Hari Hutan Gundul : Geologi Lingkungan
PENTINGKAH HARI HUTAN JIKA
MASIH GUNDUL
Oleh : M. Anwar Siregar
Gambar : sebagian hutan yang secara bertahap akan mengalami penggundulan, akibat pembukaan lahan perkebunan dan penambangan pasir untuk penimbunan badan jalan dalam suatu areal perkebunan dan perusahaan pertambangan sehingga daya dukung lingkunganya mengalami penurunan
Daya dukung
lingkungan hutan Indonesia telah mengalami penurunan tajam, petaka yang terjadi
akibat kebusukan nurani manusia dalam mengeksplorasi segala sumber daya hutan
yang terbatas dalam mengejar pencapaian ekonomi melalui penghancuran hutan,
sehingga dalam sepeuluh tahun terakhir ini Indonesia sering mengalami bencana
banjir, dengan gerakan tanah yang silih berganti berdatangan. Indonesia
membutuhkan dana yang luar biasa untuk membangun kembali kehancuran tatanan
lingkungan geologinya.
Gambar 2 : Penggundulan hutan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan perluasan perkebunan yang mencapai ratusan hektar (Dok Foto Penulis, 2012)
TAMAN HUTAN
Diperkirakan taman
hutan lahan basah didaratan Sumatera, telah mendekati sakaratul maut, tergambarkan
dari luas yang hutan yang ada di Sumatera antara lain tinggal 1 juta hektar
hutan yang berada di Jambi, hutan asli Sumatera Utara kini tersisa 80.000
hektar. Hutan Bengkulu kini tinggal 1,4 juta, kehilangan setiap tahun 80.000
hektar bukan disebabkan oleh gempa-gempa sering berlangsung di wilayah Bengkulu
tetapi oleh penghancuran ilegal logging, begitu juga hutan asli di wilayah
Sumatera Selatan sekitar 50.000 hektar dengan total seluruhnya ada 1,7 juta
hektar, atau ada kerusakan hutan mencapai 2,8 juta hektar atau kerugian
Indonesia dalam setahun mencapai 30-45 triliun rupiah atau seluas negeri Swiss,
dalam lima tahun Indonesia mengalami kerugian mencapai 180 triliun rupiah, (berbagai
sumber).
Penyebab lainnya,
pembangunan jalan untuk truk-truk berat di dalam taman hutan dengan melakukan
penghancuran ekosistim tanah bumi yang sudah disesuaikan karakteristik oleh
alam untuk berbagai flora dan fauna yang terbentuk secara alamiah, perusakan
daerah aliran sungai dengan pembuangan limbah-limbah beracun di dalam taman
hutan terutama di daerah pendalaman, menggali kedalaman tanah hutan yang
mengandung unsur-unsur perlapisan permeabilitas air atau tanah pembawa air,
terjadi banjir oleh deforestasi tanah yang tidak memiliki kemampuan untuk
menahan laju air bawah tanah.
Dari gambaran
kehancuran hutan tersebut, maka kini kota-kota di Sumatera tahun 2013 seperti di
Jambi, Sumsel, Sumbar dan Sumatera Utara khususnya di Medan, Tebing Tinggi,
Madina serta Palas“menikmati” banjir silih berganti berdatangan.
PETAKA GEOSFER
Semakin kuat bukti
ilmiah menunjukkan bahwa pemanasan global di atmosfer bumi (geosfer) pada lapiasan
ozon disebabkan oleh kecenderungan dari penggunaan gas-gas ataupun bahan-bahan
yang mengandung zat kimia dan radioaktivitas nuklir yang terus menerus
meningkat oleh manusia sehingga bumi semakin coklat dan hitam dipermukaan
angkasa, menumpuk dan menghalangi radiasi panas matahari yang seharusnya
dikembalikan ke angkasa, pada akhirnya mengalami penipisan/pelubangan yang
meluas. Dan hutan di bumi ini semakin terbatas dalam menyerap energi beracun
untuk di”daur ulang” sehingga lapisan ozon seluas benua Eropa.
Efek emisi dari
pembuangan gas yang terendapkan di atmosfir bisa mencapai usia 50-200 tahun
untuk karbon dioksida, 12 tahun untuk methana dan 114 tahun untuk nitrogen
oksida. Emisi-emisi ini selanjutnya membentuk selubung bumi semakin tebal,
membuat temperatur Bumi semakin naik 2oC berlangsung dalam kurun 40
tahun mendatang, keturunan dari efek emisi adalah peningkatan suhu air dan
kenaikan permukaan air laut karena terjadinya pencairan salju es di puncak
gunung es di kutub selatan, berkurangnya ketinggian ladang es di puncak gunung
Klimanjaro di Afrika Timur dan Jayawijaya di Papua, dapat menenggelamkan Medan,
Batam dan Singapura karena memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan laut
dengan kenaikan air laut menjadi 10-20 cm per tahun. Sirkulasi di atmosfir
berubah tajam mempengaruhi pola cuaca dunia. Musim panen tidak pasti, banyak
korban kelaparan. Terganggunya sistim produktivitas hewan yang pada akhirnya
juga menimbulkan berbagai penyakit kulit dan kanker ganas pada manusia, semua
disebabkan oleh faktor penggundulan hutan.
