29 Mei 2012

Perlukah JSS?Bagaimana Aek Latong : Geologi Mitigasi

PERLUKAH JSS? BAGAIMANA AEK LATONG? 
Oleh M. Anwar Siregar



Gambar : Perlu rekonstruksi infrastruktur jalan yang berbasis kerentanan gerakan tanah di Aek Latong agar kejadian gerakan tanah dapat diminimalisasi (Sumber : Dok Foto Penulis, 2013)
 
Geodinamika fisik Indonesia terus menerus mengalami perubahan kondisi tatanan geologi, akibat siklus gempa di pantai barat sumatera dalam 12 tahun terakhir, menyebabkan banyak terjadi anomali kerentanan dan perubahan batimetri kelautan dan terbentuknya seamount disekitar Palung Jawa. Dan Indonenesia yang bersemangat membangun infrastruktur prestisius harus memperhitungkan aspek geodinamika tersebut, karena fakta sejarah kebencanaan telah memberikan pelajaran bagaimana bangsa ini terus mengalami kejadian musibah bencana pada daerah lingkungan geologi kelautannya yang telah diidentifikasi tingkat bahayanya. Serta Selat Sunda masih dalam kesatuan gerak dinamis gempa megatrush Nias-Simeulue. GEOLOGI SELAT SUNDA 
Dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), banyak aspek design pavement dan investigation design engineer earthquaked yang perlu diperhatikan selain penguasaan teknologi jalan jembatan yang dibangun diatas laut dalam. Dari beberapa literatur menyebutkan bahaya bencana geologi pembangunan JSS di Selat Sunda lebih besar dibandingkan pembangunan Jalan Aek Latong (JAL), ada 9 aspek utama tentang kebencanaan geologi jembatan yang berhubungan dengan lingkungan geologi kelautan bersifat terpadu, antara lain : 1. Geologi Lingkungan, Selat Sunda merupakan wilayah dengan kegempaan tinggi di Indonesia, terdapat berbagai model jenis bencana universal antara lain bencana gempa, tsunami tektonik, tsunami gunungapi, tsunami gerakan tanah, letusan gunungapi aktif, cuaca dan iklim ekstrim, gerakan tanah bawah permukaan akibat pecahnya kerak bumi pada kejadian geologi masa lalu. 
2. Geologi Tektonik, merupakan daerah yang labil, merupakan daerah dengan percepatan deformasi kerak bumi yang terus menerus mengalami tekanan, penumbukan, penghancuran dan pelumatan kedalam bumi oleh gerak lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia. 3. Dari sudut Geologi Vulkanologi, Selat Sunda merupakan kawasan kumpulan gunungapi aktif, harus memperhitungkan munculnya aktivitas magmatis, terdapat gunung tua di Lampung Selatan dan Banten, zona peralihan tektonik aktif antara Sumatera dan Jawa. Lebih tegasnya merupakan titik lemah bola bumi Indonesia yang telah memisahkan Pulau Sumatera dengan Jawa. 
4. Dari sudut Geologi Paleomagnetik Kelautan merupakan kawasan tingkat kecepatan fluida air yang tidak beraturan, banyak terdapat kerentanan anomali air yang tinggi, arus turbiditas air bawah permukaan laut yang mudah menyebabkan longsor di ujung patahan Sumatera di Selat Sunda yang mungkin saja terjadi, percepatan rambat gelombang seismik kepermukaan cukup tinggi dengan harus memperhitungkan pengulangan gempa berdasarkan sifat supsitibilitas magnetik, percepatan arus angin dan tekanan energi lateral pada kekuatan tanah dan batuan yang dapat mempengaruhi kekuatan bangunan jembatan, dapat mempengaruhi kondisi keausan konstruksi JJS 
5. Dari sudut Geologi Seismologi, aktivitas seismik sangat tinggi di kawasan Selat Sunda, tingkat percepatan rambat energi seismik dapat mencapai 9.0 SR, segala jenis bencana gempa dan tsunami ada diwilayah ini, sebab perubahan kerak bumi yang luas menyebabkan penurunan tanah dapat terjadi tiba-tiba, ada pembebanan lempeng muda yang menumpuk di atas lempeng tua. Tinggi gelombang tsunami dapat mencapai 25 meter dengan kedangkalan gempa 70 km dengan kecepatan mencapai jembatan 75 menit dalam radius 50 km dari pusat subduksi di Selatan Jawa. Simulasi tsunami GA Krakatau memperlihatkan penjalaran tsunami dengan estimasi tsunami disekitar lokasi JJS sebesar 25 meter dalam waktu 43 menit ke JJS. 
6. Dari sudut Geologi Stratigrafi, merupakan kawasan perlapisan platform yang tipis, ketebalan lapisan 30-70 km dan telah mengalami perubahan deformasi lantai dasar akibat letusan gunungapi Krakatau sejak zaman purba hingga ke era modern. Lapisan stratigrafi yang sekarang merupakan sedimentasi dan batuan tidak padat. Lempeng yang terbentuk di kawasan pantai barat hingga ke Selat Sunda merupakan “daur ulang” pemekaran lantai dasar samudera. Lantai dasar selat sunda sekarang merupakan bagian dari permukaan P. Jawa-Sumatera yang tenggelam, terobek dan membentuk kawasan hiperlabil. 7. Dari sudut Geologi Teknik, akan ada penurunan tanah karena stratigrafi yang tidak padat, susunan batuan yang tidak homogen sehingga perambatan gelombang semakin cepat kepermukaan untuk menghasilkan hasil kerja gempa, yaitu likuafaksi, amplipikasi, dan gerakan tanah. 
