1 Nov 2024

Bencana Populer : Mitigasi Tsunami Yang Terabaikan

MITIGASI TSUNAMI (MASIH) YANG TERABAIKAN

Oleh : M. Anwar Siregar

 

Ancaman megatrusth tsunami ke Indonesia dapat terulang lagi, mengingat siklus periode gempa tektonik disertai tsunami telah memasuki siklus kritis, isu-isu yang beredar dibergai platform media dan berbagai sumber lainnya telah membahas hal ini namus standart mitigasi tsunami masih belum membumi.

Sebuah renungan untuk di evaluasi, bahwa pentingnya standar bangunan pantai bagi kota di pesisir Indonesia untuk mengimpelementasikan budaya tata ruang berketahanan gempa, dan kita harus sadar bencana, sejak kejadian bencana gempa besar Aceh 2004 seharusnya pemerintah sangat ketat untuk memberikan izin pembangunan kawasan tertentu apalagi dikawasan rawan gempa dan tsunami.

Program mitigasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi, buku sejarah bencana gempa di Indonesia sudah sangat tebal, namun isinya masih pepesan kosong dalam bentuk implementasi tata ruang kota berketahanan gempa dan seharusnya menjadi pijakan untuk membangun kota serta agar dapat memberikan ketenangan bagi masyarakat dalam menghadapi datangnya gempa dan agar tidak mudak termakan isu hoax yang tidak bertanggungjawab.

Perencanaan pembangunan bencana sudah harus tertanam sejak dimulainya pembangunan rekonstruksi dan komitmen pembangunan sumber daya manusia yang tangguh menghadapi bencana.

Jepang masih dianggap terbaik dalam budaya mitigasi maupun pembangunan standart building kode bangunan tahan gempa dan 90 persen kontsruksi bangunan di Jepang berbasis tahan gempa dan cocok bagi negara yang berlangganan gempa untuk belajar membangun tata ruang gempa, dan Indonesia perlu belajar budaya mitigasi bencana, baik bersifat struktural maupun non struktural, karena karakteristik wilayah tatanan geologi Indonesia hampir sama dengan Jepang, terbentuk oleh kepulauan vulkanik, berada dikawasan ring of fire, banyak terdapat gunung api, pusat pertemuan antar lempeng besar yang menyebabkan gempa dan tsuanmi besar dan memiliki daerah pesisir pantai yang panjang dan luas serta memiliki kawasan yang bisa diterpa bencana tsunami hingga ke dalam inti kota.

INDONESIA BELUM SIAP

 

Kejadian gempa di lokasi kepulauan seperti yang terjadi di Selat Sunda yang terbentuk diantara Pulau Jawa dan Sumatera tidak jauh berbeda dengan Kepulauan Nusantara-Indonesia di era modern ini, terpisah dari daratan Asia Besar oleh pembenturan lempeng, Indonesia dipisahkan oleh cekungan busur Belakang dan Depan dari dua sisi yang berbeda dari dua benua. Kondisi ini dapat membangkitkan tsunami di sepanjang Pantai Barat Pulau Sumatra. Kota-kota besar di Sumatera Utara harus siap menghadapi ancaman ini, karena ancaman maut yang diberikan tidak jauh berbeda dengan tsunami maut Aceh-Andaman 2004, namun tingkat kerusakan akan lebih parah, karena kondisi blok batuan yang menyusun bumi ruang Sumatera Utara saat ini belum dalam kondisi stabil, setelah ada gempa-gempa kuat dari awal tahun 2010 hingga menjelang akhir tahun 2016, jadi peningkatan kewaspadaan memang harus ditingkatkan dalam bentuk perencanaan tata ruang gempa.

