GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN
GRAND PRIX SPIONASE, SOLUSI PRESTASI KEBANGKITAN
Oleh M. Anwar
Siregar
Gambar : Indonesia harus memiliki ketangguhan pembinaan untuk menghasilkan ganda sehebat Gu Jun, tradisi china didapat melalui pembinaan yang panjang dan kontinu plus mengamati pembinaan negara lain. Sumber gambar: sportslook.net
Sebagai penggemar berat olahraga tepok bulu angsa ini untuk
kesegaran fisik, selain sepak bola yang sebatas sebagai penonton, penulis dan
juga pasti masyarakat saat galau melihat prestasi yang terjadi saat ini,
regenerasi seperti berjalan lambat, potensi yang ada ternyata masih kalah
kualitas dari pemain luar negeri, soal teknik dasar maupun mental sebenarnya
cukup memberikan prospek yang mumpuni, namun pada kenyataan ini, kita lihat atlet-atlet
bulu tangkis kita seperti tidak berdaya.
Jika anda rajin menyaksikan siaran langsung maupun cuplikan
tayangan oleh raga bulu tangkis dari media elektronik, nampak atlet kita
seperti tidak ada berkekuatan nation building, penulis melihatnya seperti
pemain yang sering menguraskan tenaga berlebihan, tanpa ada pemikiran analisis
ringkas dari si atlet, padahal pihak lawan memang seperti sudah menganalisa
permainan mereka sebelum bertemu, memang dipinggir lapangan ada pelatih yang
menganalisis permainan, namun keputusan gerakan langkah dinamis dilapangan
tetap pada si atlet yang mengambil keputusan, karena hal ini berhubungan dengan
perubahan taktik selalu berubah dilakukan pihak lawan.
Namun kesalahan dan kegagalan dalam meraih beberapa puncak
prestasi itu dapat juga dilihat dari pembinaan yang dilakukan, parameter yang
menyertainya dalam pembinaan serta metode pengembangan iptek, dan jika perlu
gunakan cara yang dilakukan pihak lawan, yaitu spionase positif dalam mengamati
kondisi FIO (Fisik, Intelegensi dan emOsi) seorang atlet sebelum bertanding
atau ketika sudah terdaftar dalam suatu pertandingan dan telah mengetahui laju
posisi grup masing-masing. Pekerjaan seperti ini jarang dilakukan oleh tim
official maupun manajer dalam manajemen “perang”, baik di tingkat daerah maupun
nasional. Akibatnya, prestasi dan laju pengembangan permainan terhenti di awal
pertandingan. Seharusnya prinsip dipakai adalah lebih baik bermain lama demi
kematangan teknik dan mental daripada jadi penonton lebih dini. Maka perlu sistim
spionase untuk mempelajari segala elemen lawan dan pembinaan.
PEMBINAAN
Rutinitas latihan tidak cukup untuk meningkatkan prestasi,
latihan yang diberikan harus bervariasi, hal ini semua sudah mengetahuinya. Namun
ada yang kurang penulis lihat di beberapa daerah yaitu pembinaan tingkat dini,
berlanjut ke jenjang tingkat yunior ataupun remaja. Rantai pembinaan seperti
terputus-putus, berbagai alasan sering menyertai bagi atlet yang berpotensi
puncak prestasi mengalami kendala, namun gerak laju pembinaan dapat disebabkan
oleh ketidaksinambungan dana sponsor pembinaan serta faktor tidak sesuai dengan
kondisi euforia prioritas skala olahraga yang dikembangkan di daerah tertentu.
Contoh daerah dengan topografi terjal, banyak sungai, pantai
atau dikelilingi laut dan Danau lebih cocok olahraga air, kano atau dayung,
renang serta atletik, begitu juga daerah yang masyarakatnya gila bola seperti
Medan, namun soal mendapatkan sponsor lebih mudah ketimbang olehraga lainnya.
Pembinaan bulu tangkis tidak mengenal kondisi topografi
lingkungan, maksud penulis disini adalah lingkungan tidak cocok dengan karakter
kok (bola) untuk bermain jika bermain di luar lapangan tertutup, yang daerahnya
memiliki tingkat laju angin kencang dari batas kecepatan bola yang telah di uji
di laboratorium, yang perlu disesuikan adalah bagaimana menghasilkan atlet
dengan berbagai karakter serba bisa dalam berbagai karakter lingkungan yang
menyertainya saat berperan dalam memperkuat mentalnya dan harus dikuasai bukan
saja lawannya ataupun ejekan penonton.
Kita tahu, dalam gedung tertutup kadang kecepatan angin apakah
yang berasal dari AC, ventilasi udara dan lainnya dapat mengganggu konsentrasi
permainan, dan hal ini banyak dikeluhkan atlet daerah, begitu juga atlet
nasional. Tragis, dari hal kecil
saja sudah banyak mengeluh bagaimana menghasilkan prestasi.