8. Geologi Struktur, sudah jelas merupakan kawasan jalur sirkum patahan bumi dan zona gunungapi aktif, berusia muda, memiliki bangun arsitekur yang kompleks, zona subduksi lempeng, zona kawasan prisma akresi, zona persinggungan gempa tektonik dengan vulkanisme, berkorelasi dengan jenis patahan lokal dan regional. Tiga patahan aktif regional yang terletak pada radius di bawah 50 km didaratan Sumatera dan dasar laut Selat Sunda adalah patahan aktif Teluk Lampung. Patahan aktif Panaitan/Rajabas dan patahan aktif Sukadana, dan didaratan Jawa dengan patahan aktif Banten, 
9. Geologi Sejarah Kebencanaan, pembangunan JSS harus memperhitungkan informasi geologi, bahwa kejadian masa lalu merupakan cermin kejadian masa sekarang dan masa sekarang sebagai gambaran masa mendatang, bahwa bencana yang pernah terjadi akan terjadi lagi pada tempat yang sama dengan intensitas kejadian yang berbeda, bahwa gunung api, tsunami dan gempa bisa terjadi lagi dengan kemungkinan gempa lebih besar. Sejarah telah mencatat sejak tahun 1453 hingga 1883 GA Krakatau di selat sunda berulangkali meletus. Usia 1883 ke era sekarang telah mendekati siklus pelepasan energi yaitu 2083 dan pembangunan JSS diperkirakan selesai tahun 2025. 
PERLUKAH JSS? 
Melihat perkembangan pembangunan infrastruktur fisik seperti membangun prasarana jembatan yang kecil saja di Indonesia banyak mengalami kasus yang memalukan, dan dipastikan ada yang rusak dalam 6 bulan, apalagi membangun JSS yang menelan biaya mencapai 100 triliun lebih. Jembatan Kutai Kertanegara yang tidak terletak didaerah rawan bencana gempa, Indonesia mengalami kecolongan, bagaimana didaerah yang sudah sangat jelas memiliki berbagai jenis bencana universal? 
Pastas saja masyarakat bertanya, pentingkah atau perlukah pembangunan JJS? Bagaimana dengan nasib jembatan kecil di seluruh Indonesia? Ataupun jalan-jalan negara yang rusak, sudah lebih mirip dengan jalan-jalan desa yang lebih membutuhkan perbaikan mobilitas ekonomi agar tidak “macet”. Dalam beberapa bulan ini, berita “bencana jembatan” menghiasi media massa, dari sini terkuak bagaimana “bobroknya” kualitas jembatan di Indonesia. 
Daerah yang tidak rawan bencana ternyata bisa juga menghasilkan bencana jembatan. Kualitas infrastruktur dan tingkat keamanan serta pemeliharaan jembatan yang dibangun dengan dana miliaran rupiah dikerjakan asal-asalan. Lihat saja jembatan Kutai, jembatan Suramadura. Jalan-jalan negara banyak dibiarkan rusak parah dan diperbaiki dengan “sistim tambal sulam”, seharusnya melakukan perbaikan jalan dulu karena belum semua daerah menikmati jalan dan jembatan yang mulus, lebar, dan kuat. Perlukah sekali lagi pembangunan JSS jika melihat segala kondisi geologi Selat Sunda? Sedangkan JAL membutuhkan perbaikan agar layak sebagai jalan transportasi. 
ADAKAH SOLUSI JAL? 
Rencana pemerintah membangun JSS dinilai lebih banyak mudaratnya dibandingkan manfaat dan bisa jadi penghamburan anggaran. Seharusnya bangsa ini harus belajar dari gempa dan tsunami di Jepang. Dengan teknologi yang sangat tinggi sekelas PLTN saja dibuat rata dengan tanah, pemerintah sepertinya menganggap sepele. Lantas bagaimana solusi pembangunan JAL? Jika kita mampu membangun jembatan Suramadura dan rancangan JSS dengan teknologi canggih yang mutakhir kenapa pembangunan JAL tidak bisa? 
Sebenar solusi JAL ada dan memberikan kebanggaan prestisius dengan model pembangunan mirip konstruksi JSS yaitu jalan jembatan layang (JJL) sepanjang 1200 m yang menghubungkan Aek Latong ke Simangumban yang menggunankan beberapa tiang gantung dengan menumpuk kaki atau tiang pancang pondasi konstruksi pada beberapa titik (lokasi) tanah yang padat dan kuat serta stabil jauh dari titik zona longsoran pada daerah di atas patahan aktif. 
Standart struktur bangunan jalan dan jembatan harus mengacu pada kajian geologi hazard dan georisk serta peta bahaya percepatan gerakan tanah di batuan dasar akibat energi gempa, struktur kaki jembatan dan tiang pancang pada tiap formasi batuan geologi yang menyusun Aek Latong tidak seragam harus diberi sistim peredam berupa bantalan karet peredam getaran pada lapisan dasar untuk mencegah efek resonasi keatas permukaan konstruksi dan tidak menimbulkan efek mengayun dan efek memuntir, jarak tiap tiang pancang harus cukup jauh untuk mencegah kekakuan struktur ketika terjadi gempa atau angin kencang dengan memperkuatkan sisi bangunan tiang pancang yang berhadapan langsung. 
Pada tiap kaki jembatan dan badan jalan harus ada zona sanggahan berupa peredam parit seismik yang ditanam sepanjang fisik JJL dengan jarak tertentu sesuai probabilitas arah lintasan sesimik. Fungsinya adalah untuk mencegah getaran seismik melintasi badan JJL dan mengurangi serta meringankan beban getaran pada tiang pancang. Jumlah tiang pancang Jembatan bergantung kepada lokasi massa tanah padat. Jalan alternatif sekarang tidak dirancang tahan gempa dan sebagian koridor badan jalan masih berada dalam zona gempa.
Harusnya pemerintah jangan pelit mengeluarkan banyak dana karena pembangunan JAL sekarang justrunya akan terus mengeluarkan dana perbaikan karena dipastikan akan sering “rusak”.
M. Anwar Siregar Geologist,
pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan-Energi Geosfer,
Tulisan ini sudah dipublikasi di Harian 'ANALISA" MEDAN 7 MEI 2012

