Titik Lemah Krakatau




GUNUNGAPI KRAKATAU, TITIK LEMAH BOLA BUMI
Oleh : M. Anwar Siregar

PENDAHULUAN
Jumlah gunung api di Indonesia yang aktif ataupun yang tak aktif bekerja ada 400 buah, sedangkan yang masih aktif ada 128 buah. Dari 128 buah ini 70 diantaranya telah bererupsi di masa sejarah. Dari 70 gunung api ini sekarang terdapat 40 gunungapi masih terus menerus berada dalam kondisi erupsi. Gunung api di Indonesia dapat dibagi beberapa kumpulan : 1. Kumpulan Sunda, 2. Kumpulan Banda, 3. Kumpulan Minahasa dan Sangihe, 4. Kumpulan Halmahera, 5. Kumpulan Sulawesi Selatan atau kompleks Botahain.
Gunung api yang digolongkan Kumpulan Sunda, memanjang dari ujung Sumatera Utara melalui Jawa, Bali, Sumbawa, Florest sampai ke Alor. Panjang busur gunung api ini kira-kira 3.800 km. Daerah gunungapi sampai ke Teluk Benggala sehingga dengan demikian panjang daerah vulkanik ini kira-kira 5000 meter.
Gunung api-gunung api yang tergolong Kumpulan Minahasa dan Sangihe merupakan gunung api yang sangat aktif dan dapat diikuti ke Utara sampai Mindanau (Philipina Selatan). Hanya sedikit yang diketehui gunung api yang masuk kumpulan Minahasa dan Sangihe dan jumlah korban manusia yang ditimbulkan oleh erupsi vulkanik. Kumpulan Halmahera terdapat dibagian Tengah dari daerah ini antara Makian dan Tobelo. Gunung api di Halmahera dengan jelas terletak pada suatu garis lurus yang menunjukkan daerah yang lemah atau patahan dalam kerak bumi.
Gunung api yang termasuk dalam Kumpulan Bothain terhitung komplek yang besar, akan tetapi sekarang tidak aktif, yang dimulai dari ujung Pulau Sulawesi Selatan hingga ke Sulawesi Barat dan Tengah.
Di pos-pos gunung api tersebut dipasang alat-alat pencatat getaran-getaran Bumi (seismograf), misalnya di Tangkuban Perahu, Papandaya, Lamongan, Merapi, dan Krakatau. Alat ini sangat berguna, sebab getaran-getaran halus yang terjadi karena persentuhan magma yang sedang naik itu dengan dinding-dinding gunungapi akan terekam dan tercatat, yang pada umumnya menandakan aktivitas meningkat. Dengan demikian dalam batas-batas yang tertentu peledakan gunung api dapat diramalkan.
Oleh dinas gunung api dilakukan pembagian tipe dari gunung api-gunung api di Indonesia yang masih aktif atau telah mulai berkurang aktivitasnya sebagai berikut : Tipe A yakni gunung api yang menunjukkan eruspsi dari tahun 1600. Tipe B yaitu gunung api yang berada dalam stadium solfatara serta Tipe C adalah gunung api yang berada dalam stadium fumarola dengan kolam air panas.

SEJARAH TERBENTUKNYA GUNUNGAPI KRAKATAU
Sejarah Krakatau dimulai dengan sebuah gunung api besar yang disebut juga Krakatau Purba yang terdiri dari batuan andesitan. Terjadilah peledakan yang keras sekali pada kerucut gunungapi tersebut dengan pembentukan lekuk dalam laut oleh pengkalderan secara meruntuh sehingga tinggal sisa-sisanya dari satu sifat gunung api tersebut. Dengan pembentukan lekuk dalam laut, Pulau besar ini tenggelam dalam lekuk itu dan meninggalkan sisa-sisa pulau-pulau kecil.
Kemudian secera eksentris tumbuh pulau kecil dari gunung api purba ini yang merupakan dasar dari pulau-pulau Rakata. Pulau Panjang dan Pulau Sertung. Salah satu pulau ini terjadi satu kerucut yang letaknya eksentris yaitu gunung api yang terdiri dari batuan-batuan basa.
Ditengah-tengah cekungan tumbuh dua kerucut gunung api (Danan dan Perbuwatan) yang membentuk pulau yang akhirnya menyatu dengan Rakata dan disebut Krakatau. Letusan 1680 menghasilkan jenis batuan andesitan asam.
Pada tanggal 20 Mei 1883, setelah dua abad gunung api tersebut tidak aktif, terjadi letusan besar yang mencapai puncaknya pada tanggal 26-28 Agustus 1883. Sekitar 18 km3 batu apung dan abu di hembuskan gunung api Perbuwatan-Danan dan sebagian Rakata musnah oleh peruntuhan, meninggalkan cekungan kaldera yang beraturan, bergaris tengah maksimun 7 km dan sekitar 250 meter kedalamannya.
Peruntuhan tersebut menyebabkan terjadinya gelombang pasang (tsunamis) setinggi 20 m, menyapu daerah pantai Selat Sunda dan Jawa bagian Baratlaut, pembentukan pulau gunung api baru yaitu anak Krakatau, tepat berada ditengah kaldera yang meletus tahun 1883 dan disusun oleh abu hasil letusan Desember 1927.

