Jan 23, 2017

Mebidang Karo Tidak Aman Gempa

MEBIDANG-KARO TIDAK AMAN GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar
Anda merasakan gempa diwilayah Deli Serdang dalam selang hampir empat bulan ini? Dengan intensitas kekuatan gempa terus meningkat? Penulis merasakan dua kali gempa di wilayah Deli Serdang dan gempa yang terjadi pada malam hari senin tanggal 16 januari 2016 terasa lebih kuat lagi dengan kekuatan mencapai 5.6 SR. Guncangan itu dinikmati saat penulis lagi makan malam dan merasakan meja makan bergoyang ke kanan ke kiri beberapa detik sehingga penulis tersadar cepat untuk memberitahu keluarga dalam hitungan detik harus segera terburu-buru ke halaman depan rumah. Guncangan itu juga di rasakan warga Medan, Sergai dan Tebing Tinggi setelah penulis kontak kolega dan merasakan gempa intensitas IV MMI atau kita merasakan meja bergoyang kuat, lampu yang tergantung pada platfon ikut menari-nari dan tiang listrik terasa mau tumbang.
Mengapa guncangan gempa di Deli Serdang terasa kuat? Wilayah Deli Serdang menyimpan energi kuat gempa dan meningkat pada kejadian sekarang setelah gempa berkuatan 4.3 SR yang lalu. Tekanan gempa meningkat karena beberapa fakta geologi yang membelah wilayah Deli Serdang berada dalam zona kegempaan Karo dan Patahan melingkar di Wilayah Langkat yang telah tercacatkan oleh beberapa patahan yang memotong geomorfologi daerah tersebut, guncangan memang berlangsung dua atau tiga detik namun sudah cukup membuat masyarakat panik, Gempa terasa di Medan itu mencerminkan satu ke satuan hubungan blok batuan yang membentuk pola tata ruang.
Perhatian pembangunan yang berbasis bencana gempa penting untuk diimplementasikan sehingga dapat mengurangi bencana. Apalagi diwilayah Deli Serdang terdapat Bandara Internasional Kuala Namu, ketika gempa Deli Serdang yang berpusat disekitar Sibolangit-Tiga Juhar ini menunjukan betapa vitalnya lokasi sarana perhubungan agar mobilitas bantuan dapat terakomodasi ke daerah rawan bencana.
PATAHAN DELI SERDANG
Konstelasi kerentanan gempa di wilayah Deli Serdang merupakan bagian dari satu ke satuan daerah rawan gempa di wilayah Mebidang, yang berkaitan dengan kondisi dinamika tatanan geologinya yang memang sudah rawan bencana. Terlihat dari gempa Januari 2017 areal guncangannya mencapai lebih 45 km yang terletak di barat daya Kabupaten Deli Serdang sejauh 28 km dan 31 km barat daya Binjai serta 33 km timur laut Kabupaten Karo dan 37 km barat daya ke kota Medan dengan kedalaman 10 km. Gempa dangkal yang cukup kuat untuk menghancurkan bangunan yang tidak dirancang tahan gempa atau minimal bangunan tidak dirancang gempa berkekuatan 6.0 Skala Richter. Dan gempa ini merupakan kelanjutan periode gempa 2016, ada peningkatan skala kekuatan gempa, diprediksi pergeseran lempeng di Bumi Deli Serdang terus semakin tertekan dengan adanya akumulasi energi di ruas patahan Renun yang melintasi Tanah Karo.
Zona rawan gempa di wilayah Deli Serdang masih berkorelasi dengan zona patahan di wilayah Tanah Karo, patahan di wilayah Deli Serdang yang terdekat ke inti ibukota Kabupaten yaitu Kota Lubuk Pakam berada dalam radius 35 km di Patahan Tiga Juhar di kecamatan STM Hulu yang melintasi kecamatan STM Hilir dan Tanjung Morawa. Patahan Sibayak yang membelah sebagian daratan Tinggi Karo ke Sibolangit akan memberikan respon tekanan ke Daratan Deli Serdang dalam hal ini ke zona patahan Sibolangit.
Patahan Sibolangit yang melingkar menuju kecamatan Pancur Batu dan langsung tenggelam atau tertimbun di bawah tanah di wilayah Medan Tuntungan. Patahan di Sibolangit itu masih bersentuhan dengan kondisi patahan yang membelah Brastagi dan Sibayak dan ke Patahan Tiga Juhar yang menurun ke arah tenggara menuju kecamatan Tanjung Morawa dan Deli Tua, dan Patahan Deli Tua membelah daratan rendah ke arah barat daya Kota Medan. Semua guncangan gempa yang terjadi di wilayah Deli Serdang akan terasa kuat di Kota Medan dan Binjai.
Patahan Brastagi-Sibolangit-Tiga Juhar-Pancur Batu dan Deli Tua di belah oleh rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan geomorfologi jurang terjal, air terjun dengan ketinggian di atas 10 meter serta gawir-gawir sesar atau cermin sesar (bekas longsoran yang berdimensi panjang mencapai 5 km) yang membentuk triangular face itu sangat rentang longsor di sepanjang jalinsum ke lokasi wisata di Brastagi-Sibolangit.
