Aug 2, 2016

Tata Ruang Bencana



TAJUK PALUEMASGEOLOG 12
PETA MITIGASI TATA RUANG BENCANA
Membuat suatu wilayah atau kota yang bebas dari bencana alam adalah sesuatu yang tidak mungkin karena bencana alam berkaitan dengan proses alam yang tidak bisa dihindari. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam melalui upaya mitigasi, diantaranya adalah penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) dan penataan ruang wilayah/kota yang berbasis pada kerentanan terhadap bencana alam. Mitigasi bencana merupakan upaya preventif yang harus diterapkan di lokasi rawan gempa
dan tsunami. Untuk kelancaran upaya mitigasi maka harus diperhatikan sarana dan prasarana transportasi yang ada pada kawasan permukiman di sekitar pantai yang rawan bencana sampai ke tempat evakuasi yang dianggap aman dari bencana. Dengan demikian, korban jiwa dan kerugian materi seperti yang terjadi di pantai Barat Sumatera yang diakibatkan gempa dan tsunami dapat diminimalkan.
DATA GEOLOGI KOTA
Menurut pengalaman sebelumnnya maupun sekarang dan mungkin di masa depan, bahwa masih banyak kalangan masyarakat masih menganggap data Badan Geologi untuk penyusuan data tata ruang wilayah Industri, pemberian konsesi penembangan hutan atau pembangunan proyek properti tidak mengacu pada data yang valid
Sebaliknya, justru pihak lain di luar negeri yang banyak menggunakan hasil penelitian atau data-data Badan Geologi.
Salah satu conoth misalnya, Kaltim Prima Cola (KAP), investor produsen batubara di Kalimantan Timur, justru mengawali investasinya dan menemukan cadangan batubara yang besar di Kaltim dari hasil penelitian Badan Geologi. “Pada awalnya, mereka mlihat dan memepelajari bebataun di musim kami.Setelah itu diperkuat dengan data lapangan, dan jadilan KPC seperti sekarang,” aku Djajang.
DATA  INVESTASI
Badan Geologi sekarang ini berbeda dengan sebelumnya, saat ini Badan Geologi memiliki tugas yang lebih komplek. Dahulu Badan Geologi memiliki ruang lingkup yang cenderung kearah pertambangan, seiring dengan perkembangan zaman Badan Geologi mulai mendukung kegiatan-kegiatan minyak dan gas bumi dan kegiatan lainnya, ujar Menteri ESDM dalam sambutannya pada acara “Coffee Morning” sekaligus Penyerahan Data-Data Hasil Kegiatan Badan Geologi, Kamis (13/8).
Diungkapkan Menteri ESDM, Perkembangan kegiatan geologi sekarang ini sangat pesat, beberapa kepentingan-kepantingan nasional sudah menggunakan data-data geologi sebagai referensinya, seperti tata ruang dan kegiatan pengembangan minyak dan gas bumi, panas bumi serta kebencanaan
Data-data geologi sangat diperlukan untuk mengurangi resiko investasi dan bagi siapa saja yang memerlukan dukungan data–data geologi dapat menghubungi Badan Geologi ESDM, papar Kepala Badan Geologi, R Sukhyar.
Menurut Kepala Badan, diperlukan sinergi antara pengembang dengan Badan Geologi untuk sharing informasi bagi kepentingan bersama. Untuk itu lanjut Beliau, Badan Geologi sudah mengirimkan surat kepada perusahaan-perusahaan terutama yang bergerak pada pengembangan Coal Bed Methane (CBM), jika ada kegiatan program lapangan (drill) agar melibatkan Badan Geologi untuk melakukan pengambilan sample dan menganilisis baik di lapangan maupun di lab sehingga informasi yang didapatkan lebih utuh, hal ini berguna untuk semua pihak yang berkepentingan.
PENTING PETA SEISMOTEKTONIK
Peta Seismotektonik adalah suatu peta yang menggambarkan hubungan struktur geologi/tektonik dengan kegempaan di suatu daerah yang juga memperlihatkan pengaruh-pengaruh bencana gempa bumi seperti pergeseran tanah (ground faulting), goncangan tanah (ground shaking) beserta bencana ikutannya seperti gerakan tanah (land slides) dan pelulukan (liquefaction), serta bencana tsunami, yang mencerminkan tingkat kerusakan.
