Apr 1, 2017

Fenomena ENSO di Khatulistiwa

FENOMENA ENSO di KHATULISTIWA
Oleh : M. Anwar Siregar
Perubahan iklim dan cuaca diakibatkan terganggunya sistim peredaran udara, terimbaskan pada kehidupan manusia didaratan. Perubahan iklim terutama pada daerah tropis yang banyak melahirkan badai tropis dan membesar di luar kawasan tropis khatulistiwa dan mampu memindahkan benda-benda sejauh lebih 100 kilometer. 
Hujan salah musim yang sering terjadi di kawasan khatulistiwa telah menimbulkan bahaya banjir, dan belum berakhirnya musim hujan, datang lagi badai tropis berupa angin kencang, selaras dengan itu, dibelahan bumi lain mengalami musim kemarau yang berkepanjangan.
DINAMIKA LAPISAN ATMOSFER
Gerak bumi menimbulkan perbedaan panas antara tempat yang mempunyai latitude rendah di Bumi dan juga terdapat perbedaan lapisan-lapisan atmosfir, yang akan menentukan hembusan gerak angin berkecepatan tinggi ke arah tekanan udara rendah. Pada lapisan traposfer terdapat udara yang berhembus secara horizontal maupun vertikal, dimana gerakannya anti siklon maupun siklon (etxtrim mobility). Suhu udara yang selalu berubah-ubah, yang berubah bentuk melalui proses kondesasi menjadi awan, hujan dan salju.
Didalam lapisan traposfer, banyak terkandung jumlah debu yang umumnya berupa sumber polutan seperti pembakaran hutan, batubara, hasil letusan gunungapi, akan mudah terhembus oleh angin dari berbagai permukaan bumi, karena ketinggiannya dekat permukaan bumi, berakibat permukaan lapisan traposfer berubah menjadi gelap atau kelabu dan akan sedikit mengurangi isolasi permukaan bumi.
Faktor lain penyebab banyaknya perubahan cuaca di lapisan atmosfir bumi adalah panas yang terdapat didalam lapisan bumi. Disebabkan pada setiap lapisan di dalam bumi memiliki sifat kekentalan yang berbeda dan tidak merata dan menghasilkan penghantaran panas ke udara atmosfer juga berbeda pada setiap geografis. 
Dengan perbedaan ini, ada udara yang naik membumbung tinggi sampai pada suatu tahap altitude yang tinggi diatas suatu wilayah. Secara bertahap udara mendingin dan menjadi berat, dan akibatnya udara mulai balik ke permukaan bumi. Inilah yang menimbulkan sirkulasi : Udara panas membumbung ke atas, sedangan udara dingin turun ke permukaan bumi. Tetapi ada juga bergerak horizontal, dikenal sebagai angin. Selanjutnya angin bisa datang berhembus dari tempat berbeda sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang tidak konstan/temporer didalam kondisi-kondisi lapisan atmosfir Bumi.
FENOMENA ENSO
Kondisi iklim di daerah kepulauan yang dikelilingi lautan yang luas seperti Indonesia, Philipina dan Inggris sangat dipengaruhi oleh kondisi ekstrem oleh gejala El Nino Southern Oscilation atau ENSO. Perubahan kondisi perairan laut Indonesia banyak disebabkan oleh gejala ini terutama di Indonesia bagian Timur yang berbatas dengan Laut Pasifik dan Australia
Pantai Barat Sumatera dari Kepulauan Enggano menerus ke utara Aceh yang dipengaruhi oleh anomali Lautan Samudera Hindia atau Indian Dipole Mode Positif Event (IDME) dan pergerakan lempeng-lempeng bumi yang mempengaruhi curah hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia. Perubahan ini semakin menambah kerumitan, dampak dari pergeseran sumbu bumi oleh megatrusth gempa di mulai dari Aceh 2004, Chili 2009, dan Jepang 2011. Pergeseran ini juga berdampak pada posisi koordinat, perbedaan waktu serta arah kiblat dibeberapa kawasan dipermukaan bumi, sangat mempengaruhi dinamika dari ENSO di garis khatulistiwa. Banyak badai topan kini melanda beberapa kawasan di Pasifik hingga ke Pantai Barat Amerika.
La LENA (Si Dingin)
Badai El Lena atau ENSO El Lena [La Nina/ Si Banjir] adalah sebuah julukan terhadap suatu fenomena alam terhadap menurunnya suhu permukaan air laut atau dingin diwilayah Pasifik bagian Tengah hingga dibawah toleransi. Penurunan suhu juga dibarengi oleh penguatan arus naiknya suatu permukaan air laut akibat gejala panas [El Nino] dari perubahan-perubahan iklim yang menimbulkan dan mencairnya es, runtuhan salju es dibeberapa pegunungan yang banyak terselimutkan es.
Kondisi akan diikuti oleh munculnya tiupan angin pasat yang kencang di kawasan Pasifik. Kondisi suhu ini menyebabkan kondisi suhu air laut di Pasifik bagian Barat naik. Peningkatan kenaikan permukaan air lautan akan meningkatkan resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan global telah meningkatkan suhu permukaan air laut berkaitan langsung dengan badai dan topan ganas sering melanda negara-negara tropis.
