Jun 25, 2013

Pers Informasi : Geologi Mitigasi

PERS DALAM PENYEBARAN INFORMASI BENCANA
Oleh M. Anwar Siregar

Dalam usia Bumi yang semakin tua, dan bencana alam hadir yang tidak teratur serta semakin sulit diramalkan, maka disini peranan informasi bencana melalui media massa untuk memberikan peringatan dini sangat vital. Jika proses sosialisasi informasi geologi tentang bencana alam seperti gempa, tsunami, letusan gunung api gerakan tanah dan banjir dilakukan secara berkelanjutan, masyarakat akan terus-menerus diingatkan, mengenal, mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman bencana akan lebih sigap dalam memberikan respons.
Salah satu untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kebencanaan di bumi adalah melalui peran media massa, baik dalam bentuk opini, karikatur pendidikan dan visualisasi atau media gambar bergerak. Komunikasi yang efektif sangat penting dalam proses pembelajaran dan kedisiplinan dalam menghadapi bencana, maka komunikasi media pers sangat diperlukan dan harus diupayakan secara berkala, yaitu memberikan ruang khusus atau kolom yang memuat berita dan pengetahuan tentang pemahaman serta informasi daerah rawan bencana geologi, klimatologi dan hidrometerologi.
Komunikasi dalam bentuk ruang opini ataupun kolom khusus akan memiliki efek yang lebih baik daripada menerima isu-isu yang tidak bertanggung jawab, dapat direfleksikan melalui pemahaman pembelajaran pendidikan dari sekolah dasar, masyarakat bawah, pelatihan mitigasi dan edukasi terhadap wanita dan anak-anak. Namun budaya mitigasi melalui penyebaran informasi rawan bencana secara rutin dalam suatu ruang media massa masih terbatas dan kadang tidak ada, dan hal seperti ini belum membumi di Indonesia terutama kesadaran dari Pemerintahan untuk membangun pola mitigasi komprehensif dengan medai massa, hanya ada jika terjadi bencana begitu juga sebaliknya.
 Seperangkat peralatan media komunikasi pers (sumber Foto Wartawan ANTARA)
KOMUNIKASI BENCANA 
Sosialisasi bencana merupakan salah satu upaya untuk menyampaikan pendidikan kebencanaan kepada masyarakat, yang merupakan bagian dari sistim pendidikan komunikasi massa, mengenai gambaran keadaan lingkungan yang dilengkapi berbagai argumentasi ilmiah, argumentasi legal dan argumentasi moral.
Komunikasi sosialisasi bencana melalui media pers merupakan bagian yang sangat penting dalam meperkenalkan sistim manajemen bencana geologi dan pendidikan kebencanaan kebumian agar dapat memberikan motivasi lahirrnya ruang partisipasi publik dalam menekuni pendidikan kebencanaan kebumian.
Komunikasi pengetahuan kebencanaan bagi Indonesia masih jauh dari harapan untuk terciptanya masyarakat sadar bencana. Kesadaran masyarakat terhadap bahaya dapat digambarkan melalui pengetahuan kearifan terhadap keadaan alam tempat mereka beraktivitas hidup dipermukaan bumi. Pertama, gempa itu tidak membunuh, akan tetapi yang menimbulkan korban adalah akibat dari gempa tersebut, misalnya karena tertimpa beton atau tertimbun tanah longsor. Sehingga dalam hal ini, pengetahuan masyarakat dalam hal bangunan antara lain tentang tata cara membuat bangunan dianggap masih sangat minim. Sebagian besar bangunan yang roboh karena tidak menggunakan kaidah-kaidah keteknikan yang baku atau tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan yang kedua adalah faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya, artinya dalam membuat bangunan seharusnya menggunakan material yang tahan gempa karena lokasinya berada di daerah potensial gempa.
PERAN SOSIALISASI MEDIA
Dari gambaran tersebut diatas, maka sosialisasi bidang geologi dalam media pers sangat penting, baik cetak maupun elektronik dimaksudkan untuk mensosialisasikan data-data geologi termasuk kebijakan tentang perencanaan nasional kebencanaan geologi dan juga mengenai pendayagunaan sumber daya alam dalam pencegahan akibat ditimbulkan oleh bencana geologi pada daerah rawan bencana serta bertujuan agar pemerintah daerah lebih awal memahami data dan informasi serta kebijakan dari Pemerintah Pusat untuk mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan atau difokuskan untuk mempersiapkan diri dalam pengelolaaan, pemberdayaan dan penyerbarluasan kegiatan informasi daerah rawan bencana geologi serta penentuan tata ruang lingkungan geologi yang komprehensif.
Sosialisasi penyebaran informasi geologi rawan bencana juga merupakan bagian penting untuk disampaikan oleh media pers yaitu bagian dari pengembangan potensi sumber daya masyarakat di daerah masing-masing untuk mengusahakan forum kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan media massa. Pemahaman antara ketiganya akan meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan kebencanaan geologi yang harus berangkat dari pribadi dan komunitas media dan tidak mengandalkan isu-isu tidak benar, yakni pemahaman pentingnya penyampaian pengembangan akal budi daya dan bersikap waspada hidup di daerah rawan bencana.
Informasi penyebaran bencana dalam bentuk opini di suatu media massa merupakan suatu bentuk peringatan dini sebelum terjadinya bencana bagi masyarakat, sosialisasi penyebaran informasi dan penanggulangan bencana dapat dilakukan dalam berbagai aksi, salah satunya dalam bentuk opini pengetahuan argumentatif. Dalam konteks ini peran media sangat diperlukan bukan saja ketika terjadi dan pasca bencana tetapi juga sebelum terjadinya suatu bencana alam, masyarakat dapat diingatkan terus menerus menghadapi dan meningkatkan kewaspadaan dan harus bersiaga menghadapi segala kemungkinan menghadapi bencana alam, dan ini juga merupakan sebagai upaya pembelajaran bencana alam dalam bentuk komunikasi yaitu menfasilitasi diskusi pengetahuan publik/masyarakat mengenai mitigasi penanggulangan bencana alam, dan bagaimana upaya-upaya atau langkah yang diperlukan dalam mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian akibat bencana dan pembangunan manusia.
KEBERLANJUTAN PENGETAHUAN
Media massa memainkan sebuah perangkat instrumen penting dalam menghadirkan berita-berita tentang bencana alam kepada pembacanya, baik dalam bentuk kajian berita proses pemulihan setelah peristiwa bencana maupun ketika dalam kondisi darurat.
Media massa di Indonesia khususnya di Medan/Sumut seharusnya lebih aktif lagi dalam menyampaikan pembelajaran pengetahuan tentang informasi kebencanaan yang berlangsung di Indonesia terutama di wilayah Sumut yang telah diidentifkasi memiliki sumber-sumber bencana universal hampir disetiap lingkungan tata ruangnya memiliki tingkat kerawanan dan kerentanan dari ancaman bencana alam yang sangat tinggi, memerlukan upaya kenberlanjutan publikasi argumentatif sebagai salah sumber pengetahuan yang paling aktual sekaligus sarana pusat diskusi perencanaan pembangunan mitigasi bencana yang sangat dibutuhkan berbagai kalangan sebagai peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik dari SDM aparatur maupun dari SDM masyarakat.
Ada baiknya media massa di Sumut terus mengupayakan dan menyisipkan ruang untuk menampung berbagai kritikan, gagasan atau ide aktualitas yang membangun untuk mendorong masyarakat agar dapat terus mengikuti perkembangan penyebaran informasi kebencanaan lingkungan baik sebelum terjadinya bencana atau fase pra bencana, fase saat terjadi bencana dan pasca bencana terjadi.
Kelemahan dalam media massa di Sumut dalam memberikan penyebaran informasi daerah rawan bencana geologi adalah lebih di fokuskan pada kejadian pasca bencana, sedangkan pra bencana masih terpinggirkan, begitu juga dalam kemajuan pemulihan, hanya terekspose ketika telah selesai. Sedangkan perkembangan kehidupan setalah lebih dari setahun tidak atau jarang dipublikasi secara luas. Kasus-kasus kejadian bencana sebelum bencana gempa dahsyat Aceh 2004 adalah contoh gambaran bagaimana tingkat pemahaman masyarakat dalam menghadapi tsunami sehingga menimbulkan korban yang luar biasa karena referensi yang ada sangat terbatas.
Harapan masyarakat di masa mendatang, media di Sumut dapat terus memberikan dan menampung opini yang terbaik, baik ketika tidak terjadi bencana maupun ketika ada bencana, dan sekaligus sebagai benteng mitigasi yang terbaik dalam menjaga kualitas SDM Sumut untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa mendatang. Selamat hari pers.
M. Anwar Siregar
Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer. Tulisan ini sudah dipublikasikan pada harian ANALISA MEDAN, Tgl 29 Pebruari 2013

No comments:

Post a Comment

Related Posts :