Bersyukurlah karena sampai saat ini gempa di Mentawai belum kondisi pelepasan energi ganas namun sebagai peringatan bagi kota-kota di Pantai Barat Sumatera agar lebih mempersiapkan tata ruang mitigasi yang komprehensif, karena sampai sekarang ternyata belum banyak bangunan dan infrastruktur fisik lainnya mengikuti kaidah building code yang berketahanan gempa, setengah peralatan tsunami rusak dan 80 % masyarakat bermukim di kawasan rawan bencana dan dukungan politik lokal dalam pengurangan resiko bencana masih sangat rendah sekali.

Gempa Mentawai kini memang menjadi pusat perhatian, namun bukan berarti pengamatan gempa lain tidak luput mengalami efek domino untuk diamati terutama gempa di Selat Sunda, di kawasan Nias-Simeulu ke Andaman-Nikobar ataupun dapat merangsang energi di Patahan Sagaing di Burma. Refleksinya bisa di lihat pada gempa Taiwan dapat memberikan stimulus medan stress gempa di kawasan Burma dan Semenanjung Asia Tenggara.

Yang dapat dilakukan masyarakat adalah mempersiapkan diri dan membangun fundemental bencana untuk menghadapi ketidak pastian bencana yang datang bertubi-tubi di negeri yang memang sudah ditakdir hidup akrab bersama gempa dan harmonisasi dengan lingkungan gunungapi. Masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, memastikan kondisi tata ruang kota mereka ada jalur evakuasi bagi kota yang berhadapan langsung dengan Samuerda Hindia dalam menghadapi tsunami. Apa sudah siap?

TSUNAMI TERABAIKAN

Diketahui tsunami menghancurkan seringkali disebabkan oleh gempa megathrust ketika sesar bumi yang berukuran besar melakukan penyesuaian dengan bergerak secara vertikal disepanjang patahan bumi.

Mitigasi Bencana Gempa Bumi, Simak Langkah-langkah mulai ...

Gambar : Mitigasi sederhana yang (kadang) dilupakan (Sumbr gambar : BPPD Klaten)

Para pakar tsunami mengatakan banyaknya jumlah korban terus mencerminkan kurangnya sistem canggih untuk deteksi dan peringatan tsunami di indonesia.

Ironisnya, sistim mitigasi di Indonesia masih belum komprehensif sehingga tidak mengherankan mengapa jumlah korban di Indonesia tidak pernah berkurang, diketahui Indonesia hanya memiliki sistem seismograf, perlengkapan global positioning system (GPS) dan tide gauge (alat pengukur perubahan ketinggian air laut) untuk mendeteksi tsunami sangat sedikit, yang memiliki efektivitas sangat rendah bagi kawasan laut Indonesia yang sangat luas tempat bertemunya empat lempeng besar.

Sedang alat pendeteksi gempa dan tsunami milik BMKG berupa buoy sangat ini lebih banyak tidak berfungsi dan banyak dicuri orang, sehingga ketika terjadi bencana tsunami masyarakat mengalami dampaknya. Indonesia memiliki 22 jaringan sensor perubahan tekanan kecil di dalam laut namun umumnya tidak berfungsi dan rusak karena tidak dirawat.

Yang mengherankan Pemerintah justrunya sangat getol membangun infrastruktur tol dan jalan layang dalam kota, cobalah memperhatikan kondisi mitigasi di daerah pesisir dengan membangun pendeteksi tsunami hampir ditiap wilayah Indonesia sehingga pelajaran tsunami Selat Sunda dapat diprediksi atau setidaknya masyarakat berjaga-jaga atau mencari tempat untuk berlindung.

Karena ada 18 daerah yang sudah merasakan kehancuran dampak tsunami karena tidak memiliki teknologi TEWS, sensor broad bank tanpa awak dan mitigasi ketataruangan yang berbentuk non struktral dan struktur antara lain NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jateng bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak (yapen), Balikpapan dan Fak-Fak

Akurasi pemprosesan data harus selalu real time, sehingga perlu lembaga-lembaga riset dan pengawasan dapat bekerjarsama untuk menyebarkan dan memperluas jaringan teknologi, bukan bekerja jalan sendiri, kerja antar sektor di ndonesia dibidang tsunami belum melembaga secara keseluruhan, dan masih ada saja tidak memberikan data secara ikhlas.