Peta Seismotektonik menyajikan tiga jenis peta, yaitu: Peta Sebaran Batuan, Peta Neotektonik dan Kegempaan, dan Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi. Peta Sebaran Batuan mencerminkan sebaran batuan tertua sampai termuda (pra Tersier, Tersier, Kuarter, dan Holosen atau Resen). Peta Neotektonik dan Kegempaan mencerminkan hubungan antara neotektonik dan kejadian gempa. Deformasi dimulai dari Plio-Plestosen sampai Resen, serta menggambarkan sebaran gempa bumi. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi menggambarkan sebaran kepadatan penduduk, sebaran kota dan desa, jaringan jalan, prasarana umum penting lainnya dan kontur ketinggian. Peta ini juga menggambarkan kerawanan bencana seperti kemungkinan-kemungkinan pergeseran tanah, goncangan tanah, gerakan tanah, retakan tanah, pelulukan tanah, dan kontur tingkat kerusakan dari skala Mercalli (MMI).
Peta Seismotektonik merupakan peta geologi bertema yang bertujuan untuk menyajikan data tekntonik, kegempaan dan bencana ikutannya yang dapat digunakan untuk keperluan geologi teknik, pengembangan wilayah, penataan ruang, pembangunan kembali suatu daerah akibat terlanda bencana gempa bumi dan lain-lainnya. Peta ini dibuat pada skala 1 : 250.000 dan atau skala yang lebih besar.
Proyek ini akan memberikan manfaat: (1) adanya penetapan yang jelas terhadap batas kawasan rawan bencana, (2) tersedianya data luas dan persebaran daerah rawan bencana seluruh Indonesia, (3) adanya standarisasi tentang spesifikasi dan klasifikasi data kebencanaan, (4) menjaga integritas dan konsistensi data kebencanaan, (5) mengurangi duplikasi data kebencanaan, (6) basisdata dalam format digital memudahkan dalam pemanggilan kembali, up dating, dan penyimpanan, (7) mampu mengorganisasikan dan mengelola data kebencanaan yang jumlahnya sangat besar, (8) mengintegrasikan semua pekerjaan yang berkaitan dengan manajemen bencana di bawah satu kendali, (9) memungkinkan untuk akses data secara simultan, dan (10) publikasi di internet memungkinkan data dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja dengan program aplikasi browser internet (Internet Explorer, Netscape).
KEUNIKAN LINGKUNGAN INDONESIA
Dari perspektif inilah, pemerintah harus menyusun UUTR secara komprehensif dengan melihat faktor-faktor geologis dan geofisis Indonesia. Dalam penyusunan UUTR tersebut, misalnya, perlu diperhatikan tata ruang berbasis bencana. Ini artinya, UUTR tersebut harus mempertimbangkan peta geo-spasial yang meliputi aspek geologi, penyebaran penduduk, dan garis patahan lempeng bumi. Dalam kaitan ini, misalnya, undang-undang tata ruang pusat perekonomian, lokasi permukiman, daerah perkantoran, dan kawasan industri harus mengacu pada peta geo-spasial.
Keunikan lingkungan geologis Indonesia yang disertai dengan kompleksitas pemukiman penduduk secara umum telah meningkatkan jumlah bencana dengan kecenderungan dampak yang signifikan terhadap penduduk (misalnya, korban jiwa maupun kerugian ekonomi). Meskipun peristiwa-peristiwa alam yang menyebabkan bahaya tidak dapat dihentikan, tingkat konsekuensi dapat diminimalkan atau bahkan dihindari melalui kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat yang lebih baik. Secara keseluruhan, penduduk Indonesia menghadapi risiko yang lebih tinggi akibat kerawanan yang meningkat dan ketahanan yang menurun.
Agar pembangunan di suatu kawasan dapat berjalan optimal dan berkelanjutan, terlebih dahulu harus dilakukan survei untuk menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor geologi bahwa Indonesia merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk karakter bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar. Sifat-sifat kearifan lokal yang terjadi secara turun temurun juga harus dipertahankan dalam upaya menuju harmonisasi dengan bencana. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama diantara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta serta masyarakat. Untuk bersama-sama berkolaborasi memformulasikan dan mengimplementasikan rencana tindak (action plan).
Dengan berkembangnya teknologi geomatika, sumber data geospasialpun dapat beragam bentuknya. Selain peta dasar digital, foto udara skala besar (small format) mosaik, citra satelit resolusi tinggi, maupun data posisi GPS dan peta jalan kota merupakan sumber yang data yang sangat penting. Kemampuan untuk menggabungkan data multi-skala dan multi-sumber menjadi suatu basis data hirarkis yang nampak tak berbatas (seamless) di mata pengguna, merupakan prasyarat penting dalam penyediaan data untuk kepentingan daerah dalam pengurangan resiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.
Disari dari berbagai literatur.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :