Jun 25, 2013

Hari Hutan Gundul : Geologi Lingkungan

PENTINGKAH HARI HUTAN JIKA MASIH GUNDUL
Oleh : M. Anwar Siregar
Gambar : sebagian hutan yang secara bertahap akan mengalami penggundulan, akibat pembukaan lahan perkebunan dan penambangan pasir untuk penimbunan badan jalan dalam suatu areal perkebunan dan perusahaan pertambangan sehingga daya dukung lingkunganya mengalami penurunan

Daya dukung lingkungan hutan Indonesia telah mengalami penurunan tajam, petaka yang terjadi akibat kebusukan nurani manusia dalam mengeksplorasi segala sumber daya hutan yang terbatas dalam mengejar pencapaian ekonomi melalui penghancuran hutan, sehingga dalam sepeuluh tahun terakhir ini Indonesia sering mengalami bencana banjir, dengan gerakan tanah yang silih berganti berdatangan. Indonesia membutuhkan dana yang luar biasa untuk membangun kembali kehancuran tatanan lingkungan geologinya.
Gambar 2 : Penggundulan hutan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan perluasan perkebunan yang mencapai ratusan hektar (Dok Foto Penulis, 2012)
TAMAN HUTAN
Diperkirakan taman hutan lahan basah didaratan Sumatera, telah mendekati sakaratul maut, tergambarkan dari luas yang hutan yang ada di Sumatera antara lain tinggal 1 juta hektar hutan yang berada di Jambi, hutan asli Sumatera Utara kini tersisa 80.000 hektar. Hutan Bengkulu kini tinggal 1,4 juta, kehilangan setiap tahun 80.000 hektar bukan disebabkan oleh gempa-gempa sering berlangsung di wilayah Bengkulu tetapi oleh penghancuran ilegal logging, begitu juga hutan asli di wilayah Sumatera Selatan sekitar 50.000 hektar dengan total seluruhnya ada 1,7 juta hektar, atau ada kerusakan hutan mencapai 2,8 juta hektar atau kerugian Indonesia dalam setahun mencapai 30-45 triliun rupiah atau seluas negeri Swiss, dalam lima tahun Indonesia mengalami kerugian mencapai 180 triliun rupiah, (berbagai sumber).
Penyebab lainnya, pembangunan jalan untuk truk-truk berat di dalam taman hutan dengan melakukan penghancuran ekosistim tanah bumi yang sudah disesuaikan karakteristik oleh alam untuk berbagai flora dan fauna yang terbentuk secara alamiah, perusakan daerah aliran sungai dengan pembuangan limbah-limbah beracun di dalam taman hutan terutama di daerah pendalaman, menggali kedalaman tanah hutan yang mengandung unsur-unsur perlapisan permeabilitas air atau tanah pembawa air, terjadi banjir oleh deforestasi tanah yang tidak memiliki kemampuan untuk menahan laju air bawah tanah.
Dari gambaran kehancuran hutan tersebut, maka kini kota-kota di Sumatera tahun 2013 seperti di Jambi, Sumsel, Sumbar dan Sumatera Utara khususnya di Medan, Tebing Tinggi, Madina serta Palas“menikmati” banjir silih berganti berdatangan.
PETAKA GEOSFER
Semakin kuat bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemanasan global di atmosfer bumi (geosfer) pada lapiasan ozon disebabkan oleh kecenderungan dari penggunaan gas-gas ataupun bahan-bahan yang mengandung zat kimia dan radioaktivitas nuklir yang terus menerus meningkat oleh manusia sehingga bumi semakin coklat dan hitam dipermukaan angkasa, menumpuk dan menghalangi radiasi panas matahari yang seharusnya dikembalikan ke angkasa, pada akhirnya mengalami penipisan/pelubangan yang meluas. Dan hutan di bumi ini semakin terbatas dalam menyerap energi beracun untuk di”daur ulang” sehingga lapisan ozon seluas benua Eropa.
Efek emisi dari pembuangan gas yang terendapkan di atmosfir bisa mencapai usia 50-200 tahun untuk karbon dioksida, 12 tahun untuk methana dan 114 tahun untuk nitrogen oksida. Emisi-emisi ini selanjutnya membentuk selubung bumi semakin tebal, membuat temperatur Bumi semakin naik 2oC berlangsung dalam kurun 40 tahun mendatang, keturunan dari efek emisi adalah peningkatan suhu air dan kenaikan permukaan air laut karena terjadinya pencairan salju es di puncak gunung es di kutub selatan, berkurangnya ketinggian ladang es di puncak gunung Klimanjaro di Afrika Timur dan Jayawijaya di Papua, dapat menenggelamkan Medan, Batam dan Singapura karena memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan laut dengan kenaikan air laut menjadi 10-20 cm per tahun. Sirkulasi di atmosfir berubah tajam mempengaruhi pola cuaca dunia. Musim panen tidak pasti, banyak korban kelaparan. Terganggunya sistim produktivitas hewan yang pada akhirnya juga menimbulkan berbagai penyakit kulit dan kanker ganas pada manusia, semua disebabkan oleh faktor penggundulan hutan.
PENTINGKAH HARI HUTAN
