Sep 13, 2012

TITIK LEMAH BUMI INDONESIA : Geologi Gempa

TITIK LEMAH BUMI INDONESIA 
Oleh : M. ANWAR SIREGAR



Gambar 16 : Peta sebaran lempeng tektonik di dunia yang mengepung dan mengubah kondisi geologis wilayah Indonesia setiap tahun dengan zona subduksi dan konvergensi
 
Bumi Indonesia sejak awal pembentukannya telah mengalami aktivitas pergerakan lempeng yang terus menerus sepanjang tahun dan menghadirikan fenomena kegempaan serta perluasan Samudera Hindia. Hal itu mengubah terus menerus posisi letak geologis Indonesia terhadap pembentukan bumi dalam menuju keseimbangan pergerakan lempeng-lempeng di permukaan bumi. 
Bumi Indonesia juga sebagai pusat aktivitas segala yang berhubungan kegempaan, tsunami dan kegunungapian. Anomaly negative dan anomlai positif (penurunan dan pengangkatan permukaan Pulau), pemekaranan lantai/dasar samudera, pusat-pusat subduksi gempa besar dunia berada di kawasan laut dan daratan Indonesia. 
Dan Indonesia juga merupakan sebuah laboratorium yang sangat dinamis dalam mempelajari dinamika bencana dimuka bumi. Dan diramalkan suatu kelak Indonesia akan menghasilkan fenomena gempa benumi strategis yang meliputi kawasan ribuan kilometer. Sekarang ini, Bumi Indonesia semakin terkoyak setelah terjadinya gempa besar di awal abad 21 yang mampu merenggut korban jiwa mencapai 200.000 jiwa di Aceh dan termasuk gempa tsunami terbesar tercatat dalam sejarah manusia modern. 
Gejala-gejala gempa kuat kini mulai terasakan kearah Selatan menuju Mentawai, Jawa, dan NTT serta Papua dan Irjabar dalam kurun enam bulan terakhir ini termasuk pada hari sabtu, 27 Mei 2006 terjadi gempa yang cukup kuatdirasakan didua Propinsi di Pulau Jawa yaitu Yoyakarta dan Jawa Tengah yang menewaskan ribuan orang dan merusak ratusan ribu rumah penduduk, sekolah, mesjid, perkantoran dll. 
BLOK BATUAN RAPUH 
Indonesia dikatakan sebagai Negara yang rawan gwmpa dan sebagai kawasan titik lemah bola bumi adalah disebabkan oleh karena kerapuhan struktur blok batuannya, akibat dari pembenturan lempeng-lempeng raksasa yang ada disekitar wilayah Indonesia. Ini bias terlihat dari struktur kerah bumi Indonesia yang merupaka struktur lapisan blok batuan yang sangat rapuh dengan ketebalan antara 40-120 kilometer dan mdah mengalami pematahan oleh aktivitas lempeng yang selalu bergerak mendesak Lempeng Sunda dan Lempeng Sahul. 
Dengan struktur blok batuan yang tipis dapat mengakibatkan terjadinya deformasi (perubahan bentuk) yang mudah mengalami penghancuran akibatnya adanya pembentukan batuan yang lebih mudah untuk menggantikan batuan yang lebih tua. Batuan yang lebih muda belum mengalami pemadatan karena terus menerus mengalami gangguan oleh pergerakan beberapa lempeng dalam menuju proses keseimbangan yang tetap. 
Akibat pergerakan lempeng-lempeng di kawasan bumi Indonesia, blok batuan mengalami tarikan dan tekanan yang menimbulkan ketegangan di antara blok batuan diperbatasan lempeng antara dua lempeng maupun pemisahan lempeng yang dapat menyebabkan terobeknya perut bumi Indonesia dalam bentuk akumulasi energi. Pelepasan energi dapat berlangsung dalam hitungan waktu tertentu, bias oleh peristiwa jangka 5,10, 50,100-200 tahun kemudian. Yang kemudian dirasakan sebagai gempa yang merusak. 
ZONA RAWAN TABRAKAN 
Bagai sabuk penyalur raksasa, wilayah Indonesia di anggap lebar dan merupakan tempat pertemuaan dan persinggungan lempeng-lempeng besar dan kecil, karena bumi tidak membesar maka pergerakan lempeng di wilayah Indonesia akan saling bertabrakan. Dan akan membentuk zona subduksi yang banyak ditemukan di sepanjang Pantai Barat Sumatera, Laut Jawa, Laut Flores, Kepulauan Maluku dan Irjabar, dan berdampingan dengan zona lingkaran api atau rangkaian gunung berapi. 
Kerawanan tabrakan antar lempeng di wilayah Indonesia akan mengakibatkan perubahan-perubahan geologis yang terjadi dan dapat menimbulkan bencana hebat bagi Indonesia dan Negara-negara yang ada disekitarnya. Hal ini dikondisikan oleh faktor geografis dimana negara-negara tersebut berada dalam tatanan geologis yang sama atau berdekatan dengan zona subduksi sebagai pusat dan sumber gempa yang terjadi.
