Jan 8, 2019

Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (1)

Belajar dari Tsunami Palu-Donggala (1)

Oleh : M. Anwar Siregar

Gelombang tsunami selalu berhubungan dengan gempa bumi tektonik dan gempa vulkanis di atas maupun di bawah permukaan laut. Ben­cana tsunamis yang melanda Aceh, Asia Selatan dan Afri­ka bagian Timur tahun 2004 masih berhubungan dengan pergerakan lempeng. Hal inilah yang menimbulkan gem­pa tektonik dahsyat pada abad 21, dan termasuk gem­pa yang terbesar.

Pergerakan dan peruntuh­an lempeng yang menimbul­kan getaran sejauh ribuan ki­lometer ini telah berdampak pada kenaikan permukaan pantai di beberapa wilayah di pantai Timur Sulawesi dan Ma­luku. Hal ini telah teraku­mulasinya ko-seismik pada sesar-sesar lokal di bagian se­latan pantai Halmahera akibat gempa di Sulawesi Tengah.
Peristiwa tsunami di Palu dan Donggala Sulawesi Te­ngah secara sekilas disebab­kan terjadinya gempa di dasar laut. Pergerakan lem­peng sa­mudera akan me­nimbulkan ruang kosong di dasar samu­dera yang me­nyebabkan air tiba-tiba surut. Geseran batu­an di dasar laut akan meng­hasilkan deformasi tektonik pada sesar geser, terutama pa­tahan Palu-Koro yang meng­hasilkan devormasi vertikal.
TSUNAMI: KM Sabuk Nusantara 39 terdampar hingga daratan akibat gelombang tsunami di desa Wani, Pantai Barat Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah menelan korban sedikitnya 2.000 jiwa.
Deformasi Sesar Geser
Gelombang seismik dapat terjadi akibat gang­guan vul­ka­nisme dan gempa tektonik yang disebab­kan pergeseran dasar laut secara vertikal. Ketika sebuah lempeng ber­geseran terhadap satu sama lain, maka terbentuk sebuah sesar geser. Dalam hal ini se­sar Palu Koro yang meng­alami sesar geser (thrust fault), karena air itu tidak da­pat dipadatkan.
Akibatnya, seluruh air da­ri dasar sanmpai ke permukaan bergerak berarak dari daerah seismik. Di Pantai atau Sa­mudera terbuka, gelombang-gelom­bang air membentuk ketinggian tidak lebih dari 60 inci. Bila energi potensial gelombang sema­kin bertam­bah, maka semakin cepat gelombang itu berarak secara teratur, karena kecepatan ge­lombang sama dengan akar kwadrat hasil percepatan dan ke­dalaman. Selain itu ada fak­tor yang mendukung laju kecepatan gelombang tsunami ke daratan, yaitu mor­­fo­­lo­gi pantai. Morfologi pan­tai Palu dan Donggala sangat ideal untuk laju kecepatan tsunami.
Tsunami terjadi bila re­tak­an pada batuan kerak atas menyebabkan dasar laut tu­run dengan cepat sekali (sesar turun). Permukaan air laut di atasnya juga turun, yang me­nyebabkan gelombang laut me­ngalami gangguan di dae­rah seismik, lalu bergulung dengan cepat. Hal ini dise­bab­kan air digerakkan oleh kegiatan tektonik yang me­muat seluruh gerakan air di da­lam perputaran air lalu di­dorong keatas.
Karena energi kenetik dari perputaran air, maka gelom­bang akan terbagi merata ke seluruh kedalamannya ketika mencapai daratan. Semakin ting­gi gelombang, maka akan meng­ubah energi ke­ne­tik tadi menjadi energi po­tensial. Sebab pantai yang bentuknya curam meng­alami perubahan yang maksimal, karena tidak ada gelombang yang melemah sehingga kekuatannya menjadi berlipat ganda.
Untuk daerah lepas pantai, panjang gelombang tsunami bisa mencapai puluhan sam­pai ratusan kilo­meter, namun tinggi rendahnya gelombang tergan­tung pada energi skala magnitudonya yang dihasil­kan oleh gempa tektonik. Contoh sekilas bisa dilihat dari pantai di kawasan Banda Aceh, dengan perban­dingan pantai di kawasan Palu dan Donggala, gelom­bang air tsunami menerus ke dalam se­jauh enam kilometer.
Sesar ini menandakan tem­pat dimana Samudera Pasifik dan Samudera Hindia bergerak ke utara dan timur terhadap daratan yang diam. Contoh sesar geser ini adalah Patahan San Andreas dan Sesar Pantai Barat Sumatera serta Patahan Palu-Koro-Ransiki.
Tekanan tektonik yang tak henti-hentinya berarti batuan itu terus menerus bertukar tempat di dalam laut seperti pada gempa dan tsunami Pa­lu-Donggala di Laut Sulawe­si, yang memung­kin dapat terjadinya tsunami ke Palu-Donggala.
(Penulis adalah pemerhati tata ruang lingkungan dan energi gosfer) (AM 2018)

No comments:

Post a Comment

Related Posts :