Negara-negara di Pasifik, daratannya langsung berbatas dengan air laut, akan menghadapi suatu kendala berupa banjir dan angin puting beliung, karena memanasnya suhu air laut akan meningkatkan suhu permukaan bumi, bertambah tinggi berarti juga melajukan peningkatan erosi pantai. Perbandingannya, bila lautan telah mengalami peningkatan/naik permukaan sebesar 10 cm berarti akan hilang sekitar 10 meter pantai.
Kekuatan dari badai tropis Lena mulai dari 550 milibar hingga 980 milibar. Muncul di daerah Samudera Pasifik, Laut Maluku dan Teluk Australia, lalu bergerak cepat kearah Barat, disebelah selatan Pulau Jawa atau Samudera Indonesia, El Lena akan bertemu dan bergabung dengan beberapa badai tropis, dikenal sebagai badai tropis yang termuda di kawasan-kawasan Pasifik. Mereka menggabungkan kekuatan untuk mengamuk disekitar daerah tropis yang akan mengalami peningkatan suhu yang dingin berubah menjadi suhu yang tinggi.
Bila dilihat dari data BMKG melalui gambar satelit yang ada, terpantau posisi berada pada koordinat 15-17 Lintang Selatan dan 125-130 derajat Bujur Timur, untuk mendekati barat daya dan terus kearah Timur. Dimana wilayah ini terdapat wilayah Asia rentan hantaman badai tropis seperti amukan si Betty, Sandi, atau Bopha yang sering terjadi di Philipina, terus pergi ke Bangladesh atau juga menghantam wilayah Indonesia berupa angin puting beliung. Karena diperparah oleh kondisi awan yang tebal dan menimbulkan penarikan kekuatan dengan kecepatan 40 knop atau 70 km per jam.
Wilayah yang tidak mengalami peningkatan naik suhu permukaan air laut, justrunya mengalami pendinginan akan menimbulkan efek siklon di Australia dan Pasifik yang akan menghasilkan badai Hurricane dengan banjir yang luar biasa seperti yang terjadi di Ekuador dan Peru pada tahun 1982, sebaliknya di Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang.
EL NINO (Si Panas)
El Nino/Kemarau ini termasuk gejala alam. Akibatnya banjir dan sanggup menenggelamkan beberapa pulau atau desa-desa seperti di wilayah Indonesia yang berhubungan dengan lautan dan topografi rendah atau hampir bersentuhan dengan air laut.
Kebalikan dari El Lena, El Nino julukan fenomena alam yaitu karena peningkatan suhu permukaan laut atau memanasnya air laut yang timbul karena mencairnya es, dimana es yang ada di kutub berfungsi sebagai pengimbangan suhu tetap dengan kondisi netral berubah menjadi air dan bergabung untuk meningkatkan ketinggian permukaan air laut. Dampaknya musim panas.
Karena ulah manusia dengan teknologinya yang banyak menyebarkan zat-zat terhadap lapisan ozon yang berfungsi untuk mencegah lapisan ultra violet ke kutub selatan secara langsung memanaskan es berubah mencair. Setelah itu bagian kawasan ini mengalami pendinginan. Dilain pihak, di Samudera Pasifik mengalami pemanasan laut yang tinggi, gejala ini kemudian berkembang menjadi arus panas yang menjalar ke wilayah khatulistiwa terutama diwilayah Indonesia yang terletak di garis equator sehingga menyulitkan peramalan perkiraan cuaca.
Ulah El Nino akan mengakibatkan munculnya berpuluh kali musim kemarau yang panjang dan kering seperti yang pernah dialami oleh Indonesia tahun 1982-1983.
Gejala El Lena di Indonesia kadang dimulai cepat, kadang juga lambat dan tidak teratur atau tidak bergantung kalender bulan, begitu dengan fenomena El Nino, biasanya terjadi di bulan Desember sampai Januari kini tidak beraturan karena berkaitan dengan perputaran bumi dan sistim arus laut yang terdapat di Samudera Pasifik, sehingga Pantai Timur Afrika menjadi hangat, sementara suhu muka laut di Sumatera hingga ke selatan Nusa Tenggara mendingin.
Musim banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi, jika terjadi longsoran yang dilalui oleh banjir bukan akibat curah hujan yang tinggi melainkan memang akibat penggundulan hutan, fenomena Enso La Nina dan La Nino adalah akibat kondisi dinamika atmosfir yang telah mengalami gangguan oleh dampak aktivitas manusia di era millenium kimiawi yang banyak menyebar ke angkasa raya.
Tulisan ini sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN, Tgl 19 Maret 2017

No comments:

Post a Comment

Related Posts :