Terkait tanggung jawab informasi bencana alam seperti gempa dan tsunami seharusnya mengalokasi dana pengembangan teknologi lebih besar dibandingkan pembangunan infrastruktur yang tidak tepat sasaran, termasuk seminar-seminar, khususnya pemerintah daerah wajib mengalokasikan dana APBD lebih besar dari 5 % dari total anggaran. Mengingat kondisi infrastruktur yang sudah terbangun sangat membutuhkan sistem pengaman dari kehancuran efek gempa bumi.

Di era revolusi 4.0 seharusnya informasi lebih cepat ke tangan masyarakat, era revolusi dan era internet atau era satelit yang mengglobal, rasanya tidak mungkin Indonesia kedodoran, tetapi itulah yang terjadi, Indonesia sangat bodoh, lemah pengawasan, lemah pelembagaan, lebih fokus pada proyek pretisius seperti membangun jalan tol antar provinsi antar pulau.

Padahal kita tahu, bencana setiap saat mengintasi dan menghancurkan apa saja, termasuk proyek pretisius, dan dipastikan banyak tidak dirancang berketahanan gempa dan tsunami, tiba-tiba masyarakat menjadi miskin seperti orang bodoh, pasrah. Dilain pihak kita sibuk mencari kesalahan, sibuk membungun ini, sibuk membangun itu, kita seperti alpa menjaga diri, menjaga Indonesia, menjaga ancaman bencana sehrusnya kita lebih memprioritaskan sistim mitigasi bencana secara menyeluruh.

Tulisan ini telah dipublikasi diberbagai media

1 Okt 2024

Mitigasi Lingkungan : Kearifan lokal tsunami

KEARIFAN LOKAL TSUNAMI SEMAKIN MEMUDAR

Oleh :. Anwar Siregar

Adalah sangat penting menggali kembali kearifan lokal lingkungan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk upaya mitigasi bencana lingkungan di era sekarang, mengingat banyak generasi mulai melupakan kearifan lokal untuk mengantisipasi bencana alam tsunami dalam menghancurkan lingkungan hidup.

Pengalaman sejarah terjadinya gempa yang berkali-kali di Nias, Aceh Simeulue, Mentawai dan kawasan Timur Indonesia telah membentuk prilaku masyarakat sejak zaman dahulu untuk cenderung mempertahankan diri terhadap dampak yang diakibatkan bencana itu sendiri. Sebagai contoh, konstruksi rumah adat yang anti gempa dan membangun perkampungan di dataran tinggi atau daerah pegunungan.

SEMAKIN MEMUDAR

Namun seiring dengan perkembangan peradaban dan pergeseran nilai-nilai budaya, generasi sekarang terkesan justru melupakan kearifan lokal yang pernah dimiliki oleh generasi pendahulunya. Perlu upaya terpadu dari semua pihak untuk menggali kembali kearifan lokal dan menerapkannya dalam kehidupan masyarakat untuk dilestarikan.

Pelatihan-pelatihan tidaklah cukup jika hanya sekedar menghabiskan anggaran yang ada, tetapi lebih kepada berbagai metode yang lebih praktis dan mudah diterima/dipahami oleh masyarakat awam. Melalui pendidikan sangatlah tepat, baik formal maupun informal.

Andai ada banyak yang berpikir sama dan mau melangkah bersama, banyak hal penting dapat dilakukan bersama untuk mengatasi persoalan kerusakan lingkungan, dan banyak persoalan dapat juga diupayakan solusinya. Ini merupakan filosofi kehidupan leluhur kita, yang semakin memudar di praktekan di era sekarang.

Mari kita mulai dari langkah kecil yang nyata dengan komitmen yang kuat dan kebersamaan, kiranya akan bergulir dan mengalir menjadi sebuah gerakan sosial bersama untuk membangun kearifan lokal dalam membangun sarana fisik dengan mengenali tanah tempat kehidupan kita dan lalu peliharalah lingkungannya dengan baik. Niscaya, keberlangsungan kehidupan di pulau-pulau pesisir maupun didaerah hulu akan dapat meminimalisasikan tingkat bahaya. Sangat penting untuk kita lalukan, demi untuk anak cucu atau generasi berikutnya.

BNPB sering mengingatkan warga di daerah rawan bencana alam agar menggali kearifan lokal untuk dapat dijadikan sebagai peringatan dini ketika ada ancaman tsunami. Penggalian kembali kearifan lokal sangat penting dalam upaya penyelamatan masyarakat dari gelombang tsunami. Kebijaksanaan lokal yang dipahami dan diterapkan sejumlah daerah sudah terbukti dalam mengurangi korban jiwa.

Mitigasi Bencana Gempa Bumi, Simak Langkah-langkah mulai ...

Gambar : Mitigasi Gempa berbasis sederhana (sumber gambar : BPPD Klaten)

Sebagai contoh di Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang memahami dan mempunyai kearifan lokal yang dikenal Semong. Dari sekira 400 ribu penduduk di kepulauan itu, hanya sedikit yang meninggal akibat bencana gelombang tsunami yang terjadi pada 2004. Sekadar diketahui, Semong adalah kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue dalam membaca fenomena alam pantai telah menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana tsunami.

Teriakan Semong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi di mana air laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit. Ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari leluhur belajar dari kejadian bencana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu. Semong ini yang menyelamatkan masyarakat di pulau Simeulue, padahal secara geografis letaknya sangat dekat dengan pusat gempa. Semong bagi masyarakat pulau Simeulue disosialisasikan turun-temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh masyarakat, sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati masyarakat pulau itu. 
Hal seperti itulah yang mestinya menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Alam, selain memberikan manfaat bagi kelangsungan umat manusia juga memberikan pelajaran berharga. Salah satunya dengan peristiwa bencana. Manusia dengan kelebihan akalnya akan mampu menangkap tanda-tanda sebagai bentuk proteksi dan adaptasi dari perubahan alam. Kadang kesombongan manusialah yang memperburuk dampak dari siklus alami ini.

Nenek moyang bangsa ini berhasil membaca sinyal alam menjadi satu falsafah hidup dan melahirkan nilai-nilai kearifan lokal. Namun, manusia modern yang mendewakan teknologi banyak mengabaikan warisan luhur ini. Fenomena alam sebagai daur ulang kehidupan manusia dan alam semesta dengan periode tertentu dapat berubah menjadi bencana yang menyeramkan. Karena itu, bencana alam harus mendesak manusia lebih memahami the power of nature.

Dalam hal ini, BNPB memegang perang siginifikan. BNPB yang memegang amanat Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 dituntut mampu peran koordinasi penanggulangan bencana di pusat dan daerah dalam meningkatkan kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana, serta membangun kesadaran masyarakat dalam upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. BNPB menjadi motor penggerak mewujudkan ketangguhan bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana dan semua elemen masyarakat turut berperan aktif.

PENGETAHUAN BENCANA

Dengan demikian, bencana seyogianya membuat manusia semakin sadar pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menggali nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Lepas dari itu semua, bencana lingkungan bukanlah suatu kebetulan, seperti kelahiran, kematian, rezeki dan jodoh, semuanya tercatat di lauhul mahfudz.

Menggali potensi kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan partisipatif dan melibatkan dukungan banyak pihak, seperti budayawan, sosiolog, tokoh masyarakat dan pendidik. Kearifan lokal yang mulai kurang dikenal dan dihayati dapat diformat dalam bahasa publik, bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. 
Pengetahuan tentang kebencanaan seyogianya menjadi muatan lokal di wilayah yang paling rawan gempa.