BUKTI TIDAK AMAN
Untuk memastikan bukti bahwa Mebidang sekitarnya tidak aman dari bahaya gempa dapat kita lihat dari kondisi geologi daerah di ruas patahan Renun yang membelah tata ruang bumi Sumatera Utara yang membentang dari Aceh Tenggara membelah dan melintasi salah satu wilayah pasangan Mebidang yaitu Kabupaten Karo dan Deli Serdang, merupakan ruas terpanjang patahan yang berada di wilayah Sumatera Utara. Satu segmen lainnya yang mengancam wilayah Mebidang adalah gugusan patahan yang menerus ke pantai timur Sumatera Utara di wilayah Kabupaten Langkat atau Patahan Bahorok.
Energi patahan yang terjadi di wilayah ini akan merambat secara melingkar sesuai dengan arah patahan di wilayah masing-masing dengan menjauhi titik pusat gempa. Gempa di wilayah Deli Serdang itu menjauhi dengan mendekati wilayah-wilayah Mebidang dimana terasa getaran gempa mencapai wilayah Medan sejauh 37 km, wilayah Tebing Tinggi dan Sergai mencapai 40 km dan wilayah Binjai mencapai 31 km serta wilayah Karo mencapai 33 km dari pusat gempa. Intensitas gempa akan meningkat jika merambat ke wilayah patahan gempa Karo akan ada penggandaan kekuatan seismik yang berbahaya akibat massa batuan yang tidak kompak sehingga menimbulkan kerusakan yang masif bagi bangunan.
Wilayah tata ruang Mebidang itu tidak dirancang berbasis gempa. Jika gempa bumi berulang dengan peningkatan intensitas gempa berlipat dipastikan ada kehancuran yang lebih luas karena beberapa fakta antara lain pertama kondisi batuan, bahwa lebih 50 persen wilayah Karo dan Medan tersusun oleh batuan yang tidak kompak dan telah mengalami pencacahan akibat gempa-gempa terdahulu, tatanana geologi batuan wilayah Deli Serdang lebih 60 persen tersusun oleh tanah-tanah rawa dan sebagian batuan endapan letusan gunungapi yang telah mengalami ubahan sehingga kecepatan gelombang gempa terus meningkat, peningkatan energi seismik gempa telah mencapai 5.6 SR.
Jadi faktor bencana yang paling utama mengancam wilayah Mebidang adalah jenis bencana geologis gempa dan erupsi gunungapi.
Kedua, terdapat pergerakan a-seismik pada lokasi di sekitar daerah rawan longsor dengan getaran gempa kecil dari erupsi Sinabung. dan di bawah bumi Deli Serdang dan Tanah Karo ada struktur pergeseran lempeng yang saling memotong atau bersilangan hingga ke wilayah Langkat. Merupakan fakta kedua merupakan faktor jenis bencana kedua yang mengancam wilayah Mebidang adalah bencana klimatologis
Ketiga, sebagian besar bangunan di wilayah Mebidang tidak di rancanag gempa, beberapa mal telah mengalami robohan platfon, belum lagi dinding banyak mengalami retak, bangunan rumah dan toko juga banyak tidak mengikuti kaidah konstruksi yang berbasis gempa, serta infrastruktur jalan mudah mengalami peretakan yang lebih dalam, sebagian wilayh jalan di Medan dan Binjai merupakan daerah tanah yang labil dan bekas zona endapan kelanjutan patahan tidak aktif di wilayah Medan Tuntungan dan Pancur Batu.
Jadi fakta ke tiga merupakan faktor jenis bencana ketiga adalah man made disaster
Keempat, kepadatan penduduk yang terus meningkat di daerah rawan bencana sehingga akan memberikan tambahan beban tekanan tanah dan mitigasi yang belum membudaya dalam membangun tata ruang bencana. Terlihat banyak penggundulan hutan di hulu wilayah Brastagi dan Sibolangit hingga akan memberikan akumulasi penggandaan bencana alam bagi tata ruang Mebidang., dan merupakan fakta keempat dari jenis bencana Eko-Sosial.
Belajar dari kondisi ini, seharusnya paradigama pembangunan konstruksi sudah harus berlandasan pada informasi geologi, dan sebagian besar kepadatan penduduk berada di pinggiran antar kota dalam Mebidang dan jangkauan areal eripsi gunungapi, getaran gempa dan kiriman maut banjir bandang. Dan tata ruang Medan, Deli Serdang, Binjai dan Karo seharusnya ada sinergitas dalam mengurangi dampak bencana baik dalam bentuk bencana gempa bumi, maupun dalam bentuk bencana banjir serta banjir bandang.
M. Anwar Siregar
Enviroment Geologist, bekerja sebagai ASN
Tulisan ini sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN, Tgl 20 Januari 2017

No comments:

Post a Comment

Related Posts :