2 Mei 2012

Grand Design Gempa Maut Indonesia : Geologi Disaster


GRAND DESIGN GEMPA MAUT INDONESIA
Oleh : M. Anwar Siregar
Gempa ternyata belum berhenti walau sesaat. Terus memberikan efek tekanan dan deformasi zona kegempaan dalam waktu singkat kini telah mengancam wilayah Pantai Timur Sumatera dengan tercatatnya gempa di wilayah Bangka Belitung akan memberikan akumulasi semakin kuat bagi kehancuran beberapa patahan sehingga semakin tertekan. Pada daerah kritis gempa diwilayah Indonesia yang membentuk grand design maut strategis berikutnya. Dimulai dari Pantai Barat Sumatera, Aceh 2004, Nias 2005, Bengkulu 2007, Sumbar 2009, Mentawai 2010, Simeulue 2012, kembali lagi Bengkulu atau Lampung? Pola tekanan energi medan stress dari gerak relaksasi bumi di Patahan Laut Jawa akan menerus dan bersambung hingga ke Patahan Pegunungan Merantus di Kalimantan Timur. 
Batas alamiah dari kontinen Kalimantan masih berhubungan dengan kondisi geologi kegempaan di sekitar di Laut Sulawesi. Sehingga 10 tahun ke depan diprediksi akan ada gempa dahsyat di atas 7.0 Skala Richter (SR) berlangsung di Indonesia secara beruntun. Pola ini telah akan diawali gempa di Blok Aceh-Nias dengan kejadian gempa Mentawai 2010 dan Gempa Simeulue 2012 dengan kekuatan mencapai 8,9 SR (versi USGS) yang terjadi hari Rabu, 11-04-2012. Gempa strategis Sumatera-Jawa Jika kita mencermati kondisi Lempeng Sumatera-Jawa dalam beberapa tahun terakhir ini. 
Posisinya yang berada dalam kondisi “penjepitan” di antara dua lempeng besar benua. Semakin intensif mengalami penghancuran atau perobekan perut bumi dan membangkitkan tekanan yang semakin kuat bagi dapur magma di daratan serta melipatgandakan tekanan energi di patahan daratan Sumatera-Jawa. Ini akan membawa Indonesia 20 tahun ke depan memulai gempa strategis dunia. Bukti ini, dapat dilihat dari siklus pendek gempa-gempa Pantai Barat Sumatera dalam kurun 10 tahun berlangsung gempa dahsyat di atas 6.2-9.0 SR yang terjadi dimulai dari Bengkulu tahun 2000, 2002, 2007, 2008. Simeulue tahun 2002, 2005, 2008, 2010, 2012, Aceh tahun 2004, 2007, Nias tahun 2005, 2007, Sumatera Barat 2006, 2007,2009, 2010 dan Muara Sipongi 2006, Padangsidimpuan/Sipirok 2009. 
Ahli geologi menyebutkan, faktor pemicu utama gempa strategis Sumatera-Jawa berada pada batas konvergen antar lempeng untuk memberikan energi responsif blok antar patahan yang masuk dalam kawasan ring of fire. Bahwa masa siklus gempa sekarang ini terlalu singkat sehingga memungkinkan energi relaksasi bumi yang belum seimbang akan kembali mengakibatkan “pola medan stress” di perbatasan lempeng. Kemudian mengubah bentuk sisa runtuhan topografi kerak bumi dari Palung Laut Dalam yang belum stabil di ujung perbatasan Pulau Sumatera dan Jawa. 
Akibat gempa-gempa terdahulu selama 2 abad akan menimbulkan gempa dahsyat tsunami dalam kurun 5-10 tahun mendatang. Dimulai dari tahun 2010 ke 2012 dan sebelum tahun 2020, sangat singkat untuk mempercepat kehancuran Pulau Sumatera sebagai faktor ideal bagi berlangsung gempa strategis dahsyat dunia. Langsung atau tidak langsung akan menimbulkan efek pemicu goncangan berganda pada segmen patahan Sumatera-Jawa. Karena lanjutan Patahan Sumatera yang kompleks itu masih menerus ke Selatan Jawa bagian Barat dan Jawa bagian Timur. Di ujung patahan Sumatera terdapat kumpulan patahan geser naik yang berupa hasil penandukan antar lempeng di jalur subduksi sepanjang 300 km, dapat mengubah topografi bawah laut menjadi “area rupture yang terbaru” sebagai “ruang kosong” atau seismic gap banyak terdapat di antara Pulau Nias dan Simeulue yang menyebabkan gempa April 2012. 
Pembentukan ruang kosong ini akan mengakumulasi tekanan pada blok patahan Pantai Barat Sumatera terutama di Blok Enggano-Mentawai oleh gerak menyesar naik (trust fault convergent). Sehingga area rupture di blok Pantai Barat Sumatera yang ada sebelumnya, yaitu 600 km menuju ke Selat Sunda akan bertemu langsung dengan gunungapi bawah laut yang terjal dengan ketinggian 2500 km di Laut Jawa. Pertemuaan ini akan membentuk prisma akresi yang baru sepanjang busur kepulauan hingga kebelakang busur cekungan Nusa Tenggara. 
Jalur akresi merupakan jalur-jalur gempa kosong atau daerah dalam pengumpulan energi yang kini sedang berlangsung di Patahan Jawa-Selat Bali dengan energi penyerapan terendah ada di Utara Sumatera. Faktor lain yang semakin menegaskan bahwa suatu saat Lempeng Bumi Indonesia akan menghasilkan gempa dahsyat lagi adalah proses pembalikan energi seismik masih terus berlangsung di sepanjang Pantai Barat Sumatera. Porosnya di patahan Bengkulu-Lampung dan Sumatera Utara-Aceh. Timbulnya pembalikan energi seismik karena disebabkan gerakan pembalikan relaksasi energi dari Lempeng Pasifik ke arah Benua Asia yang bergerak lebih aktif, 17 cm/tahun dibandingkan Lempeng Indo-Australia bergerak 6-7 cm/tahun. Sehingga energi seismic gap terkonsentrasi pada blok-blok batuan di ujung patahan Sumatera di Selat Sunda yang telah memikul beban (gaya berat) dari efek deformasi gempa Aceh-Nias dan Bengkulu-Sumatera Barat. Sehingga dapat mengganggu termodinamika supervulcanoes Krakatau. Coba, lihat/amati cermat kejadian gempa yang kita rasakan sekarang. Pembalikan energi seismik berarti akan ada “efek penjalaran” energi tekanan dahsyat ke patahan Laut Jawa dan Pantai Timur Sumatera. 
Walau diketahui pusat kedalaman gempa berada 300 km tetap saja tidak aman bagi tata ruang kehidupan disebabkan: Pertama, jarak subduksi antara 50-400 km, memicu antar zona subduksi dalam satu kawasan satu blok kegempaan, bukti ini ada diwilayah Kep. Simeulue. Kedua, tersusun oleh topografi sisa runtuhan gunungapi dari ledakan gunungapi Krakatau dan gempa-gempa terdahulu, yang telah mengubah kondisi batuan yang semakin tidak homogen dalam meredam efek penjalaran energy, terkonsentrasi di Selat Sunda dan Kep. Enggano. 
Ketiga, ada perobekan sedalam 10 km dan panjang 1600 km jalur kegempaan yang akan terbentuk kemudian. Keempat, efek penjalaran menyebabkan akumulasi energi dalam kondisi kritis dibeberapa seismic gap di Selatan Jawa Timur dan Selat Bali serta NTB dengan terjadinya gempa kuat Sumbawa dan Rote-NTT--serta resonasi efek relaksasi bumi mengakibatkan gempa masih berlangsung di Bengkulu, Simeulue dan Nias dengan kekuatan diatas 5-7 SR. Diprediksi, 20 tahun ke depan Sumatera-Jawa akan memulai terjadinya “panen gempa tsunami” di atas 8.5 SR dengan Nias-Simeulue sebagai permulaan sekarang. Merambah ke beberapa zona subduksi terdekat di India yaitu subduksi di palung laut dalam Andaman dan kepulauan vulkanik Nikobar akan menginjeksikan tekanan ganda bagi pecahan blok efek gempa Aceh-Nikobar tahun 2004 di Lempeng Burma. 
Jalur pecahan yang ada di Lempeng Burma akan memudahkan energi responsif melanjutkan tekanan ganda di patahan Pegunungan Himalaya hingga ke patahan Anatolia-Jazirah Arab dan Afrika Utara. Pembalikan energi relaksasi bumi dimulai ke cekungan patahan Samudera Hindia melalui daratan Asia dari ujung Utara Sumatera ke Semenanjung Malaya atau Pantai Timur Sumatera. Tekanan dorong juga akan terjadi di cekungan Samudera Pasifik dengan menekan ruas patahan di Laut Halmahera dengan terjadinya gempa besar di Teluk Tomini atau subduksi Mayu dan Sulawesi. 
Gempa dahsyat Maluku-Sulawesi Wilayah Indonesia Timur termasuk daerah yang mampu menghasilkan gempa dahsyat strategis karena ada efek penjalaran seismik dari kawasan Pasifik oleh pembalikan energi relaksasi bumi secara menerus ke busur pulau vulkanik disepanjang ring of fire. Berhubungan langsung dengan subduksi Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Eurasia, karena ada dua sub Lempeng Eurasia yang saling menekan dan melumat Lempeng Maluku yaitu Lempeng Sangihe dan Lempeng Halmahera sehingga melapangkan ruang subduksi dan pemekaran laut serta gerak penekanan Lempeng Philipina ke wilayah Lautan Indonesia di Laut Banda. 
Wilayah penekanan patahan gempa di zona subduksi Maluku-Sulawesi merupakan tipe pertemuan subduksi interplate (penumbukan antar lempeng)--dengan pergerakan yang lebih aktif adalah Lempeng Pasifik ke titik hunjaman di Lempeng Halmahera--bergerak 12 cm/tahun, Lempeng Filipina menekan subduksi Sulawesi Utara bergerak 4-5 cm/tahun ke Lempeng Sangihe, Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Sunda-Sahul di sekitar Kepulauan Maluku Tenggara bergerak 6 cm/tahun. Sedang Lempeng Eurasia bergerak 2 cm/tahun.
Dengan karakteristik pergerakan keempat lempeng itulah yang akan menempatkan bumi Indonesia “mengancam” dunia dengan gempa strategis dahsyat. Jika pusat gempa terjadi di kawasan Laut Maluku-Sulawesi bagian Tenggara dan Utara tepat di Lautan maka interaksi keempat lempeng ini akan memberikan efek kejutan gelombang gempa berulangkali dengan gempa susulan yang hampir sama kuat. Kondisi geologi kegempaan di lautan Sulawesi Maluku merupakan pola Pemekaran Laut di Pantai Barat. 
Sedangkan di sebelah Timur atau Selatan Maluku terdapat 5 pusat zona penunjaman gempa seismik tinggi akibat hilangnya Lempeng Maluku.

