Dec 17, 2017

Gempa Iran dan Building Code Gempa


Gempa Iran dan Building Code Gempa

Oleh M. Anwar Siregar



Terjadi lagi gempa, kini giliran Iran-Irak dengan kekuatan 7.3 SR, gempa yang cukup kuat dan renungan bagi In­do­nesia untuk selalu mem­per­siap­kan ke­waspadaan dini terhadap ben­cana geo­logis, sebab tatanan geografis gem­pa le­bih mendominasi ancaman bagi ke­­han­curan tata ruang kota yang ada di In­do­nesia, terbukti Aceh, Nias, Padang, Yog­­ya­karta dan beberapa kota lainnya di In­donesia telah merasakan dampak dah­­syat gempa bumi dengan kerugian men­­ca­pai ratusan milyar dan berakibat de­­ngan menurunnya kualitas tata ruang ling­­kungan.

ilustrasi


Tatanan Gempa Iran
Gempa Iran-Irak dengan kekuatan 7.3 SR dan terasa getaran mencapai wilayah Mediterania, merupakan indikasi masih ada kekuatan gempa yang masih me­ngan­­cam wilayah Iran-Irak dan Turki ser­ta beberapa kawasan di Arab, dan Asia Selatan.

Gempa Iran tidak ada hubungannya de­ngan banyaknya terjadi gempa di Eropa terutama di wilayah Italia yang ber­­ada di titik jantung gempa Eropa, na­mun sesungguhnya di sebabkan oleh per­gerakkan Lempeng Eurasia dan Lem­peng Arab yang mendekati Lempeng Asia dan dimana Pa­tahan Pegunungan Zagros dan Patahan Anatolia yang mem­belah kawasan Iran-Irak, Patahan Pegu­nu­ngan Zagros adalah pegunungan de­ngan panjang patahan mencapai 1.500 km, dari Iran barat laut dengan berbatas de­ngan Irak sekaligus membelah kedua negara tersebut, dan merupakan daratan tinggi Iran yang berakhir di Selat Hormuz
Iran termasuk negara dengan keren­ta­nan gempa yang tinggi karena setting geo­loginya dikeliling pembentukan rang­kaian sabuk pegunungan yang banyak meng­alami peli­patan (fold trust belt), dibentuk oleh dua tumbukan lempeng tektonik yaitu, Lempeng Eurasia dan Lempeng Arab. Dari beberapa literatur me­nyebutkan pembenturan lempeng ini sangat aktif sehingga tidak meng­he­ran­kan mengapa kota Bam akhir bisa meng­alami gempa setelah 1000 tahun tidak merasakan gempa dan wilayah Iran telah banyak mengalami deformasi kerak bumi dengan berevolusi hingga sekarang dan di distribusi merata di wilayah Iran-Irak, Iran-India-Pakistan dan Iran-Turki, di­mana Patahan Zagros sebagai titik sentral pu­sat gempa daratan Iran dan yang mem­bagi dua setting deformasi sabuk ke­ben­canaan gempa di Selatan Timur Iran yang bergerak 10 mm per tahun dan sa­buk deformasi di Barat-Utara yang ber­gerak pendek 5 mm per tahun, miring ke arah Patahan Anatolia di Utara Turki se­panjang semanjung jazirah Arab.
Gerak tumbukan yang berlangsung se­cara evolusi itu tidak membuat kondisi ge­­rak Lempeng Arab bisa menyusup na­mun telah mengalami ruas terkunci yang pada akhirnya menimbulkan pengang­kat­an kulit bumi sebagai puncak keting­gian yang membelah wilayah Iran yang kini di kenal sebagai rangkaian pegunu­ngan Zagros dan merupakan ba­gian dari rangkaian pegunungan yang merentang dari Turki sampai Himalaya melalui Iran. Dibagian barat Iran, rang­kaian pegunu­ngan mengarah ke barat laut-tenggara. Di­ba­gian timur, arah membelok ke timur laut dan menuju ke perbatasan dengan Afganistan dan ke arah barat daya-timur laut ke Pakistan,
Proses tekanan pada bagian dalam meng­akibatkan adanya pertemuan antar kulit bumi sebagai bidang tumbukan antar lem­peng, merupakan titik tempat aku­mu­lasi energi stress batuan dan berpo­tensi menjadi mesin gempa bumi pada dae­rah tumbukan (collisiaon zone) yang mem­bentuk busur yang membelah kawa­san Iran-Irak dengan Arab Saudi dan Turki hingga ke India ke perbatasan dae­rah Assam-Pakistan dan Afganistan.
Kompleksitas gempa Iran dapat di­perlihatkan lagi oleh penekanan gerak lem­­peng, misalnya di sebelah Barat, Be­nua Afrika membentur Lempeng Eurasia ba­gian baratnya dan membentuk rangkai­an pegunungan di Turki dan Balkan, jadi tidak mengherankan mengapa warga yang berada diwila­yah Arab yang meli­puti Iran-Irak, Arab Saudi-Turki serta Suriah dan sebagian Yordania maupun Kota di Mediterania di sepanjang jalur ini merasakan gempa Iran berkekuatan 7.3 Skala Richter. Hal ini juga terjadi pada sebelah Timur, diwilayah ini sub­kon­tinen India (Lempeng India) akan se­lalu bergerak ke Utara Benua Asia un­tuk membentur Lem­peng Eurasia di­bagian Timurnya dan membentuk Pe­gu­nungan Himalaya yang menjulang tinggi dan juga merasakan efek gempa Iran yang berada di India dan sebagian Pa­kis­tan karena kedua jalur tersebut berada dalam satu kesatuan blok batuan yang ber­gerak bersamaan, mengayun berira­ma.