Masyarakat harus sadar sekarang bahwa bencana longsor, dan banjir sebenar tidak menakutkan apabila masyarakat benar-benar paham dimana mereka beraktivitas, dimana mereka tinggal serta memahami tata ruang yang menyusun bentangalam hutan dari ancaman bencana geologi dan hidrometeorologi.
Masyarakat harus sadar sekarang, dan masyarakat yang berada di pesisir yang rawan bencana tsunami perlu diingatkan agar tidak menggunduli hutan-hutan mangrove begitu juga di pendalaman, karena masih ada saja ulah masyarakat yang mengambil dan memperdagangkan ataupun merusak sumber daya hayati yang terbatas secara illegal sehingga ketika terjadi bencana menjadi sangat rawan bagi kehidupan. Bencana banjir di Aceh, di Madina, Jakarta serta Medan karena ketidakadaan hutan-hutan yang berfungsi sebagai keseimbangan alam, mengakibatkan kerugian finansial yang sangat mahal akibat kebodohan tersebut.
Jadi. Apakah masih urgensi bila setiap tahun diadakah peringatan hari Hutan 22 Maret jika masih ditemukan pembalakan, pembakaran dan penggundulan hutan di Indonesia? Dan tema-tema hari raya hutan yang selalu menganjurkan untuk mencintai dan menjaga kelestarian hutan dimaknai dalam sehari saja? Pepatah nenak moyang “satu hilang seribu tumbuh berganti” hanya berlaku jika ada tunas harapan bangsa yang wafat, tetapi untuk marwah kehidupan hutan kebalikan, yang ada hancurkan sepuas-puasnya baru adakan gerakan tanam pohon sejuta, sehingga timbullah kompleksitas bencana beranak pinak sehingga akar permasalahan semakin susah di “obati”, itulah yang terjadi di negeriku. Disinilah diperlukan gerakan moral untuk mengatasi penyakit bencana,
KEBAIKAN MORAL
Allah berfirman “Berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah mencari kesempatan melakukan kerusakan dimuka Bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melakukan kerusakan” (QS. Al-Qashash: 77). Bencana yang terjadi bukan disebabkan oleh alam melainkan ulah manusia yang sering merusak hutan sehingga kita liha di negeri ini sering terjadi musibah bencana, pembangunan yang dilakukan lebih difokus pada orientasi bisnis dan peningkatan sumber-sumber hidup pribadi alias mengguritanya korupsi.
Allah sudah memperingatkan kita melalui firmanNya “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami). Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya (QS.Al-Israa : 16). Manusia harus menjaga keselarasan lingkungan bumi, namun manusia selalu lupa diri yang mengantarkan kepada kesombongan sehingga berbuat maksiat terhadap kondisi bumi, telah membuat bumi menjadi murka. “Sesungguhnya, makhluk-ku bumi ingin sekali menelan manusia karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Tapi semua itu tertahan karena masih ada hamba-hamba Allah yang berzikir pada pagi dan malam”.
Dari kutipan Firman Allah tersebut, diperlukan gerakan kebaikan moral masyarakat dalam memanfaatkan hasil sumber daya bumi untuk menyelamatkan kerusakan Hutan Bumi “dari kesakitan yang panjang” di Indonesia, gerakan kebaikan moral dapat dimulai dari langkah pertama, tidak membeli produk olahan hutan dari hasil illegal logging (harus bertanya), yang merusak hutan karena hutan sebagai sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam pengawetan tanah dan pengaturan geologi tata ruang air (geohidrologi), untuk mencegah gangguan sirkulasi air agar kandungan CO2 di udara dan kehidupan hidrologis tidak menurun. Kedua, menjadikan hutan sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi kesehatan manusia seperti pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan penyembuhan natural (herbal) yang kini telah terasa manfaatnya untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Ketiga, gerakan moral dari pemerintah dan stake holder untuk lebih tegas menjalankan pembangunan kehutanan dengan memperlakukan hutan bumi sebagai sumber daya terbatas dan penting bagi keseimbangan dan kehidupan di Bumi. Tegas menjalankan peraturan hukum dan perizinan HPH sesuai dengan luas konsesi yang diberikan serta melakukan pembinaan moral aparatur untuk menghindari becking illegal logging.
Keempat, bentuk konkret dari politik manusia terhadap lingkungan pemanfaatan SDA hutan di bumi, yaitu politik kebijakan pelestarian hutan alam dapat dimulai dari tindakan-tindakan pencegahan komprehensif dan kebijakan ekonomi keadilan dengan lingkungan.

M. Anwar Siregar
Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan-Energi Geosfer, Tulisan ini sudah dimuat di Harian ANALISA Medan

No comments:

Post a Comment

Related Posts :