Gambar : Grand Design gempa yang terjadi di Indonesia dari gerak lempeng bumi yang menekan wilayah Indonesia dan menggoyang daerah sekitarnya dalam radius ratusan kilometer di permukaan bumi (sumber : dari berbagai sumber)
Dengan melihat gembaran topografi tersebut, maka faktor tekanan, penghancuran ataupun pelumatan lempeng, pemekaran dan perubahan anomali kerentanan gravitasi kemagnetan akan menempatkan wilayah dunia dalam ancaman gempa strategis yang luas di kawasan Sulawesi melintasi ke Asia Timur, Asia Tenggara, Kalimantan Timur, Maluku, melintasi subduksi di kawasan Pasifik hingga ke Pantai Barat Amerika Utara di wilayah Meksiko dan semananjung California dan Samudera Hindia. Saling memicu zona subduksi yang terdekat dalam radius 1000 km di permukaan bumi untuk memulai “kiamat baru”. *****
( M. Anwar Siregar : Penulis adalah Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan Dan Energi-Geosfer. ). Tulisan ini sudah diterbitkan di Harian WASPADA Medan
http ://waspadamedan,com/opini

21 Mar 2012

Perlukah PLTN di Indonesia

PERLUKAH PLTN DI INDONESIA?
Oleh : M. Anwar Siregar

Penerapan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) di Indonesia tidak berarti pilihan yang tidak berisiko dan tanpa reaksi dari masyarakat Indonesia, ada kendala atau perlawanan politik karena menyangkut kemampuan SDM dan dampaknya terhadap lapisan bumi dan lingkungan. Sebab lainnya, sejak dibangun pertama kali hingga sekarang belum satupun Negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat mampu dan menemukan cara paling aman, baik dalam pengoperasian maupun penanganan sampah limbah nuklir, terutama untuk menempatkan pada tempat yang aman. Khususnya bagi Indonesia, masih memerlukan pemikiran lebih tajam lagi karena memperhitungkan kondisi geologi wilayah Indonesia dengan melakukan perbandingan yang telah terjadi di Jepang akibat gempa tektonik dengan tsunami dahsyat berkekuatan 8,9 skala Richter (11/3/2011) yang meretakan konstruksi satu reaktor nuklir dan meledakan tiga reaktor sehingga menimbulkan kebakaran dalam kondisi peringatan bahaya radiasi
PERLUKAH REAKTOR NUKLIR
Pembangunan reaktor nuklir di Indonesia sebenarnya membutuhkan banyak syarat dalam memperhitungkan kondisi ekonomi Indonesia dalam kurun 25 tahun ke depan, karena Indonesia belum mantap dalam mengatasi berbagai persoalan dalam negeri terutama dihantui berbagai krisis yang mungkin dapat menjadi kendala dalam pembangunan reaktor PLTN antara lain krisis ekonomi, krisis kepercayaan rakyat kepada Pemerintah, krisis etika elite, krisis disiplin atau kepatutan kerja yang membentuk budaya korupsi, krisis sumber daya manusia akibat meningkatnya krisis ekonomi global berdampak pada peningkatan kebutuhan pendidikan menyebabkan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
Dengan tingkat disiplin dan kultur budaya yang sudah lama melekat dari generasi ke generasi yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi Negara miskin di dunia. Dengan kultur budaya tersebut, bagaimana Indonesia mampu mengelola teknologi nuklir tinggi yang membutuhkan perhitungan dan kemampuan yang cermat, disiplin dan tidak malas.
Jika dikorelasikan dan di interperestasikan hal tersebut diatas dengan kemampaun pembangunan fisik infrastruktur di Indonesia, maka reaksi-reaksi masyarakat sudah sangat jelas dan tidak berlebihan, bahwa pembangunan fisik di Indonesia sudah sangat bermasalah, bukan saja disebabkan kondisi geologi Indonesia tetapi kemampuan pembangunan itu, diawali ketika pelaksanaan pembangunan gedung konstruksi pondasi beton dipastikan selalu ada masalah, bukti dapat dilihat dari pembangunan tol yang ambles, pembangunan gedung perkantoran yang runtuh, pembangunan bendungan dan irigasi yang banyak jebol, pembangunan jalan yang banyak timbul unduk-undukan dan dikerjakan asal-asalan.
Maka kita bisa membayangkan bagaimana kondisi pembangunan reaktor nuklir yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Pembangunan fisik yang kecil-kecil saja sudah bermasalah bagaimana dengan pembangunan konstruksi tingkat tinggi? Apa juga tidak rentan dari serangan teroris? Menginggat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia masih dibawah standar dan dipastikan keamanan sangat longgar, maka kita bayangkan sebenaranya apa yang akan terjadi? Serta bagaimana dengan hambatan tatanan geologi Indonesia?
KONDISI GEOLOGI INDONESIA
Peningkatan pembangunan reaktor nuklir di Indonesia dimaksudkan untuk mengurangi peran energi batubara sebagai bahan baku pembangkit tenaga listrik yang berisiko besar ke lingkungan. Apakah Indonesia sudah memiliki kemampuan mengatasi beberapa resiko dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia?
Sudah sanggupkah Indonesia mengatasi kerusakan hutan yang berasal dari pembakaran, berefek pada kabut asap terbesar di kawasan Asia Tenggara? Indonesia juga belum mampu mengatasi bencana banjir yang terjadi di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan, khususnya di Pulau Jawa dimana lokasi reaktor nuklir tersebut dibangun masih berada dalam kawasan yang rawan bencana dan efek-efek perubahan lingkungan yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Tidak salah kalau masyarakat ada yang berkata bahwa “Penanganan bencana banjir saja, Indonesia sudah kedodoran dan lamban apalagi bila terjadi kebocoran reaktor nuklir akan menambah parah kondisi alam di Indonesia”.
Begitu juga kondisi tatanan geologi Indonesia 20 tahun ke depan, beberapa daerah rawan bencana dalam kondisi kritis energi gempa atau kritis seismic gap dalam kondisi puncak gempa yaitu gempa di Patahan Mentawai, Selat Sunda, dan Letusan Gunung berapi di Pulau Jawa untuk memberikan pukulan keras bagi keadaan perekonomian dan infrastruktur Indonesia serta dapat juga menimbulkan krisis lingkungan baru apabila pemerintah tetap berkeinginan membangun reaktor nuklir
Beberapa wilayah lapisan geologi di Indonesia yang sangat membahayakan konstruksi pembangunan PLTN di Indonesia, yang berhubungan langsung dengan lingkungan tata ruang aktivitas kehidupan. Wilayah tersebut umumnya berada dalam pertemuan antar lempeng yang membentuk zona palung laut dalam, zona subduksi gempa dan gunungapi serta zona pemekaran samudera.
Didaerah Samudera Pasifik bagian selatan Pulau Biak atau dibatas kontinen laut dalam dengan zonasi percepatan puncak batuan yang tinggi dan wilayah kegempaan aktif yang berkorelasi langsung dengan Laut Utara Pulau Jawa, Kepulauan Banda dan Palung Laut Timor serta Parit Seram yang dapat menekan Pulau Jawa dimana rencananya akan dibangun PLTN Indonesia.
Palung di selatan Laut Jawa dan Laut Dalam Flores, yang sangat rawan dengan letusan gunung api dan gempa bumi dengan fokus dangkal, yaitu kedalaman 30-70 kilometer, Patahan Naik Busur Belakang Pulau Nusa Tenggara yang berhubungan dengan keaktifan gempa di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku, dapat memberikan efek tekanan berganda dan serta responsibilitas energi pada patahan Utara Pulau Jawa dan dapat memicu patahan yang mulai aktif di daratan Jawa agar “teraktifkan lagi” yang masih berumur Kwarter. Bila diselaraskan semuanya, baik dari masalah lingkungan tata ruang, aktivitas bencana dan kekuatan ekonomi, mampukah Indonesia mengatasinya?
KENDALA LINGKUNGAN
Solusi untuk mengatasi kendala krisis energi di Indonesia sebenarnya masih banyak, jangan cuma disebabkan oleh efek pembakaran batubara lantas Indonesia mengalihkan perhatian ke pembangunan reaktor nuklir. Untuk mengatasi kendala krisis energi, Indonesia dapat memanfaatkan lebih dari 10 jenis energi alternatif yang berada diatas dan didalam permukaan bumi Indonesia. Potensi-potensi sumber daya energi alternatif itulah yang harus dikembangkan dulu, bukan gencar mempublikasikan dan mendorong keras pembangunan PLTN di Indonesia yang gemanya semakin keras karena dalam kurun 10 tahun ini Pemerintah sepertinya semakin kuat untuk menggolkan rencana itu.
Indonesia memang memerlukan sistim energi nuklir sebagai energi terbarukan untuk mengendalikan dampak perubahan iklim dan pemanasan global dari penggunaan bahan bakar fosil transportasi dan industri tetapi harus memperhitungkan kendala lingkungan yaitu Indonesia sudah harus mempersiapkan hambatan tempat penimbunan sampah beracun berbahaya radioaktif nuklir dalam mengatasi krisis lingkungan.
Indonesia dipastikan juga mengalami hambatan pembangunan fisik reaktor nuklir yaitu anggaran yang tidak pasti, biaya perbaikan lingkungan akibat dampak-dampak yang akan ditimbulkan, dan ini memerlukan dana anggaran yang luar biasa, contohnya membangun kembali kota yang hancur akibat krisis lingkungan akibat banjir membutuhkan dana lebih 100 milyar, belum lagi gempa bumi membutuhkan dana diatas 1 triliun rupiah untuk satu kota, bagaimana bila terjadi lebih dari lima kota untuk segala jenis bencana lingkungan geologi? Silahkah pembaca kalkulasi kebangkrutan keuangan Indonesia dan hutang-hutang yang semakin menggunung.

M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer. Tulisan ini sudah diterbitkan pada Harian WASPADA Medan tahun 2011

