Sep 11, 2020

Udara Bumi Berbasis Geodiversity

 BERSIH UDARA BUMI BERBASIS GEODIVERSITY

Oleh : M. Anwar Siregar

Udara kotor sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia dan regional, pelaku bisnis dan perdagangan serta pemerintah itu sendiri. Upaya konkret menghadapi isu perubahan iklim global lebih hanya ke acara seremonial dan banyak debat kusir, kebijakan untuk menekan kebakaran hanya dilakukan jika ada bencana kabut asap. Bukti itu, dapat dilihat pada kejadian bencana kabut asap dan berton-ton sampah beracun jika dikumpulkan akan membentuk gunung laut raksasa.

Pembangunan lingkungan berbasis geo-biodiversity perlu disosialisasikan kepada segenap masyarakat mengingat tatanan geologi dan lingkungan bumi Indonesia memiliki banyak keindahan, keunikan baik yang tampak di permukaan bumi maupun tidak tampak di bawah permukaan bumi atau terselimuti air laut yang hanya dapat diketahui dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi canggih.

Indonesia negara kaya akan sumber daya geologi serta kaya akan keragaman geologi yang merupakan hasil proses pembentukan kepulauan Indonesia selama puluhan juta tahun. Hal ini perlu disosialisasikan dalam pembangunan lingkungan fisik yang berkelanjutan dengan berbasis geo-biodiversity dengan bertumpuk pada sains dasar geologi. Karena di Indonesia saat ini terdapat 170 keragaman geologi Indonesia (geodiversity) dan 33 warisan geologi Indonesia (geoheritage) yang dapat didasarkan dalam pembangunan udara bersih berkelanjutan.

Sangat penting, dan dapat menjawab pengendalian bencana lingkungan melalui pemahaman informasi penting yang terkandung dalam informasi kebencanaan geologi dan informasi penting dalam penyusunan tata ruang sekaligus dapat mendukung upaya konservasi sumber daya bumi untuk kehidupan di bumi terutama bencana geosfer, pembangunan tatanan hijau dapat dibumikan berbasis geodiversity.

GEOPARK UNESCO

Konsep Unesco tentang geopark adalah memberikan peluang untuk mengenal, melindungi, memelihara dan mengembangkan situs warisan geologi, speleologi, arkeologi yang terkemas dalam unsur-unsur bentang alam karst, keragaman dan keunikan berbagai jenis lingkungan, sosial dan budaya akan menjadi pembangunan daerah hijau berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan industri wisata.

Geopark merupakan sebuah konsep manajemen sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup geologi, biologi, sosial budaya dan pariwisata. Pengembangan geopark berpilar pada aspek konservasi dan aspek edukasi, lingkungan dan budaya kearifan lokal sekaligus menjaga keseimbangan paru-paru bumi untuk kehidupan di Bumi.

BERBASIS GEODIVERSITY

Amanah UU Tata Ruang No. 26 Tahun 2007 yang menyebutkan kawasan geodiversity harus dimplementasikan dalam pembangunan lingkungan yang berwawasan geodiversity, yang bertujuan untuk melindungi kerusakan lingkungan dan ancaman bencana serta mengendalikan perubahan iklim global.

Hasil klasifikasi inventarisasi geodiversity dalam UU No 26 tahun 2007, antara lain terdapat tiga kategori: (i) Geosite yakni situs geologi yang terbentuk secara alami dan mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan benilai keilmuan tinggi; (ii) Geotipe yakni objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia (ant hropogenic) yang dapat merusak keberadaannya; dan (iii) Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian penting dan sejarah dinamika bumi.

Intinya, diharapkan para pengelola geopark selalu mengedepankan berbagai peran geopark. Berbagai peran itu dapat dirinci sebagai berikut: Pertama, bumi memberi kita berkah, termasuk sumber daya alam dan keindahan bentang alam. Tetapi sesekali juga memberi bencana besar seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, dan banjir.

Kedua, pendidikan di dalam geopark tentang planet kita yang dinamis menjadi cara yang paling efektif untuk membantu masyarakat setempat memahami cara hidup berdampingan dengan alam. Ketiga, saat ini, masyarakat sedang menghadapi perubahan iklim global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Geopark yang kita miliki mencatat perubahan iklim di masa lalu, sehingga kita harus berada di garis depan dalam perdebatan dengan masyarakat setempat dan para pemangku kepentingan. Kita harus menjadi pendidik dalam hal perubahan iklim, selain harus berusaha supaya dikenal karena menggunakan pendekatan praktek terbaik dalam memanfaatkan energi terbarukan dan memberlakukan standar terbaik untuk “pariwisata hijau”.

BERBASIS LINDUNG GEOLOGI

Banyak potensi geologi lingkungan, seperti kawasan kars dan kawasan lindung geologi, belum dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Sebagian besar potensi geodiversity nasional, berada dalam keadaaan terancam dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini Badan Geologi sedang mengembangkan konsep pemanfaatan berkelanjutan melalui kegiatan: geotourism (geowisata), geopark (taman bumi), ecotourism (ekowisata).

Potensi lingkungan geologi kita yang bersumber dan keragaman bentukan geologi (geodiversity), tersebar di berbagal wilayah fisiografi Indonesia. Potensi geodiversity di Indonesia antara lain dijumpai di Pegunungan Sewu, Sangiran, Karangsambung, Merangin, Maros, G. Rinjani, G. Hobal, Puncak Jayawijaya, Kawasan Nusa Penida, Raja Ampat, Wakatobi, Danau Toba, Danau Siais, dsb.

Membersih Udara di Indonesia dari berbagai emisi butuh kerja keras, salah satu yang diupayakan adalah menjaga taman bumi Indonesia sebagai sumbangsih bagi dunia yang sangat penting untuk kehidupan di Bumi.

M. Anwar Siregar

Geolog, ANS Pemprov Sumatera Utara

No comments:

Post a Comment

Related Posts :