Perubahan geologis yang dapat terjadi di wilayah Indonesia akibat “perkelahian” lempeng adalah : Pertama, pinggiran lempeng dapat saling bergeser dalam serangkaian kejutan, yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Seperti terjadi pada Lempeng Carolina (Amerika Utara) dengan Lempeng Pasifik di Selatan Kawasan Indonesia Timur, maupun antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Pasifik dengan Lempeng Eurasia. Terdapat 15 lebih zona subduksi besar, tidak jauh dari lokasi ini terdapat rangkaian gunung berapi aktif (berada dipinggir Lempeng Pasifik). Perubahan geologi yang dialami pada wilayah Kepulauan Nias, Kepulauan Simeulue, Kepulauan Maluku dan Irian Jaya Barat dan Papua dengan adanya pengangkatan dan penurunan pulau-pulau vulkanik. 
Kedua, Satu lempengan yang dapat dipaksa ke bawah yang lain atau saling menekan dengan menumbukan bagian pinggiran lempeng. Gerakan ini dapat juga menyebabkan terjadinya gempa bumi di Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Kawasan yang teraktif mengalami perubahan geologis adalah Kawasan Pantai Barat Sumatera yang “dikerjakan” oleh aktivitas Lempeng Indo-Australia berhadapan dengan Lempeng Eurasia. Bencana di sepanjang patahan regional Pantai Barat Sumatera ini menyebabkan daratan Aceh hingga Flores telah bergeser sejauh 2-4 cm per tahun untuk mendekati Benua Asia. 
Ketiga, lempeng dapat bertabrakan sedemikian rupa sehingga pinggiran lempeng membentuk kericut dan terdorong ke atas yang menyebabkan letusan dan gempa serta pembentukan pegunungan baru dalam wilayah yang sempit. Lempeng itu mencair dan menciptakan magma naik melalui gunung-gunung yang terbentuk di daerah pertemuan lempeng karena Lempeng Pasifik memiliki ketebalan sangat tipis 40-120 km yang maju akan dihancurkan karena ketebalan Lempeng Eurasia relative berat dan tebal. Di daerah ini akan terbentuk rangkaian pegunungan atau busur-busur kepulauan seperti Pulau di sekitar Kepulauan Maluku, Pulau-pulau vulkanik di Asia Pasifik hingga ke Hawaii dan Pulau-pulau di Jepang. 
ZONA KEGEMPAAN BESAR 
Akibat pergerakan lempeng-lempeng besar dari Lempeng Indo-Australia, Lempeng Carolina-Pasifik-Philipina dan Lempeng Eurasia maka di wilayah perairan Laut Pasifik, laut Sulawesi dan Samudera Indonesia akan ditemukan lokasi pembangkit aktivitas vulkanik dan tektonik yaitu zona subduksi sebagai pusat dan sumber gempa bumi. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa Indonesia merupakan daerah titik lemah bumi yang sering mengalami gempa dan banyak ditemukan gunung berapi yang masih aktifbaik didaratan maupun dibawah permukaan laut. 
Zona kegempaan besar di Indonesia dimulai dari jalur pertemuan konvergen antara Lempeng Sunda dari Palung Nikobar, Burma Utara sampai dimana Benua Australia dan Indonesia Timur saling bersentuhan pada paparan Lempeng Sahul. Dan menerus ke Kepulauan Maluku, Sulawesi hingga Lempeng Fhilipina dan Pasifik. Zona-zona subduksi kegempaan besar itu terdapat di utara Aceh, di Kepulauan Nias dengan Pulau Banyak (Simeulue), Pulau-pulau di Mentawai, Pulau Enggano dengan Samudera Hindia, Selat Sunda di sekitar Gunungapi Krakatau, sepanjang perairan laut Samudera Indonesia di sekitar Pulau Jawa menerus ke Selat Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Timur, di Laut Timor Leste, melingkar ke Kepulauan Tanzibar, menerus ke Kepulauan Banda Neira, Ambon dan halmeheira hingga ke Palung Laut Dalam di Fhilipina Selatan. 
Dengan memperhatikan geografis subduksi Indonesia, diharapkan Pemerintah Daerah dapat mempersiapkan pembangunan ke ruangan wilayah yang berbasis kegempaan lokal dan setiap perencana pembangunan infrastruktur harus berlandaskan informasi kerentanan geologis dalam mempersiapkan mitigasi sedini mungkin untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban yang besar.
Tulisan ini sudah pernah diterbitkan HARIAN WASPADA MEDAN

No comments:

Post a Comment

Related Posts :