PENTINGKAH HARI HUTAN
Masyarakat harus sadar sekarang bahwa bencana
longsor, dan banjir sebenar tidak menakutkan apabila masyarakat benar-benar
paham dimana mereka beraktivitas, dimana mereka tinggal serta memahami tata
ruang yang menyusun bentangalam hutan dari ancaman bencana geologi dan
hidrometeorologi.
Masyarakat harus sadar sekarang, dan masyarakat
yang berada di pesisir yang rawan bencana tsunami perlu diingatkan agar tidak menggunduli
hutan-hutan mangrove begitu juga di pendalaman, karena masih ada saja ulah
masyarakat yang mengambil dan memperdagangkan ataupun merusak sumber daya
hayati yang terbatas secara illegal sehingga ketika terjadi bencana menjadi
sangat rawan bagi kehidupan. Bencana banjir di Aceh, di Madina, Jakarta serta
Medan karena ketidakadaan hutan-hutan yang berfungsi sebagai keseimbangan alam,
mengakibatkan kerugian finansial yang sangat mahal akibat kebodohan tersebut.
Jadi. Apakah masih urgensi bila setiap tahun
diadakah peringatan hari Hutan 22 Maret jika masih ditemukan pembalakan,
pembakaran dan penggundulan hutan di Indonesia? Dan tema-tema hari raya hutan
yang selalu menganjurkan untuk mencintai dan menjaga kelestarian hutan dimaknai
dalam sehari saja? Pepatah nenak moyang “satu hilang seribu tumbuh berganti”
hanya berlaku jika ada tunas harapan bangsa yang wafat, tetapi untuk marwah
kehidupan hutan kebalikan, yang ada hancurkan sepuas-puasnya baru adakan
gerakan tanam pohon sejuta, sehingga timbullah kompleksitas bencana beranak
pinak sehingga akar permasalahan semakin susah di “obati”, itulah yang terjadi
di negeriku. Disinilah diperlukan gerakan moral untuk mengatasi penyakit
bencana,
KEBAIKAN MORAL
Allah berfirman “Berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah mencari kesempatan melakukan kerusakan dimuka Bumi
ini. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melakukan kerusakan” (QS.
Al-Qashash: 77). Bencana yang terjadi bukan disebabkan oleh alam melainkan
ulah manusia yang sering merusak hutan sehingga kita liha di negeri ini sering
terjadi musibah bencana, pembangunan yang dilakukan lebih difokus pada
orientasi bisnis dan peningkatan sumber-sumber hidup pribadi alias
mengguritanya korupsi.
Allah sudah
memperingatkan kita melalui firmanNya “Dan
jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi
mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan Kami). Kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya (QS.Al-Israa : 16). Manusia harus menjaga keselarasan
lingkungan bumi, namun manusia selalu lupa diri yang mengantarkan kepada
kesombongan sehingga berbuat maksiat terhadap kondisi bumi, telah membuat bumi
menjadi murka. “Sesungguhnya, makhluk-ku
bumi ingin sekali menelan manusia karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Tapi
semua itu tertahan karena masih ada hamba-hamba Allah yang berzikir pada pagi
dan malam”.
Dari kutipan
Firman Allah tersebut, diperlukan gerakan kebaikan moral masyarakat dalam
memanfaatkan hasil sumber daya bumi untuk menyelamatkan kerusakan Hutan Bumi
“dari kesakitan yang panjang” di Indonesia, gerakan kebaikan moral dapat
dimulai dari langkah pertama, tidak
membeli produk olahan hutan dari hasil illegal logging (harus bertanya), yang
merusak hutan karena hutan sebagai sumber daya alam yang memegang peranan
penting dalam pengawetan tanah dan pengaturan geologi tata ruang air
(geohidrologi), untuk mencegah gangguan sirkulasi air agar kandungan CO2
di udara dan kehidupan hidrologis tidak menurun. Kedua, menjadikan hutan sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi
kesehatan manusia seperti pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan penyembuhan
natural (herbal) yang kini telah terasa manfaatnya untuk penyembuhan berbagai
penyakit.
Ketiga, gerakan moral dari pemerintah dan stake holder untuk lebih tegas
menjalankan pembangunan kehutanan dengan memperlakukan hutan bumi sebagai
sumber daya terbatas dan penting bagi keseimbangan dan kehidupan di Bumi. Tegas
menjalankan peraturan hukum dan perizinan HPH sesuai dengan luas konsesi yang
diberikan serta melakukan pembinaan moral aparatur untuk menghindari becking
illegal logging.
Keempat, bentuk konkret dari politik manusia
terhadap lingkungan pemanfaatan SDA hutan di bumi, yaitu politik kebijakan
pelestarian hutan alam dapat dimulai dari tindakan-tindakan pencegahan
komprehensif dan kebijakan ekonomi keadilan dengan lingkungan.
M. Anwar Siregar
Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan-Energi Geosfer, Tulisan ini sudah dimuat di Harian ANALISA Medan
Komentar
Posting Komentar