Menyelamatkan Laut Indonesia Untuk Dunia
MENYELAMATKAN LAUT INDONESIA UNTUK DUNIA
Analisa/ferdy
BIOTA LAUT: Penyelam mengamati dan mengabadikan aneka jenis terumbu karang dan biota laut lainnya saat melakukan penyelaman di Taman Laut Rubiah, Sabang, Aceh, belum lama ini. Ancaman akan rusaknya terumbu karang di perairan Indonesia masih saja terjadi hingga berdampak pada hancur ekosistem biota laut dan menurunnya jumlah ikan.
Oleh: M. Anwar Siregar
Ketahanan lingkungan laut Indonesia kini diambang kritis dan semakin buruk. Hal ini disebabkan pengelolaan dan pengawasan kebersihan lingkungan di laut Indonesia sangat rendah.
TINGKAT kebersihan laut Indonesia di sekitar pelabuhan besar sangat rendah. Tumpukan sampah yang dibuang penumpang kapal ditambah tumpahan minyak mengambang di permukaan laut.
Sumber Hidup
Hasil kajian Word Wild Life Fund (WWF) Internasional menyebutkan, berbagai perubahan salinitas di laut Indonesia mengakibatkan puluhan juta orang berpindah akibat merosotnya kualitas laut dan air di pedesaan kawasan pesisir.
Kemerosotan kualitas laut ini disebabkan jutaan ton kotoran berupa sampah plastik dan non plastik, tumpukan minyak serta rusaknya terumbu karang sebagai sumber penghasil kehidupan bagi berbagai jenis spesies ikan dan plankton.
Menurut catatan WWF, sekitar 18.96 persen penduduk Indonesia tinggal di pesisir hingga 100 km dari pantai. Kondisi ini mencerminkan pula betapa penduduk negeri ini sangat tergantung dengan kesehatan ekosistem yang ada di pantai.
Namun kenyataan saat ini, laut di Indonesia menjadi ironi, karena menjadi “santapan” nelayan asing. Para nelayan kita lebih suka menangkap ikan dengan menggunakan pukat dan bom kimia yang akan mematikan sumber daya kehidupan di laut.
Rusaknya ekosistem terumbu karang merupakan salah satu faktor penyebab jumlah peningkatan kemiskinan nelayan di beberapa negara berkembang, termasuk di Indonesia. Eksosistem terumbu karang merupakan ekosistem biologi untuk kehidupan bagi sekitar 50% jenis ikan dan plankton.
Ancaman Pencemaran
Lebih 5 milyar barrel cadangan minyak yang belum dieksplorasi di laut Indonesia, dan masih terus dicari cadangan yang lain. Industri perminyakan terus melaju dengan prinsip dapat satu sumur, maka seribu sumur eksplorasi wajib ditemukan.
Dari gambaran prinsip tersebut, terdapat jalur logistik peralatan pemboran yang membutuhkan daya angkut tinggi, dan luas penyebaran di laut zona eksplorasi ternyata dapat juga menghasilkan masalah lingkungan. Transportasi minyak melalui jalur laut mempunyai resiko tinggi terhadap tumpahan bahan bakar minyak ke perairan laut. Diperkirakan tumpahan minyak dapat mencapai 100 ribu kubik ton BBM per tahun di hampir seluruh laut Indonesia.
Belum lagi tumpahan minyak dari daratan yang mencapai lautan melalui aliran sungai dan terbawa oleh air hujan. Bukti gambaran ini banyak dilihat di Selat Malaka, Selat Karimata, Laut China Selatan, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Lombok, Laut Arafuru dan Teluk Cenderawasih.
Selat Malaka, misalnya, dilewati tanker raksasa yang sekitar 70 persen mengangkut minyak ke Teluk Persia, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat dan Eropa. Tumpahan minyak sudah pasti pula mengalir ke sepanjang Selat Malaka dan masuk ke laut Indonesia. Hal ini dapat membunuh jutaan makhluk kerang dan plankton karena kandungan penyusun minyak mengandung toksin dari unsur benzena dan toluena. Kita tahu, laut Indonesia memiliki lebih 1,1 juta spescies plankton, sepertiganya menetap di kawasan terumbu karang. Indonesia yang memiliki terumbu karang terbesar pun mengalami ancaman kepunahan, termasuk beberapa habitat laut lainnya.
