Nov 5, 2018

Bencana Banjir akibat Manusia 2


 BENCANA BANJIR, SEBAB AKIBAT MANUSIA (2)
Oleh M. Anwar Siregar
SEBAB AKIBAT
Sebab akibat manusia dalam sembarangan merusak lingkungan itu jauh sebelum era modern melalui perluasan emperium kekuasaan dengan membangun benteng pertahanan di era teknologi modern ini, maka efek global sudah terasa sangat nyata di era sekarang terutama di wilayah Indonesia.
Gambar : Dampak Banjir Bandang, akibat aktivitas manusia (Dokumen Foto Penulis)
Faktor sebab yang berakibat bagi manusia dari hasil perbuatan manusia adalah terjadinya faktor perubahan sistim ketidakteraturan hujan atau hujan salah musim, maka banjir yang sering terjadi di Madina, Langkat, dan Sibolga, Manado, Bandung dan kota lainnya ketika terjadi curah hujan tinggi, melanda wilayah tersebut mengakibatkan terjadi longsor, longsor dampak alih fungsi lahan, sedangkan hujan tinggi tidak teratur dampak perubahan di hulu. alih fungsi lingkungan hutan di hulu pegunungan atau tata ruang tidak lagi seimbang, tidak terkendali sehingga sungai di pegunungan tidak mampu menahan neraca air hujan yang tinggi, apalagi jika hujan turun dengan deras dan lama.

Faktor inovasi manusia dalam bertahan hidup dalam menjaga kelestarian keturunannya kadang berdampak negatif atau membahayakan kerusakan lingkungan, yaitu mengganggu keberlanjutan ekosistem lingkungan sehingga iklim mengalami gangguan siklus, atau tatanan keteraturan. memicu berkurangnya ketersediaan air bersih, sehingga menimbulkan “bom waktu” bagi datangnya bencana banjir walau curah hujan tidak tinggi.
TATA KEMBALI
Perencanaan tata ruang wilayah merupakan suatu upaya mencoba merumuskan usaha pemanfaatan ruang secara optimal dan efisien serta lestari bagi kegiatan usaha manusia di wilayahnya yang berupa pembangunan sektoral, daerah, swasta dalam rangka mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai pihak yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. Data spasial yang dibutuhkan dalam rangka membuat suatu perkiraan kebutuhan atau pengembangan ruang jangka panjang adalah bervariasi mulai dari data yang bersifat umum hingga detail
Dari gambaran tersebut di depan maka akan nampak gambaran ke depan selanjutnya, akan terlihat gambaran aspek mental bagi ketaatan dalam mempertahankan eksistensi tata ruang yang sudah mengalami kerusakan bencana, seharusnya dijadikan daerah tata ruang pemulihan dalam jangka tertentu, namun tetap tidak diindahkan sehingga menimbulkan problematika klasik yaitu pembangunan banjir dan longsor berkelanjutan alias datang silih berganti, untuk menyapa masyarakat “sampeyan kenapa bisa terjadi bencana dinegeri ini terus menerus?”.
Bencana banjir yang tidak pernah berhenti merupakan wujud dari cermin buruknya tata kelola ruang terbuka hijau lingkungan di berbagai kota di Indonesia., buruknya tata kelola ruang Sibolga, buruknya tata ruang penempatan aktivitas publik di kota Sibolga, buruknya sinergitas antara elemen sehingga sebagai akibat dari perilaku “sebab” oleh manusia, aktivitas manusia banyak menyebakan banjir di kota disebabkan oleh faktor pribadi dan peningkatan ekonomi dengan datang ke kota sebagai para urban (isasi) lalu membangun rumah di tepian sungai sehingga sungai mengalami pendangkalan. Makanya kita masih menikmati banjir bersama.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :