Sep 13, 2012

Efek Emisi Kendaraan : Geologi Lingkungan

EFEK EMISI GAS KENDARAAN KE LINGKUNGAN 
Oleh M. Anwar Siregar 

 Apa yang Anda lihat diatas langit kota Anda seperti Medan, Jakarta, atau juga Surabaya di saat Anda santai memandang kolong langit ini, apakah lebih banyak warna putih, biru atau hitam? Medan dan kota besar lainnya di Indonesia saat ini, jumlah transportasi kini perbandingannya 1 : 6, maksudnya, jumlah panjang jalan raya 1 kilometer terdapat 6 mobil berbagai jenis, dan diantara 6 mobil tersebut terdapat 2 atau 3 kendaraan yang telah berumur lebih 10 sampai 15 tahun, dimana kondisi pembakaran mesin telah mengalami penurunan dan barang tentu secara langsung menambah jumlah beribu-ribu polutan di udara bersama dengan zat-zat kimia lainnya. 
Kota-kota besar di dunia, sangat ini mengalami berbagai macama masalah emisi gas-gas buangan yang berasal dari kendaraan transportasi, terutama transportasi kendaraan darat yaitu motor dan mobil yang sangat ini jumlahnya telah hampir setengah panjang jalan raya yang ada di setiap negara di dunia. Pesatnya perkembangan otomatif hanya sedikit dibarengi dengan energi alternatif untuk kendaraan yang bersahabat dengan lingkungan. Penyebabnya adalah salah satu mahalnya bahan bakar alternatif ini dan jumlahnya juga masih relatif sedikit dibandingkan jumlah kendaraan yang dibuat dan jumlah permintaan konsumen terhadap kendaraan bahan bakar bensin lebih banyak. Ini menyangkut faktor selera dan kemampuan keuangan tetapi juga yang paling diinginkan alah kecepatan mobil atau motor sampai ke tujuan tapi hemat bahan bakar (yang tentunya hemat duit). 
Disamping itu, juga menyangkut banyak kendaraan yang tua (sampai ada yang menulis di kaca belakang mobilnya “Maaf, om. Lambat jalannya karena, maklumlah sudah tua) dan masih berkeliaran dengan knalpot yang memekak telinga di jalan raya serta masih memerlukan bahan bakar bensin yang emisi gasnya sangat membahayakan kesehatan dan lingkungan manusia. Pemakaian bahan bakar alternatif masih menghadapi berbagai permasalahan terutama pengadaan bahan bakar gas yaitu stasiun penjualan bahan bakar gas alam sampai saat ini masih sedikit jumlahnya. Dan juga ini merupakan salah satu yang menghambat program langit biru yang banyak dikampanyekan sekarang, baik di negara maju industrinya maupun di negara berkembang. 
EFEK EMISI GAS KE LINGKUNGAN
Program pengendalian pencemaran udara akibat transportasi di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1992, lalu tahun 1993, Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup mengeluarkan kebijakan No. 35 / 1993 tentang bahan mutu emisi gas buang kendaraan bermotor. Jakarta sebagai Ibukota negara RI saat ini menyandang peringkat ke tiga sebagai kota yang tercemar akibat pemakaian bahan bakar fosil yang berlebih-lebihan di dunia ke tiga. 
Dan saat ini, belum ada gejala untuk menurunkan kondisi tersebut secara menyeluruh dari berbagai lapisan karena jumlah kendaraan kian hari meningkat tajam dan sudah mencapai (atau melewati?) angka 4,4 juta unit kendaraan. Dari hasil penelitian beberapa PT dan LSM di bidang lingkungan telah mencatat pencemaran lingkungan akan meningkat menjadi sekitar 150 % pada tahun 1988, dan lebih tinggi pada tahun 1990 yaitu mencapai 100 % atau kandungan timah hitam saat ini sekitar 1,5 Ug per meter kubik. Pada tahun 2000 diperkirakan akan lebih tinggi lagi yaitu 100 %. 
JENIS ZAT POLUTAN. 
Jakarta saat ini hampir mengandung timah hitam diatas satu mikrogram per meter kubik, yang sebagian besar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Bahan bakar fosil selama ini menyumbangkan energi sangat besar pada umat manusia. Tetapi dengan pemakaian yang berlebihan dan daya dukung lingkungan yang semakin menurun, pemakaian bahan bakar fosil perlu dipertimbangkan kembali. Bensin adalah salah satu bahan bakar fosil yang banyak dipergunakan pada kendaraan bermotor. Bahan bakar fosil ini menghasilkan kalor yang tinggi dibandingkan beratnya. 
Hasilnya, kendaraan dapat bergerak relatif jauh dengan hanya sedikit bahan bakar. Sisa pembakaran dari mobil konvensional akan dapat menambah pencemaran polusi udara, karena sejumlah polutan dikeluarkan. Zat polutan tersebut adalah NO2 dan timah hitam (Pb) melalui knalpot. Meskipun kendaraan konvesional (kendaraan yang memakai bahan bakar bensin dan solar) telah dilengkapi perangkat-perangkat anti polusi, orang berkendaraan makin lama semakin bertambah banyak. Pada saat yang sama, kualitas udara terus memburuk dimana-mana di seluruh dunia. Medan sebagai kota metropolitas ke tiga di Indonesia harus belajar dari kejadian-kejadian yang telah menimpa pencemaran polutan udara di Ibulota Jakarta.
Pencemaran yang penting adalah menciptakan lingkungan yang bersih, menghindarkan pemakaian zat-zat kimia yang berlebihan atau juga telah menghentikan pemakaian angkutan kota yang menggunakan banyak zat-zat timbal seperti becak bermotor (dengan catatan, harus dicarikan atau ditemukan alternatif pemecahan agar mereka yang tidak mampu ini mampu tetap hidup tanpa harus menghancurkan pencaharian mereka). Jika hal tersebut dibiarkan maka berbagai jenis penyakit akan menyerang kehidupan manusia seperti kardio vaskuler dan pernafasan, tekanan darah tinggi, gangguanjiwa, penurunan IQ pada anak-anak, kanker dan infertilitas. 
Masalah ini, membutuhkan pemikiran yang sungguh-sungguh dari berbagai komponen ilmu untuk mencari solusi yang terbaik dalam mengatasi pencemaran udara melalui emisi gas buang (knalpot) kendaraan yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan kita dan kemampuan ekosistim dalam beberapa tahun mendatang masih akan banyak ditemukan polutan udara kendaraan, agar ekosistim Bumi kita bisa dijaga kelestariannya. 
Maklumlah, kita cuma punya satu Planet yang indah yakni Bumi yang diciptakan Allah SWT untuk manusia sebagai kafilah yang unggul di jagad raya ini. Bukan menghancurnnya tapi menjaganya. 

M. Anwar Siregar Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan-Geosfer,
Tulisan ini sudah dimuat pada harian ANALISA MEDAN

No comments:

Post a Comment

Related Posts :