah seperti telah disebut dalam Al qur’an QS 6:82 diatas.
AMANAH KEKUASAAN
Etika diri dalam melaksanakan kekuasaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, karena etika itu merupakan ilmu, dengan etika itu kita harus mewujutkan ajaran dan nilai moralitas. Dengan etika selalu menekankan kewajiban manusia untuk selalu bertindak baik, salah satunya melaksanakan amanah kekuasaa yang diberikan oleh rakyat sebaik-baiknya bukan sebaliknya seenaknya menyelewengkan kekuasaan itu sebagai miliknya sendiri.
Amanah yang diberikan oleh masyarakat terhadap pemimpin sungguh besar dan mulia, ia harus memiliki determinasi yang tinggi dalam mengurus rakyat dan negara dan harus mampu menahan godaan untuk melakukan korupsi yang dapat menyusahkan rakyat,  dengan kata lain ia harus memberi pelayanan yang baik dapat menghasilkan kepuasan bagi semuanya.
Karena sudah terbukti bahwa korupsi atau di Indonesia dikenal dengan KKN telah mampu membuat kehidupan negara seperti hidup di neraka, karena itulah Nabi mengingatkan ”Sesungguhhnya kehancuran umat terdahulu disebabkan karena bila penguasa (orang kuat) yang mencuri hukum diabaikan dan bila suara rakyat kecil yang mencuri hukum ditegakkan. Demi Allah , jika Fatimah binti Muhammad mencuri akan aku potong tangannya”. Untuk itu seorang pemimpin harus melaksanakan amanah yang diberikan dan tidak mengkhianati amanah itu, seperti salah satu hadist Nabi Muhammad SAW ”Laksanakan amanah kepada orang yang memberikan kepadamu dan janganlah kamu melakukan pengkhianatan, sekalipun terhadap orang pernah mengkhianatimu”. Dan firman Allah ”Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam beerbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS 5 : 2).
 Penutup tulisan ini, ada baiknya pemimpin di abad sekarang lebih memusatkan pada pengendalian hawa nafsu terhadap kezaliman karena inilah penyebab dunia semakin jauh dari kedamaian. Apalagi di Indonesia kejahatan KKN telah termasuk kejahatan yang luar biasa telah mengakibatkan negara ini telah tergadai Dimana-mana di bumi telah terjadi perang dan kepentingan kekuasaan yang dilakukan barat yang mengakibatkan timbulnya kematian yang sia-sia karena kekuasaan telah dijadikan milik sendiri, padahal kekuasaan manusia itu adalah titipan dati tuhan. Dengan kata lain kekuasaan itu milik Tuhan Yang Maha Esa.
Tulisan ini sudah dipublikasi di Harian ANALISA MEDAN, Maret 2005
Dipublikasi Ulang lagi, pemimpin di Indonesia bagaimana?

No comments:

Post a Comment

Related Posts :