Bumi Semakin Panas dan Tercemar : Geologi Lingkungan

BUMI SEMAKIN PANAS DAN TERCEMAR
Oleh M. Anwar Siregar

Semenjak revolusi pertanian dan menyusul revolusi industri mulailah kegiatan manusia menggunankan teknologi untuk mengubah alam yang beraneka ragam menjadi lingkungan alam yang menjurus ke seragaman.
Diiringin dengan terjadinya ledakan penduduk dan dengan dikembangkannya teknologi yang mempermudahkan manusia mengeksplorasi SDA, masuklah unsur yang mengubah pola hidup yang serba selaras dengan lingkungan, dan muncullah krisis lingkungan.
Kemajuan teknologi industri yang banyak menggunakan zat-zat kimia yang bertebaran atau meracuni ruang angkasa menyebabkan semakin kondisi atmosfer Bumi yang semakin panas dari kondisi iklim 20 tahun yang lalu. Polutan yang ditimbulkan industri transportasi telah meningkatkan suhu Bumi rata-rata diatas 370C.
PENIPISAN LAPISAN OZON DI KUTUB SELATAN
Penipisan lapisan-lapisan ozon kini telah berlangsung lebih cepat dari perkiraan teori-teori yang telah diajukan ilmuwan lingkungan dan kebumian. Posisi lubang ozon saat ini masih terdapat dan terbentuk diatas kutub Selatan setiap tahun, penipisan lapisanozon itu terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan hasil buatan manusia.
Selama bulan semi dari September dan November di Antartika sudah telah menelan korban, seperti embrio laut yang berkembang cacat dan mati setelah dilahirkan. Bintang laut berhenti berproduksi dan beberapa tumbuhan memproduksi zat-zat “pelindung matahari” melindungi diri dari terhadap ganasnya sinar ultra violet yang tersaring lapisan ozon.
Ozon adalah gas yang melindungi bumi terhadap radiasi ultra violet dari matahari, yang bisa menimbulkan kanker dan berbagai penyeakit lainnya.
Korban dari penipisan ozon adalah contoh margasatwa yang terdapat di Antartika yang mengalami perubahan, lubang di atmosfir bumi ini membiarkan cahaya ultra violet matahari membombardir daratan beku itu selama empat bulan dalam setiap tahun.
LUBANG OZON
Denganhancurnya tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang sederhana seperti tersebut diatas karena adanya lunamh ozon ini dan ini bisa saja terjadi pada manusia pada tingkat kehidupan evolusioner yang lebih sederhana, dampak ultraviolet akan menjadi lebih buruk, hal ini dapat ditunjukkan dengan radiasi ultra violer yang tinggi merusak bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah, seperti plankton-plankton dan kerang-kerangan. Hal ini bisa berakibat pada rantai makanan, pertumbuhan binatang laut kini secara normal atau wajar karena diterpa sinar ultra violet pada musim semi yang melewati lubang ozon. Jutaan embrio memang mengembang dekat permukaan laut sehingga anat rentang paparan sinar ultra violet.
Lubang pada lapisan ozon diatas Antartika selam musim semi dibelahan Bumi bagian Selatan besarnya sudah mencapai dua kali luas Benua Eropa atau sekitar 20 juta kilometer persegi, seperti telah dilaporkan ahli-ahli Badan Meterologi Dumia atau WMO (world meteorological Organization). Catatan terakhir tentang luas lubang ozon ini diatas Antartika adalah 22 juta kilometer persegi pada tahun 1995.
Lubang pada lapisan ozon (O3), yang melindungi Bumi dari radiasi ultra violet, sudah mencapai 20 juta kilometer atau sama dengan luas Benua Eropa yang terbentang dari Atlantik sampai Pegunungan Ural, dan semua tergantung pada sirkulasi atmosfir di lapisan stratosfir, bentuk lubang ozon ini berbentuk ellips. Lubang yang memanjang diatas Antartika itu pemunculannya lebih awal dibandingkan beberapa tahun lalu.
Lapisan ozon, lapisan gas yang labil yang berfungsi menyerap ozon menghambat sebagian besar sinar ultra violet dari matahari menjadi berlubang akibat bahan kimia ciptaan manusia. Bahan kimia itu antara lain klorofluorokarbon (CFC) yangbanyak digunakan dalam semprotan aerosol, AC dan lemari es, pestisida metil bromida dan pelarutnya.
Kawasan yang diliputi lubang ozon menurut para ilmuwan atmosfir mencapai 20 juta kilometer persegi dan tiap nilai ozonnya kurang dari 100 unit dan berarti kekurangan tersebut lebih dari 15 % yang meliputi hampir seluruh dunia/benua, lubang ozon terbentuk jika nilainya kurang dari 250 unit.
Dalam tiga lapisan berturut-turut, ozon terdapat bagian bawah pada ketinggian antara 17 – 22 kilometer diatas Antartika hampir hancur sama sekali akibat pencemaran zat-zat kimia yang dilepaskan ke udara, seperti meningkatnya kontsentrasi klorin yang dilepaskan ke stratosfir menjadikan perusakan ozon lebih buruk, dengan pola sirkulasi yang diinginkan terjadi dan khsusunya ketika temperatur stratosfer sangat rendah. Udara dingin adalah faktor utama yang mendorong rusaknya lapisan ozon oleh gas buatan manusia yaitu klorin dan bromida semakin besarnya lubang ozon yang ada sekarang.
PENINGKATAN ZAT KIMIA PADA ERA INDUSTRI
Peningkatan zat kimia yang menghasilakn polusi karbon monoksida (CO) terutama dihubungkan dengan revolusi industri dan mesin bahan bakar, pada waktu lebih awal tingkatnya lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Paling tidak kini es yang diambil dari Greenland dan membuktikannya lubang ozon yang semakin besar.
Hal in, disebabkan sumber CO antara tahun 1800-1850 sebelumnya hanya diperkirakan berasal dari sumber alami, sebagai bandingan polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, tetapi kegiatan mansia waktu itu menggunakan kayu dan limbah pertanian sebagai bahan bakar yang belum diperkirakan penyebab rusaknya lapisan ozon. Dan juga dari emisi CO dan kebakaran hutan dikawasan Utara yang tidak masuk pertimbangan tentang peningkatan pengubahan iklim dan penyebabnya terjadinya kekeliruan tentang lubang ozon.
Untuk mengetahui kondisi udara di kutub yang dapat menyebabkan efek ruma kaca dilakukan analisis inti es yang dilakukan pengeboran yang telah dilakukan ilmuwan di Greenland Tengah dan Antertika.
Analisis udara yang terjebak dalam inti es, memberikan suatu pengertian lebih baik mengenai bagaimana gas ruma kaca seperti karbon dioksida dan metana berevolusi sepanjang abad. Tetapi tidak ditemukannya jejak adanya CO dalam inti es sampai sekarang. Konsentrasi CO di udara sulit di ukur, 1 milyar molekul udara mengandung 50 molekul CO, sedangkan ada 300 molekul CO dalam 1 juta molekul udara.
Para ilmuwan mencatat kenaikan tingkatan CO sekitar 20 % sampai pada tahun 1850, dibelahan Bumi Utara yang menggambarkan aktivitas manusia terutama akibat penggunaan bahan bakar, tetapi polusi CO tidak mencapai Antartika antara tahun 1840-1916.
Analisis CO dalam es juga bermanfaat untuk melacak variasi gas ini selama ribuaan tahun, data yang dihasilkan akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki pengertian mengenai interaksi antar perubahan iklim dan bahan kimia atmosfir dan mungkin bisa menolong memperkirakan iklim dimasa depan.
SINAR YANG MERUSAK KESEHATAN
Radiasi lebih besar juga menyebabkan kerusakan lebih besar pada sistem reproduksi menyeluruh pada makhluk hidup, bahwa radiasi sistem ultra violet B tinggi ( UV-B) dapat merusak kromosom binatang dan menyebabkan kanker pada manusia.
Para ilmuwan menemukan kerusakan lapisan ozon di stratosfer tahun 1970-an disebabkan oleh peningkatan bahan-bahan kimia manusia terutama CFC (clrofluorocarbon). Bahan CFC ini banyak digunakan sebagai media pendinginan pada AC, lemari pendinginan (kulkas).
Namun dampak lubang ozon pada manusia masih spekulatif dan penelitian yang mengesankan masih jauh dari apa yang terjadi di Antartika. Di Inggris, meningkatnya pertumbuhan kanker kulit meningkat 10 % akibat radiasi sinar ultra violet yang lebih tinggi. Di Chili dan Argentina bagian Selatan, kawasan penduduk yang secara langsung dibawah lubang ozon, tingkat radiasi UV-B meningkat setiap tahun.
BUMI SEMAKIN PANAS
Peningkatan sumber-sumber gas energi yang semakin tinggi mengantar kondisi lingkungan juga semakin buruk, hal ini disebabkan peningkatan transportasi kendaraan dari tahun ke tahun tidak pernah turun serta meningkatnya jumlah masyarakat ke atas yang sanggup membeli kendaraan lebih dari satu jenis kendaraan.
Walaupun kini pihak pabrikabn kendaraan lebih banyak membuat kendaraan hemat energi dan bersahabat dengan lingkungan, tetapi hal ini masih terbatas jumlahnya dan tetap saja banyak kondisi lingkungan Bumi kita mengalami perusakan dan suhu tetap panas.
Jakarta sebagai ibukota RI sangat ini masuk dalam ambang kritis lingkungan dari energi-energi transportasi. Konsentrasi non metan hidrokarbon dan kadar Pb di udara ibukota telah melampaui batas beku mutu lingkungan serta sampai pada tingkatan yang membahayakan kesehatan penduduk, selain itu peningkatan konsentarsi NO2 menyebabkan terbentuknya pholochemical smog, kabut kemerah-merahan yang merupakan pemandangan sehari-hari di Ibukota, bahan tersebut sebagian berasal dari gas buang kendaraan bermotor.
Bahan bakar fosil selama ini menyumbangkan energi sangat besar pada umat manusia, tetapi dengan pemakaian yang beerlebihan dan daya dukung lingkungan yang semakin menurun, pemakaian bahan bakar fosil perlu dipertimbangkan lagi, karena gas-gas buang seperti NO2 dan CFC menjadikan Bumi semakin panas beberapa derajat Celcius dibandingkan 1 juta tahun terakhir. Bensin adalah salah satu juga bahan bakar fosil yang banyak dipergunakan pada kendaraan bermotor, bahan bakar ini mengjasilkan kalori yang tinggi dibandingkan beratnya.
Untuk itu diperlukan suatu teknologi yang hemat energi dan tidak merusak lingkungan seperti tenaga listrik yang sangat ini gencar dikampanyekan atau kendaraan berbahan bakar gas alam, serta dilakukan suatu peraturan ketat tentang penggunaan karbon monooksida pada kendaraan mobil serta zat-zat kimia lainnya. Agar lingkungan Bumi ini terselamatkan untuk generasi berikutnya.
Diterbitkan Majalah ‘SAINSTEK’ ITM Medan, edisi Mei 1995