Daerah dengan
kegilaan sepak bola mungkin dapat lebih mudah mendapat dana untuk
menyelenggarakan pertandingan secara rutin dan berkala, namun untuk bulutangkis
kadang-kadang masih terbatas dan atau istilah sponsor lihat dulu apa menarik,
jika dilihat faktor prestasi dan manajemen induk olahraga, masyarakat dapat
menilainya. Kadang penulis menemukan hal ini, walau tingkat kelurahan, sponsor
kadang mulai pelit mengeluarkan dana. Selain itu, inovasi yang di lakukan oleh
klub untuk menarik sponsor masih kurang gereget.
GRAND PRIX SPIONASE
Untuk mendapatkan sponsor tetap dan cadangan banyak cara
dilakukan, demi peningkatan prestasi setingginya, salah satunya adalah
kembangkan dulu inovasi sistim pembinaan, pemerintah wajib memberikan dana,
selanjutnya pihak otoritas olahraga mempersiapkan atlet yang direkrut dari
berbagai jenjang usia dini dan dimasukan dalam wadah pembinaan grand prix lokal.
Disini peran klub dan pemerintah
atau juga masyarakat memberikan dukungan untuk menarik sponsor.
Pembinaan grand
prix lokal bersistem kontinu setiap kota dalam satu propinsi, berjenjang dari
kelurahan tiap kecamatan wajib menyelenggarakan per bulan, tiap priode triwulan
wajib ada pertandingan tingkat antar kecamatan, per satu semester wajib ada kejuaraan
tingkat kota/kab dan Povinsi (hampir bersamaan). Publikasi wajib mengajak pihak
media untuk terus menjaring minat masyarakat dan sponsor dengan intesif
keringanan pajak dari panitia maupun pemerintah sebagai wujud nation building
bagi perusahaan yang mencintai negaranya demi kemajuan pembinaan mental sumber
daya manusia melalui bidang olahraga.
Metode ini, pernah
penulis membacanya di media lokal Hongkong, kalau tidak salah baca penulis
karena dalam bahasa Mandarin (diterjemahkan pakai Alfa Link Bahasa, maklum
penulis tidak lancar bahasa ini, beda dengan bahasa Inggris), sudah
diberlakukan di beberapa negara yang bersistim pemerintahan komunis seperti
Tiongkok, dan mulai ditiru negara Eropa, beberapa negara Asia. Sehingga pihak
sponsor memberikan dana tetap bagi setiap klub dan terus mengadakan
pertandingan rutin lokal dengan berbagai inovasi kreativitas tinggi hingga ke
tingkat nasionl.
Surplus, sudah
pasti dihasilkan, beberapa pemain potensial atau biasa tapi dipoles dengan
rutinitas pertandingan mampu jadi pemain hebat, lihat saja negeri Tiongkok,
produksi pemain mereka tidak berhenti menyerbu negara lain untuk jadi jawara,
selau datang jawara baru, sehingga pihak lawan susah menganalisa atlet mereka,
tetapi sebaliknya mereka selalu siap meladeni atlet lain walau jagoan terbaik
mereka tidak diturunkan, lihat saja Piala Sudirman 2015, Indonesia takluk walau
Li Dan tidak turun.
Metode ini juga
disempurnakan dengan melihat cara lawan menghasilkan produk unggulan atlet,
salah satunya diam-diam negara lain belajar pembinaan olah raga bulutangkis
Indonesia namun dikembangkan lebih canggih dengan memonitor atlet yang
dihasilkan lalu di sempurnakan dengan metode kedokteran olahraga iptek.
Mereka mengawasi
dan mendata semua atlet negara lain, lalu disesuaikan dengan pola grafik dan
standar permainan untuk menghentikan laju kemajuan lawan, dalam hal ini atlet
kita sudah diamati, maka kenapa kita susah bangkit, karena produk kita sarat
dengan masalah yang belum teruji secara canggih, baik permainan, mental dan
analisis Fisik, Intelektua dan Emosi. Dan di perparahkan oleh tidak lengkapnya
akurasi data lawan yang terbatas, karena pihak lawan sering memproduksi pemain
muka baru yang sudah mengenal produk itu-itu saja dari Indonesia.
Maka gampang di
gebuk, belum lagi sepanjang pertandingan mereka terus menganalisis kelemahan
atlet dengan berbagai perangkat teknologi. Dan itu adalah kekurangan terbesar
yang dimiliki Indonesia, termasuk cabang oleh raga populer seperti sepak bola,
tidak belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh pihak lawan. Jika tidak, kita
tidak perlu menjadi pecundang abadi.
Maka siapkan diri
dari pembinaan pertandingan rutinitas tanpa terputus yang paling dibutuhkan
atlet pada setiap pengurus daerah PBSI, disertai pengawasan kemajuan pihak
lawan dengan mempersiapkan atlet dengan berbagai metode karakter permainan
lawan kelas dunia. Semoga Bangkit dan berjaya lagi.
M. Anwar Siregar
Penggemar Olahraga
Bulutangkis, Sepakbola, dan Adventure Geologi Marine.
Tulisan ini khusus di Blog : paluemasgeolog.com
Komentar
Posting Komentar