Sumber Gempa Iran
Sebagian besar sumber gempa Iran dan Irak maupun se­bagian Turki berada di jalur patahan gempa bumi sepanjang 1.500 km di Pegunungan Zagros yang ter­letak dibagian selatan Iran, energi kete­gangan sering terakumulasi di wilayah Pegunungan ini. Perbandingan ini bisa kita lihat juga ke patahan besar Sumatera yang membelah Pulau Sumatera sepan­jang 1.600 km dari utara Aceh hingga ke selatan Lampung yang berakhir di Selat Sun­da. Kedua zona patahan ini (Patahan Pegunungan Zagros dan Patahan Su­matera/Semangko) sering tertekan oleh pembenturan dua lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia dengan sub lempeng masing-masing Lempeng Arab dan Lempeng Sunda/Sumatera yang terus mengubah deformasi geodinamis kerak bumi se­hingga selalu ada pengangkatan atau ketinggian permukaan dari pegunungan Zagros di Iran-Irak dan Pegunungan Bu­kit Barisan yang menjadi tulang punggung Pulau Sumatera di Indonesia.
Tumbukan antara Lempeng Arab dan Lempeng Eurasia akan mendorong ketinggian kulit bumi di pegunungan Zagros sehingga akan selalu ada efek deformasi kulit bumi dan menimbulkan energi medan stress sistem pembenturan lempeng di wilayah Iran dan Iran terma­suk negara yang penulis catat sebagai salah satu diantara 20 negara sangat ra­wan gempa dan mengubah posisi tat­anan geologi dise­kitarnya
Karena posisi tatanan sumber geologi gempa Iran seperti tersebut diatas, maka gempa bumi di Pegunungan Zagros se­lain episenternya dangkal, juga akan disertai tanah dan bergeser permukaan bumi, dan pergeseran permukaan bumi ini menambah amplikasi kerusakan pada bangunan, lihat juga gambaran pada gem­pa di Sumatera, karena sesung­guh­nya gempa sering berlangsung baik di patahan daratan Sumatera, patahan dara­tan di pegunungan Zagros dan patah­an Sagaing maupun patahan Longmen Shan hampir sama, yang membedakan posisi geografis kota dan kepadatan tanah.
Mengapa Iran sering mengalami gempa? Pertanyaan ini juga sama kenapa Indonesia sering mengalami gempa? Bisa dilihat dari mekanime sumber gem­pa yang menyebab gempa dan kebanya­kan diakibatkan oleh posisi pergerakan lempeng yang selalu menghasilkan de­for­masi bumi, karena bumi tidak me­mbesar, tetap dan perlu ruang untuk me­ne­kan energi terkunci dan meng­hasilkan gempa dan sebuah tan­tangan untuk selalu memperhatikan aturan ran­cangan bangunan atau building code.
Abainya Building Code
Faktor kekuatan konstruksi bangunan yang tidak berke­tahanan gempa pe­nyebab jumlah korban telah mencapai diatas 450 jiwa dan harus menjadi in­trospeksi etika ilmiah untuk rancang bangunan dan tata ruang kota.
Karena ke­nyataan saat ini sama dengan kita di Indonesia, maupun ma­sya­rakat di negara Tiongkok, Afga­nis­tan, Turki ataupun India, Pakistan dan Iran-Irak umumnya bangunan meng­alami kehancuran sebab satu, yaitu terabaikannya building code sebagai bencana sekunder, penyebab banyaknya korban jiwa dan mengalami luka berat, menyalahi aturan tersebut serta tidak mematuhi aturan Undang-Undang Tata Ruang (UUTR). Intro­speksi etika zonasi tata ruang dan bangu­nan merupakan salah satu faktor untuk mengendalikan kerakusan manusia da­lam merusak lingkungan.
Harus disesuaikan peruntukkannya dan konstruksi ba­ngunan yang menjadi tempat masyarakat beraktivitas yang dibangun secara permanen dari bahan tanah mentah yang belum memenuhi kaidah rancang bangunan seperti bata belum dibakar atau mentah, tidak di­plaster, tidak saling bersambung terikat antar kolom akan sangat rawan terhadap guncangan gempa bumi. Semua negara rawan gempa harus memenuhi persya­ratan konstruksi tahan gempa.
Sesungguhnya gempa bumi dimana saja terjadi di suatu negara yang ada di bumi bisa ditekan jumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan apabila me­matuhi dua aturan yaitu building code dan UUTR.***
Penulis adalah Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer. Sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN, 18 NOVEMBER 2017

No comments:

Post a Comment

Related Posts :