27 Feb 2012

SDM GEOLOGI DALAM MENGELOLA SDA : Geologi Society

SDM GEOLOGI DALAM MENGELOLA SDA
Oleh : M. Anwar Siregar

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) bukanlah suatu pekerjaan yang ringan dalam mempercepat kemajuan bangsa dalam era globalisasi ini. Sebab, upaya untuk meningkatkan kualitas SDM banyak dimensi yang harus dirangkum dalam meningkatkan kualitas jati diri bangsa. Karena untuk menciptakan SDM yang berkualitas di Indonesia menjadi sangat kompleks sekali, diperlukan etos kerja keras, etika moral dan visi negara serta tatanan kehidupan dan bernegara melalui pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi dan terutama kemampuan Pemerintah menyediakan kebutuhan hidup bagi masyarakat yaitu kebutuhan ekonomi, sandang-pangan dan pendidikan-kesehatan.
Implikasi peningkatan dan kualitas SDM terutama bidang geologi bagi Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun disegala bidang ini maknanya sangat luas, terangkai, yang memiliki arti yang sangat beragam dan kadangkala muncul perlawanan dari keadaan/kondisi dari masyarakat yang ada. Peningkatan kualitas SDM Geologi sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia dalam mengatasi krisis pengelolaan sumber-sumber daya mineral/alam (SDA) terutama dalam mengendalikan kerusakan ekosistem lingkungan akibat penambangan illegal dan legal, penataan pola keruangan penambangan yang berbasis mitigasi lingkungan, pengendalian produksi penambangan di zona daerah rawan bencana geologis. Penemuan sumber-sumber energi terbarukan dan potensi-potensi pengembangannya di Indonesia yang sangat kompleks dengan jumlah SDM geologi yang terbatas.

Sumber Daya Manusia

Secara umum, SDM dapat dibagi dua kelompok yaitu SDM yang berasal dari masyarakat dan SDM dari birokrat (aparatur pemerintah), keduanya mempunyai bobot yang sama dalam menunjang keberhasilan pengelolaan sumber daya alam di era pemerintahan desentralisasi. Masyarakat dalam kapasitasnya sebagai penentu kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, sedang birokrat sebagai pelaksana akan kebijakan yang ditetapkan oleh masyarakat dan motor penggerak dalam pengembangan SDM.

Kedua kelompok SDM ini dapat saling melengkapkan dalam usaha kemandirian yang kuat dalam menjalankan roda pemerintahan untuk pengelolahan sumber-sumber daya alam lokal di era otonomi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Khususnya SDM geologi aparatur diperlukan dan dituntut kesiapan serta ketersediaan SDM geologi aparatur dan individu dibidang geologi yang banyak dalam era pembangunan di Indonesia untuk memberi pelayanan yang baik terhadap rakyat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan baik kuantitatif maupun kualitatif yang akan berperan dan berfungsi motor penggerak dalam mengantisipasi eskalasi perubahan sosial lingkungan terutama dalam mengupayakan pemberdayaan kualitas pengelolaan lingkungan sumber daya alam geologi pertambangan daerah didalam kerangka ruang dan waktu, yang kuat, efisien, efektif dan akuntabilitas serta profesional.

Diperlukan kebijakan pemerintahan dalam membuka akses SDM geologi ke Pemerintahan karena jumlah kualitas SDM aparatur geologi masih terbatas, upaya dalam pengendalian kebencanaan geologi masih terkendala dalam memberikan pelayanan yang optimal karena tiap daerah di Indonesia belum banyak terdapat ahli geologi, bukti ini dapat dilihat pada daerah kabupaten-kota di Sumatera Utara, Madina, Tapsel, Paluta dan Nias-Nisel termasuk salah satunya daerah yang rawan bencana dan jumlah ahli bidang pertambangan juga sangat sedikit, potensi SDA yang ada belum terkelola dengan baik dan optimal.

Pemanfaatan SDA

Secara eksplisit, dapat dikatakan juga bahwa otonomi daerah merupakan suatu kesempatan bagi SDM geologi daerah untuk memposisikan diri sebagai motor pembangunan didaerahnya dan dapat juga mengetahui atau mengoptimalkan semua sumber daya alam secara maksimal untuk pembangunan daerah masing-masing dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM. Mengingat, bahwa SDA ada batas-batasnya atau mungkin suatu saat ada yang habis, apalagi tidak bisa diperbaharui dalam jangka pendek seperti minyak dan gas bumi (migas).



Gambar 24 : Peta Cebakan Mineral Logam di Indonesia, terdapat 13 Jalur cebakan, memerlukan kemampuan SDM geologi dalam mengelola sumber daya alam (Sumber : Warta Geologi, 2007).
 