Bahwa berharap semata hanya pada kearifan lokal atau local knowledge masyarakat bukan hal yang tepat. Sebaliknya, mengandalkan keakuratan sistem peringatan dini tsunami juga hal yang rentan karena waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan peringatan sampai pada perintah evakuasi akan memakan waktu lebih banyak ketimbang waktu yang tersisa untuk evakuasi itu sendiri. Diperlukan suatu sistem yang memadukan keduanya, dimana kebiasaan merespon gejala tsunami terus digalakkan dengan (misalnya) berlari ke tempat tinggi, sementara di lain pihak perlu terus dilakukan peningkatan efisiensi peringatan dini tsunami. Ini satu contoh saja bagaimana mensimetriskan hubungan antara local dan expert knowledges dalam penanggulangan bencana alam.

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa dengan kearifan lokal lingkungan sangat penting untuk peningkatan kapasitas dan harmonisasi budaya hidup di daerah rawan gempa dengan menata ulang sarana infrastruktur fisik dan saling mengingatkan masyarakat dalam kearifan lokal, untuk menjauhkan tingkat bahaya agar dapat menekan kendala besar dalam membangun fundemental pembangunan antara relasi ilmu pengetahuan gempa dengan kearifan lokal dalam menghadapi bencana alam yaitu pengetahuan kearifan lokal, merupakan pengetahuan yang melekat di masyarakat sekitar lokasi bencana yang terbangun atas dasar pengalaman mereka mengalami kejadian bencana, dan kedua, pengetahuan ilmu gempa atau expert knowledge, dibangun atas dasar serangkaian aktivitas riset yang dilakukan oleh para pakar (ilmuwan).

Relasi ideal keduanya tentu saja seharusnya simetris, dimana pengetahuan kearifan lokal bisa menjadi referensi bagi para pakar untuk menyimpulkan kondisi dan penanganan suatu bencana, begitupun sebaliknya. Resultan antara pengetahuan kearifan lokal dengan pengetahuan ilmu gempa, inilah yang kemudian bisa dijadikan pijakan penyusunan manajemen dan pembangunan tata ruang fisik kota di Indonesia.

M. Anwar Siregar

Geolog, Pemerhati Tata Ruang dan Lingkungan, Energi Geosfer

 

1 Agu 2024

Investasi Tambang Sumatera Utara

INVESTASI TAMBANG di SUMATERA UTARA 

Oleh M. Anwar Siregar 

Dengan dikeluarkannya UU Panas Bumi 2014 pengganti UU Panas Bumi No 27 tahun 2003, yang memungkinkan dapat menerobos kawasan hutan konservasi, maka industri pertambangan panas bumi harus memperhatikan keberlanjutan kualitas lingkungan di hutan-hutan, potensi panas bumi terdapat 6.157 mw atau 21, 5 persen berada di kawasan hutan konservasi dan 6.391 mw atau 22.33 persen berada dalam wilayah hutan lindung yang menyebar nyaris merata di wilayah Indonesia. 

Bayangkanlah bagaimana hancurnya sistim ekologis lingkungan jika dunia usaha pertambangan di Sumatera Utara tidak berbasis dan bertumpuk pada keberlanjutan lingkungan dan manajemen hijau lingkungan. Menyambut hari pertambangan di bulan September perlunya memperhatikan kondisi ekologi sumber daya dan investasi tambang berbasis hijau untuk mengurangi dampak kerusakan karena hingga saat ini lebih banyak pertambangan illegal yang jelas tidak berbasis hijau yang berkeliaran di Provinsi Sumatera Utara. 

EKOLOGI SUMBER DAYA 

Industri pertambangan di Sumatera Utara harus berbasis ekologi sumber daya,karena industri pertambangan merupakan usaha industri yang bertumpuk pada aspek keberlanjutan sumber daya alam yang ada, maka usaha pertambangan juga bertumpuk pada keberlanjutan aspek ekonomi di sumatera utara, sehingga perlu ada prinsip cadangan dasar yang besar dalam menghadapi persaingan global, berfungsi menggantikan lingkungan sumber daya alam yang telah terpakai dengan sistim pola rehabilitasi lahan lingkungan yang berbasis keberlanjutan lingkungan hidup. 