HIPOTESIS PEMBENTUKAN KALDERA GUNUNGAPI KRAKATAU
Beberapa hipotesis terbentuknya kaldera gunungapi Krakatau yang telah diselidiki oleh ilmuwan gunung api seperti hipotesis Escher, didalam teorinya menyebutkan pembentukan kaldera itu selalu dengan bentuk letusan tipe Perret yaitu dengan tekanan gasnya yang sangat kuat, serta lavanya yang cair, waduk magma yang dalam dan  bersifat merusak. Letusan silinder tersebut akan mengikis dinding diatrema gunungapi, sehingga akan terbentuk silinder ditengahnya. Bahan-bahan yang berada di dinding silinder  akan roboh dan terkumpul dibagian bawah silinder. Sebagai akibatnya, dipermukaan bumi akan terjadi lekukan berbentuk mangkok. Dan sebagai konsekuensi dari teori tersebut, untuk membentuk kaldera yang mempunyai garis tengah 10 km dan kedalaman 250 m, maka diperlukan silinder peniupan yang mempunyai gasris tengah 1000-2000 m dan kedalaman dapur magma antara 15-50 km.
Menurut Van Bemmelen (1929), sebagaimana dengan Escher, mencirikan bahwa untuk pembentukan suatu kaldera diperlukan peletusan tipe Perret, posisi dapur magma letaknya tidak dalam, gas yang sangat berlimpah didalam magma akan meniup lava menjadi abu halus. Dan selama terjadi peletusan, permukaan magma akan turun hingga dapur magma dan terjadi peletusan garis tengah diatrema. Diatrema yang melebar ke arah bawah akan menyebabkan kekosongan dapur magma, sehingga akibatnya akan terjadi peruntuhan atap dapur dan pembentukan kaldera.



Gambar 1 : Pembentukan kaldera krakatau dan posisi letak Krakatau di Selat Sunda di antara dua Pulau Sumatera dan Jawa (Sumber gambar : Internet).

