Aug 24, 2016

Krisis Pemimpin dalam Perspektif Islam



KRISIS ETIKA PEMIMPIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Banyak orang saat ini berambisi duduk di tampuk kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, seperti kita lihat di pemerintahan Indonesia. Makna kekuasaan di Indonesia telah mengalami penyelewengan dan cenderung untuk kepentingan pribadi beserta kronik-kroniknya. Mengantarkan bangsa ini sebagai bangsa yang mudah diobok=obol oleh bangsa lain dan diperparah terjadinya bencana alam, yang turut memperparah keadaan bangsa Indonesia dalam pembangunannya.
Saat ini beberapa daerah di Indonesia sedang melaksanakan pemilihan langsung kepala daerah, dalam perjuangannya untuk mendapatkan sosok pemimpin yang kelak dituntut untuk mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Rakyat harus mencermati siapa yang layak untuk menjalankan amanah penderitaan rakyat, mampu menjalankan kekuasaan itu sebaik-baiknya, bukan mengumbar janji-janji. Karena sudah banyak sejarah memberikan pelajaran bagi suatu pemimpin bangsa bahwa kekuasaan itu tidak ada yang abadi, kadang-kadang dari kekuasaan itu dapat merusak akhlak seorang pemimpin, jika mempertahankan dengan kewenangan untuk kepentingan golongannya. Dalam sejarah kepemimpinan islam telah mengajarkan bagaimana hancurnya kekuasaan khalifah Usman dan pemerintahan Ali Ibnu Abi Thalib. Membuat kesalahan dengan menempatkan kawan dan keluarga (nepotisme) sebagai yang berhak untuk memimpin kekuasaan dengan integritas yag dimiliki oleh pemimpin sangat rendah dengan kualitas moral tidak tertanam dengan baik.
                                                                                                           AMANAH RAKYAT
Amanah penderitaan rakyat telah dilupakan, yang ada bagaimana menempatkan diri dalam jajaran kekuasaan, akibatnya bagaimana rakyat bisa percaya pada pemimpin (pemerintah) bila kepercayaan (amanah) telah dikhianati. Padahal dalam suatu hadist Rasulullah SAW menyatakan ”laksanakan amanah kepada orang yang memberikan kepadamu dan janganlah kamu melakukan penghianatan sekalipun terhadap orang yang pernah menghianatimu”.
Penyakit hati, inilah yang banyak merasuki manusia dalam kehidupannya. Bila terjadi suatu perbedaan sedikit saja akan menimbulkan suatu perbedaan dan kadang-kadang berakhir dengan konfrontasi antara dua belah pihak yang berbeda kepentingan. Disinilah sifat zalim dan amat bodoh yang ada didalam diri manusia seperti sifat sombong, mementingkan diri sendiri, ingin mendapatkan fasilitas negara. Dan Rasulullah beersabda ”Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi saja” (HR. Abu Dawud).
Dengarlah ucapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tentang seorang pemimpin yang bersikap dengki banyak kita temukan ”Diantara tanda-tanda orang pendengki adalah penjilat orang lain manakala orang itu berada didekatnya, menfitnah manakala orangitu tidakberada didekatnya, dan merasa senang apabila ada bencana yang menimpa orang lain”.
Kesombongan manusia itu akan nampak bila tidak pernah mengakui kelemahan dirinya dan banyak mengeluhkan pekerjaan dan sangat berpotensi mengkreditkan kekuasaan Allah dalam kehidupannya, Allah telah berfirman ”Dan sesungguhnya kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi)tidak mau memahami (ayat-ayat
allah), dan mempunyai mata (tetapi) tidak mau melihat (bukti keesaan Allah) dan mempunyai telinga (tetapi) tidak mau mendengar (ajaran dan nasehat). Mereka itu seperti hewan, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai” (QS Al-Araf : 179).
Atau juga sepeti diriwayatkan HR Ibnu Asakin bahwa Rasulullah SAW bersabda ”Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa, waspada terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujut kepada Adam. Waspada terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah satu anak Adam membunuh saudaranya”. Jabatan itu amanah, bukan untuk memperkaya diri dengan cara korupsi, inilah yang terjadi di Indonesia.
                                                                                                                  KRISIS MORAL
Fenomena krisis kepemimpinan bangsa di Indonesia sepertinya sudah kehilangan pegangan iman, kredibilitas dan jati dirinya dimata rakyat sehingga kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat terhadap pemerintah sangat rendah, ini tidak bisa disalahgunakan pada rakyat karena amanah yang diberkan telah menimbulkan persoalan oleh rendahnya tingkat moralitas dan kewibawaan seorang pemimpin yang sebagai sosok figur bangsa.