Pemanfaatan SDA, selain seiring dengan kemajuan dan kualitas SDM yang meningkat harus juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dimana lokasi sumber pengelolaan SDA itu mungkin akan terjadi, ini dikarenakan menyangkut pengelolaan SDA harus profesional dan tidak melanggar etika perencanaan pola keruangan yang sudah ditetapkan, pemanfaatan hasil produksi penambangan SDA juga memperhatikan kemampuan lokasi pembuangan sampah akhir yang terbatas. Hasil-hasil pengelolaan penambangan itu diperlukan kemampuan SDM geologi berkualitas untuk menciptakan peralatan teknologi dan tata ruang yang ramah lingkungan. SDM geologi harus mampu memperhitungkan dan memperhatikan sumber daya yang terkandung/kapasitas cadangan yang dimiliki suatu daerah di Indonesia dalam mencegah atau mengurangi dampak terhadap lingkungan sebagai upaya kesinambungan pengelolaan dan pemanfaatan SDA bagi generasi berikutnya.

Peningkatan SDM Geologi

Faktor-faktor peningkatan SDM geologi dari manusia, yaitu berkaitan dengan strategi, langkah, metode, lembaga, baik dari swasta ataupun pemerintah serta kemampuan dana untuk mewujudkan kualitas SDM yang unggul. Ada beberapa elemen yang dapat menghasilkan SDM individu geologi yang berkualitas dalam menjalankan roda pemerintahan dan pengelolaan sumber daya alam. Pertama, pengembangan kualitas individu, baik birokrat maupun masyarakat, yaitu suatu langkah untuk mengembangkan kualitas dari cara melihat potensi yang ada didalam diri, baik kelebihan maupun kelemahan. Melalui jenjang pendidikan dan ilmu serta pengalaman yang dapat dijadikan dasar untuk melangkah ke depan. Pengamatan potensi diri untuk pengelolaan SDA secara komprehensif dengan pola berpikir proaktif, dengan cara harus melalui suatu tahapan/proses dan kerja keras, bermental kuat dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.

Faktor ini dikarenakan penguasaan kemampuan geologi harus memiliki karakter kerja keras, wawasan ilmu dan kemauan untuk maju. Menguasai ilmu geologi tidak cukup melalui teoritis tetapi juga pengalaman dilapangan dan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi sangat kompleks dan rumit. Contohnya pada daerah kaya energi tapi juga kaya dengan berbagai bencana geologi. Keduanya saling berhubungan erat dalam mengendalikan dampak yang terjadi.

Kedua, membuat perencanaan kurikulum pendidikan di perguruan tinggi di daerah secara matang, sesuai dengan karakteristik geologi yang menyusun bentang alam daerah tersebut, memuat kurikulum geologi lokal yang menjadi andalan dalam penguasaan IPTEK terutama dalam mengelola SDA, mengembangkan tradisi keilmuan pada kalangan civitas akademika sebagai basis keilmuan bagi kehidupan masyarakat untuk memahami lingkungan geologi.

Ketiga, idealisme dari individu untuk mencapai cita-cita yang tinggi sehingga mendorong elemen dan komponen dari berbagai masyarakat untuk mencapainya. Hanya bisa dipacu melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta pengembangan pemikiran melalui literatur-literatur yang bermutu hingga pada upaya penerapan keilmuan untuk kepentingan masyarakat luas.

Keempat, perencanaan kehidupan dimasa depan, yaitu berupa visi, tujuan ataupun cita-cita yang dilandasi dengan disiplin tinggi, etos kerja keras, etika moral dan team work, agar dapat mewujudkan visi daerah dan nasional dimasa depan.

Kelima, ditunjang dengan kepemimpinan yang baik, yang merumuskan visi dengan semangat kerja keras dan membentuk organisasi kerja yang rapi. Serta keenam, mengembangkan jiwa "team work". Sebab dengan kemampuan team work yang rapi akan menghasilkan sinergi yang mampu menyatukan kekuatan manusia Indonesia untuk mewujudkan tujuan visi kehidupan daerah dalam mengelola SDA yang berkelanjutan dimasa depan.

Kualitas Hidup

Sebagai perbandingan, pengalaman negara-negara didunia, yang terbatas SDA lebih banyak ditentukan kualitas pendidikan yang secara langsung menghasilkan SDM yang andal dalam mengelola SDA yang terbatas, misalnya Jepang yang memiliki karakteristik kerentanan geologis yang tinggi mampu meningkatkan kualitas hidup rakyatnya melalui pengelolaan SDA dengan kemampuan kualitas SDM yang unggul karena tingkat penyediaan kebutuhan pendidikan yang gratis dan berkesinambungan melalui pelayanan aparatur pemerintah yang akuntabilitas dan kerja keras sehingga bangsa Jepang mampu bangkit dari kekalahan perang dunia ke dua (PD II) sebagai kekuatan ekonomi dunia yang tangguh dengan mampu menciptakan peralatan teknologi salah satunya mengekspor peralatan sistem peringatan dini di Samudera Pasifik.

Ironisnya, di tengah kelimpahan SDA ternyata perguruan tinggi di Indonesia yang seharusnya menjadi subyek dalam mengelola sumber daya alam, belum mampu berperan sebagaimana mestinya. Ini dibuktikan penciptaan teknologi kebencanaan? Salah satu upaya peningkatan kualitas SDM geologi, dapat dilihat dari mutu dan jumlah institusi PT. Jumlah Perguruan Tinggi (PT) yang membuka jurusan keilmuan geologi di Indonesia juga sangat sedikit sekali yaitu berjumlah 14 PT dan tiap daerah berlomba-lomba membuka jurusan non teknik atau sosial, sedangkan kebencanaan alam setiap saat datang menghancurkan negara ini!

Untuk mewujudkan visi yang baik adalah yang sesuai dengan realitas serta disesuaikan pada kehidupan daerah dan bangsa dimasa lalu maupun dimasa depan atas dasar mengenai berbagai hal, salah satunya mengembangkan pengelolaan SDA yang berkesinambungan dan pengurangan dampak kebencanaan lingkungan geologi yang harus menjadi fokus utama pembangunan yang dicita-citakan. Kemampuan untuk mendefinisikan visi diperlukan komitmen yang kuat terutama individu bermental kuat kearah yang tepat untuk merealisasikan pembangunan yang telah terprogram dengan sistematis.

Pelaksanaan otonomi pengelolaan SDA yang diserahkan kepada pemerintahan daerah harus memberikan suatu bentuk pemerintahan yang bersih, memiliki akuntabilitas publik yang tinggi serta kapabilitas dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang sesuai diamanahkan oleh konstitusi nasional. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan SDM geologi atau kebumian yang profesional yang akan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Didukung oleh kemampuan manajemen SDM untuk memanfaatkan SDA daerah yang optimal dan terencana untuk kepentingan masyarakat agar mewujudkan visi yang dicita-citakan.***

Penulis adalah Geologist-Enviromentalist, Pemerhati Masalah Tata Ruang-Lingkungan dan Energi-Geosfer. Tulisan ini dapat juga di baca di HARIAN ANALISA MEDAN, TGL 25 PEBRUARI 2012


Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...