KRAKATAU, TITIK LEMAH BOLA BUMI
Seorang pengunjung berkulit putih kelihatan duduk bersimpuh di hamparan pasir yang lembut ”Ah, betapa kecilnya diriku ini sebagai insan” gumamnya. Ungkapan ini sering disampaikan wisatawan asing dan domestik  yang pernah menginjak kakinya di kawasan Krakatau.
Rupanya wajah anak Krakatau di Selat Sunda yang menjelma dalam bentuk gundukan pasir hitam legam tandus, selalu sanggup membangkitkan rasa takut yang menyelinap didalam sanubari dan secara tidak langsung melahirkan suatu kesan pengakuan atas kebesaran Maha Pencipta, kemampuan Krakatau untuk membangkitkan kesan religius ini adalah mengenang korban-korban letusan gunungapi Krakatau seratus enem belas tahun yang lalu.
Gunung Krakatau sebagai satu keluarga yang terletak tidak berjauhan. Ditengah-tengah terletak anak Krakatau bagaikan anak kecil yang nakal karena setiap tahun pasti bertambah 4 meter. Induk Krakatau sendiri kelihatannya seperti nenek tua yang tubuhnya kelelehan setelah seabad silam isi perutnya dimuntahkan ke udara dan mengejutkan seisi Benua. Tubuhnya dibagian Timur ditumbuhi belukar dan pepohonan lebat, tetapi dibagian Barat bagaikan bekas yang tersayat, daging tanah muncul memerah dan setiap saat siap berguguran ke laut apabila anak Krakatau yang berada didepannya menggoyangkan tubuhnya. Dimasa silam ia merupakan Pulau sepanjang sembilan kilometer yang dikenal dengan nama Rakata, Danan, dan Perbuwatan.
Malapetaka dipagi hari pada tanggal 27 Agustus 1883 itu menghancurkan sebagian besar ”tubuh” pulau itu. Isi perut gunung api Perbuwatan, Dana dan sebagian Rakata dimuntahkan ke udara bersamaan dengan letusan yang terdengar sampai ke Singapura, Perth dan Darwin di Australia, Kuala Lumpur di Malaysia, Bangkok dan Kolombo. Begitu dahsyatnya letusan itu, sehingga menimbulkan gelombang bunyi yang mencakup seperempat permukaan bumi.
Benda-benda dari dalam tanah dengan jumlah 18 km kubik yang merupakan dua per tiga dari Pulau tersebut disemburkan ke angkasa setinggi kira-kira 50 kilometer dan sekaligus menyebabkan pembentukan kaldera dibawah laut dengan garis tengah 7 km dan sampai 250 meter kedalamannya, lontaran keatas dan timbulnya tiba-tiba rongga yang dalam di dasar laut telah mengusik air laut yang tenang. Air laut menjadi bergejolak dan menimbulkan gelombang setinggi 40 meter. Akibatnya luar biasa, ombak ini menggulung apa saja yang berada dekat pantai termasuk penduduk yang kebanyakan hidup sebagai nelayan. Korban yang tewas diperkirakan mencapai jumlah 36.417 jiwa.
Sebagai gambaran betapa kuatnya hempasan ombak, orang masih bisa melihat nasib kapal yang tengah berlabuh di Teluk Betung pada saat amukan ombak itu terjadi, gelombang raksasa itu telah mencampakkan kapal tersebut sejauh 3.300 meter ke dalam hutan. Dengan melihat betapa dahsyat terobeknya perut Bumi di dasar Selat Sunda itu, pantaslah apabila kita katakan titik lemah dari Bola Bumi ini terletak di Krakatau.
Setelah ledakan dahsyat itu, Krakatau kembali tenang dan terasa tinggal sebagian tubuh Rakata yang di kenal dengan sekarang oleh penduduk sebagai induk Krakatau. Sedangkan di tengah-tengah kaldera yang berisi air laut, muncullah Anak Krakatau ini dari tumpukan bahan letusan yang membentuk Pulau setinggi tiga meter dan panjang 175 meter. Pada tahun 1928 Pulau itu hilang kembali di hantam gelombang-gelombanga air laut di Selat Sunda yang usil. Baru pada tanggal 8 Juni 1930 puncak Pulau ini tampak lagi dan terus bertambah sehingga dalam waktu dua bulan mencapai 50 meter dan panjang 375 meter.
Mulai Agustus 1930 Anak Krakatau ini terus aktif, sampai tahun 1953 terjadi letusan setiap tahun. Sesudah istirahat selama lima tahu. Pada tahun 1958 ia aktif lagi kembali untuk mengingatkan manusia agar tidak terlelap, karena letusan yang tidak teratur tetap diperlihatkannya, dan terjadi lagi di tahun 1968 bahkan pada letusan 1975 disertai aliran lava.

TENANG
Dalam masa seratus enambelas tahun setelah Krakatau meletus, bentuk anak Krakatau sekarang berupa gundukan pasir mencapai ketinggian hampir seribu meter, ia terus bertambah dan tidak mustahil suatu saat bisa bersatu lagi dengan induk Krakatau dan kembali membentuk Pulau yang panjang. Tetapi apakah anak Krakatau ini membahayakan? Menurut para ahli gunungapi, ledakan gunungapi Krakatau yang hebat biasanya didahului oleh masa istirahat yang berabad-abad lamanya, sebab itu bolehlah diperkirakan dalam masa seratus tahun mendatang. Krakatau tidak akan meletus lagi secara hebat.
Saat ini gunungapi Krakatau sebagai obyek wisata yang dijual oleh Pemda TK I Lampung. Krakatau memang sangat menarik untuk disaksikan lebih dekat karena selain legendanya dimasa lalu juga sebagai bahan penelitian ilmuwan geologi di bidang kegunungapian untuk menginformasikan gejala kerak bumi yang ada di kawasan lempeng kecil Sunda, yang merupakan wacana yang sangat penting bagi kelanjutan hidup manusia di masa mendatang.

Diterbitkan oleh Majalah ”SAINTEK ITM” Medan Edisi Juni 1996 (Disari dari berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Berbasis Informasi Kerentanan Geologis : Geologi Mitigasi

Membangun Tata Ruang Kota Tahan Bencana : Geologi Mitigasi

Euforia Demokrasi Di Indonesia