Keterbatasan sumber daya alam lingkungan di Sumatera Utara, dapat menimbulkan efek yang sangat luas. Untuk itu perlu suatu perencanaan tata guna lahan dalam pemakaian sumber daya alam yang terbatas dengan berbanding lurus dengan pemakaian sumber daya lingkungan dengan sistim reklamasi lalu direhabilitasi dalam jangka waktu tertentu. Agar pengembangan investasi industri pertambangan yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara tetap berjalan, harus memperhitungkan keberlanjutan lingkungan pertambangan dengan ekonomi sumber daya alam yang saling terkait, sebab industri pertambangan berbasis ekonomi berkelanjutan sama antar kedua tujuannya, industri pertambangan bertumpuk pada sumber daya alam, juga bertumpuk pada kualitas lingkungan yang juga berbicara faktor ekonomi. 

KONSTRIBUSI 

Jika kita cermati kondisi dunia pertambangan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara banyak usaha jasa pertambangan tidak bertumpuk pada keserasian hubungan dengan lingkungan dan ekonomi masyarakat. Terlihat dengan banyak tindakan protes keberadaan suatu usaha pertambangan yang tidak melibatkan peran masyarakat sekitarnya, sehingga sebagian izin lokasi tidak mendapat dukungan masyarakat. 

Pendekatan yang persuasif yang paling penting, sebuah pengalaman yang seharusnya diutamakan sebelum izin prinsip keluar dari birokrasi pemerintah, memberikan gambaran program-program perusahaan yang berhubungan dengan tiga kondisi yang sangat vital bagi keberlanjutan investasi pertambangan yang berizin di sumatera utara, antara lain : Kualitas lingkungan berkelanjutan, ekonomi infrastruktur lokal, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan semuanya harus ditindak lanjuti sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun dan sepakati bersama agar tidak menimbulkan friksi. 

Ketiganya akan memberikan efek gairah bagi ekonomi bukan saja untuk perusahaan tambang tetapi juga bagi Sumatera Utara, menghasilkan produktivitas SDA lingkungan yang berkelanjutan. Maka pihak pertambangan harus memiliki konstribusi positif bagi masyarakat dengan memberikan laporan tentang kegiatan tambang bagi keselamatan dan keberlanjutan lingkungan, misalnya tentang komitmen pengabdian kelestarian lingkungan melalui manajemen hijau, namun jarang dipublikasikan ke masyarakat di era transparansi. 

Perlunya pembangunan industri pertambangan berbasis ekonomi lingkungan berkelanjutan, karena hal ini jarang dipersiapkan terutama untuk investasi rehabilitasi lahan lingkungan agar dapat memperbaharui bahan tambang tertentu yang mendominasi sebagai sumber PAD, jangan sampai terabaikan, harus memberikan konstribusi kepada masyarakat agar tidak semakin miskin apabila ada bencana,sebab lokasi rata-rata keterdapatan sumber daya geologi pertambangan yang dikategori bahan tambang vital dan bahan tambang strategis umumnya di daerah rawan bencana geologis, terlihat di wilayah Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah dan sebagian Tapanuli Utara yang diapit zona patahan Renun-Toru, memiliki berbagai potensi sumber daya alam tinggi, 

Bukti penelitian menunjukan, bahwa 95 persen bahan tambang startegis berada di dalam kawasan hutan lindung, dan sebagian hutan konservasi, garis penyebaran sumber daya geologi pertambangan di Indonesia menunjukkan di apit oleh dua jalur kebencanaan yaitu jalur magmatik vulkanik dan jalur tektonik kegempaan, dan pusat utama keterdapatan sumber daya alam berada dalam tiga cekungan yang mengapit pulau-pulau besar di Indonesia,sebagai contoh sumber daya panas bumi dan sebaran bahan tambang emas,kenampakannya sumber daya emas banyak di wilayah Tapanuli bagian selatan yang diapit jalur magmatik. 