Namun kenyataan ini, yang kita lihat didalam kepemimpinan di negeri ini, yang terjadi begitu mengguritanya KKN, pelanggaran etika moral, HAM yang tidak pernah terselesaikan masalah hukumnya. Kasus-kasus lainnya seperti money politic untuk kepentingsn diri dan golongannya telah mengantarkan runtuh sebuah integritas dan kredibilitas seorang pemimpin yang akan berimbas langsung pada persoalan kepercayaan dan loyalotas piblik. Ini dapat menghancurkan bangsa karena disebabkan akhlak yang tidak baik. Moral kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan negara dengan memanfaatkan fasilitas negara yang tidak pernah puas.
Krisis moralitas lainnya yang masih banyak ditemukan di era reformasi adalah tidak memahami aspirasi rakyat ketika rakyat sudah dalam hidup kemelaratan ditimpa bencana alam masih saja diantara mereka melakukan pemotongan atau korupsi dana bencana alam. Ini sangat bertentangan dalam perspektif Islam. merampas hak rakyat serta menhujat ketika terjadi perbedaan pandangan politik yang tidak disingkapi dengan rahmat Allah yang pantas disyukuri.
                                                                                      EKSISTENSI HATI PEMIMPIN
Melihat kondisi negara dalam keadaan krisis multidimensi yang terlalu banyak menyediakan ketidakpastian, rakyat saat ini memerlukan pemimpin yang memiliki hati yang bersih dan ikhlas. Hati adalah bagian yang penting dalam diri manusia selepas keberadaan ruh yang menjadi inti dasar dari segala-galanya. Kesehatan dan kebersihan hati adalah suatu hal yang sangat signifikan dalam perspektif islam.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang tidak bersih dan ikhlas tidak akan mau menerima kesalahan dan kebohongan. Tetapi hati yang bersih dan ikhlas akan senantiasa bersama dan membela yang benar. Sesungguhnya dengan matahati yang baik dapat melihat kebenaran orang lain dan kesalahan diri sendiri. Firman Allah ”Wahai orang yang beriman jauhilah diri kamu dari prasangka, karena kebanyakan prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah sebagian kamu mengumpat dan sebagian yang lain. Adakah seorang dari kamu suka memakan bangkai daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian) maka sudah tentu jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, lagi Maha Mengasihani” (QS. Al Hujurat : 12). Coba lihat, ketika kenaikan BBM pasti ada diantaranya memberikan kritikan ”pedas” dapat mengundang kekerasan, padahal ketika ia memimpin kebijakan itu juga ada.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengambil yang jernih dan membuang yang kotor dengan sangat bijaksana, kebaikan dan keburukan bisa muncul dari kehidupan baik dari diri maupun dari orang lain. Bila kebaikan muncul dari diri sendiri hendaklah seorang pemimpin menjadikannya sebagai ibadah kepada Allah dan bukan bertujuan untuk mendapatkan pujian. Dan bila kebaikan itu datang dari orang lain ia harus dilihat sebagai sebuah kebenaran dan kebaikan yang harus dicontoh dan diteladani. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berjiwa esar dan selalu mementingkan kepentingan umat bukan didasarkan kepada kepentingan pribadi. Dengan kharismatik seorang pemimpin yang akan berdampak pada loyalitas publik dan menghindari preseden buruk yang terjadi di negeri ini.
Kalau pemimpin dinegeri ini punya kepekaan hai yang bersih, ikhlas dan tidak congkak pasti ada bukti yang memberikan dampak atas keberhasilannya dalam mengurus pemerintah dan kemaslahatan rakyat seperti akan terlihat kemakmuran, tidak ada penindasan, kezaliman rakyat dan keadilan pembangunan di daerah dan penegakan supremasi hukum terjaga dengan baik dan bisa kita rasakan dalam kehidupan berbangsa, karena rakyat sekarang tidak mau dijadikan ”korban persembahan” dari kekotoran hati seorang pemimpin.
rasulullah dalam sebuah hadist pernah mengatakan kepada Muaz bin Jabal ”Berbuat ikhlaslah kamu niscaya kamu akan mendapat balasannya”, coba kita lihat di Indonesia sangat kontras sekali, ada yang minta uang pelicin, sogok sana, sogoksini, korupsi tidak ada habisnya. Unjuk rasa berakhir dengan kekerasan. Coba anda para pemimpin dari Camat hingga ke pemerintahan pusat renungkan petuah Nabi Muhammad, betapa indahnya memiliki hati yang ikhlas dan bersih.
M.ANWAR SIREGAR
Staff Perusahaan Swasta Konstruksi Dan Rekayasa Civil
Dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN Tgl 6 -05 - 2005

No comments:

Post a Comment

Related Posts :