Habitat laut Indonesia kini ini banyak rusak. Hal ini akibat tumpukan sampah plastik yang mengandung racun dan limbah berbahaya seperti B3 atau lainnya susah yang diurai oleh organisme laut. Selain itu ada juga akibat penangkapan ikan dan penghancuran terumbu karang dengan menggunakan zat kimia atau bom.
Tekanan dari berbagai bahan kimia ini dapat memusnahkan kehidupan laut. Perlombaan persenjataan di lautan oleh beberapa negara “nuklir” dapat juga memberikan efek pada penurunan potensi pengembangan ekonomi wisata di laut Indonesia.
Penghancuan habitat laut Indonesia tidak bisa dibiarkan. Indonesia yang memiliki laut dan pantai terpanjang di dunia dengan ekosistem terumbu karang terpanjang dipermukaan bumi merupakan sumber kehidupan bagi 45 persen berbagai jenis ikan dan makhluk laut lainnya.
Laut Indonesia merupakan sumber oksigen bagi paru-paru dunia dengan lepasan oksigen bersih ke atmosfir sekitar 80 persen dari total oksigen bersih di kawasan khatulistiwa, selain oksigen dari kawasan tropis di daratan hutan-hutan di sejumlah pulau Indonesia.
Oksigen laut Indonesia merupakan bagian dari sumber kehidupan bagi habitat terumbu karang dan berfungsi menjaga keseimbangan oksigen di kawasan khatulistiwa hingga ke kawasan Asia Pasifik dengan radius 1.200 km. Habitat laut sangat rentan terhadap perubahan suhu tropis, termasuk ketika terjadi kebakaran yang menghasilkan kabut asap tahunan, sehingga mengurangi potensi sumber ekonomi pendapatan nelayan.
Untuk itu perlu program penyelamatan habitat laut di Indonesia. Salah satu prioritas adalah penyelamatan terumbu karang yang mengalami kehancuran. Program perluasan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) setiap 10 juta hektar-20 juta hektar hingga tahun 2020 diharap dapat mengurangi kerusakan lingkungan terumbu karang, sekaligus menekan emisi di atmosfir.
Harus Dijaga
Program KKLD ini perlu, mengingatkan terumbu karang sangat penting bagi sumber kehidupan 50 persen populasi dunia di pesisir pantai. Terumbu karang merupakan kawasan dengan areal yang mencakup 30 persen permukaan laut di dunia. Di dalamnya terdapat 76 persen spesies karang yang membentuk terumbu karang dunia dan 35 persen spesies ikan karang.
Ekosistim Laut Indonesia harus dijaga dari berbagai eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Perlu pula program berkaitan dengan ekonomi pembangunan yang mengadopsi strategi adaptasi keberlanjutan untuk ekosistem menghadapi perubahan iklim global yang dampaknya semakin terasa bagi kehidupan di bumi. Selain itu dibuat kebijakan yang mendukung upaya penyelamatan terumbu karang pada kawasan Samudera Indonesia, sekaligus menjaga pulau-pulau pesisir dan pulau perbatasan terpencil dari ancaman degradasi ataupun intrusi gelombang air laut.
Kemudian perlu pendanaan konsisten untuk menjaga kesehatan lingkungan laut yang semakin menurun dengan penguatan kapasitas global sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat menurunkan emisi gas rumah kaca yang rentan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Tujuannya juga untuk mengendalikan kenaikan muka air laut.
Upaya penyelamatan ekosistem terumbu karang sebagai daya dukung laut Indonesia dari kehancuran harus dijadikan sebuah isu dalam pembangunan poros maritim. Dampak kehancuran itu juga dapat mengancam kehidupan sekitar 80 juta jiwa penduduk sekitar pantai.
Dengan demikian dapat dilakukan konservasi laut jangka panjang dengan menerapkan manajemen pengelolaan sumber daya laut dan daerah pantai melalui pendekatan ekosistem, serta memperkuat kemitraan global untuk pembangunan laut berwawasan lingkungan.
Menyelamatkan laut Indonesia memiliki efek kompleks sangat tinggi, karena langsung maupun tidak langsung dapat mengendalikan iklim global serta menjaga lautan dan pulau kecil NKRI dari ancaman pemanasan global dari lautan.
Tulisan ini sudah di Publikasi Di HARIAN ANALISA MEDAN, 23 April 2017
Komentar
Posting Komentar