INVESTASI PRODUKTIVITAS 

Industri pertambangan dan energi harus memiliki langkah-langkah investasi produktivitas yang berkelanjutan bagi cadangan SDA di lingkungan, melalui langkah program yang terintegrasi untuk peningkatan kualitas lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Peningkatan investasi produktivitas dan kapasitas masyarakat terhadap lingkungan, yakni peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan intensif dalam mengelola lingkungan disekitar keterdapatan sumber daya alam, pendampingan dan melakukan praktek dan studi banding pengelolaan reklamasi tambang galian untuk menghasilkan produktivitas ekonomi lingkungan. 

Peningkatan investasi produktivitas infrastruktur lingkungan, langkah ini diperlukan agar upaya peningkatan investasi dan ekonomi masyarakat tidak terkendala dan selaras dengan kegiatan perusahaan tambang untuk mencapai kemajuan bersama, kerjasama peningkatan infrastruktur lingkungan seperti perbaikan kondisi jalan dan jembatan, pengendalian erosi tebing jalan, pembangunan penampungan sampah dan air bersih untuk menjaga kualitas lingkungan, pembangunan fasilitas sumur bor dan fasilitas sanitasi MCK untuk menjaga kesehatan lingkungan. 

Investasi produktivitas keberlanjutan ekonomi lingkungan SDA, upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan harus menjadi komitmen kuat bagi pelaku industri besar seperti perusahaan pertambangan yang membutuhkan dana investasi sangat besar, program penting kelestarian lingkungan SDA dengan memprhatikan aspek dampak lingkungan, menjaga kelestarian air dan analisis pembuangan air limbah dan B3 ke lingkungan. 

Harus terus meningkatkan kualitas pemeliharaan peralatan yang efisien agar tidak menjadi barang rongsokan ke lingkungan, yang paling utama dibutuhkan adalah bangunan permanen serta lokasi tempat pembuangan sampah (TPS) limbah B3, mengingat penggunaan bahan kimia dalam usaha pertambangan sangat dibutuhkan dalam berbagai produksi serta pengolahan, pembuangan sisa air tambang yang banyak mengandung B3 ke lingkungan dengan membentuk bidang kajian analisis dampak lingkungan untuk berperan aktif dalam memenuhi kualitas dan kesehatan lingkungan. 

MANAJEMEN HIJAU 

Ekonomi lingkungan hijau berkelanjutan identik dengan dua hal, yaitu menajemen ekonomi hijau dan lingkungan hijau, ekonomi hijau bertumpuk dan mendorong terbentuknya lingkungan hijau, dengan kata lainnya tidak akan membiarkan kondisi tempat keberadaan SDA mengalami kerusakan, tanggap cepat dengan program hijau. 

Pentingnya melakukan perubahan perilaku dalam usaha pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan SDA dengan selalu berpihak dan berpijak pada prinsip ekonomi hijau yaitu pengetasan kemiskinan melalui produktivitas SDM, kedua, perusahaan pertambangan harus mampu menjadi contoh untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, transfer ilmu pengetahuan dan memajukan pendidikan lingkungan serta ketiga berpihak kepada masyarakat dengan melibatkan dalam semua mekanisme operasional perusahaan. 

Komitmen ini diperlukan bagi perusahaan pertambangan yang berinvestasi di sumatera utara, mengingat kondisi lingkungan pertambangan rawan bencana geologis dan konflik sosial serta konflik masyarakat dengan perusahaan, dan harus mengakomodir nilai-nilai kearifan lokal masyarakat sumatera utara yang multi etnik. 

M. Anwar Siregar Enviromental Geologist

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...