Nov 26, 2014

Medan Belajar Bencana Banjir Jakarta : Geologi Mitigasi


MEDAN BELAJAR BENCANA BANJIR JAKARTA
Oleh : M. Anwar Siregar

Hari-hari belakangan ini kita disibukkan oleh berbagai bencana banjir dan angin puting beliung yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, bencana diakibatkan oleh berbagai kondisi fisik pembangunan yang terjadi dan lebih fokus pada orientasi kemajuan ekonomi dengan mengabaikan berbagai faktor bencana alamiah. Pembangunan fisik Jakarta harus merupakan pelajaran berharga bagi kemajuan pembangunan fisik di Medan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kajian bahaya geologi dan risiko lingkungan, aspek pertimbangan bahaya dari berbagai mega proyek pretisius, dan seleksi kajian prioritas pembangunan secara seksama dalam tata ruang, khususnya dalam pengendalian bahaya bencana banjir.
Belajar dari bencana banjir Jakarta dan di Asia Tenggara merupakan upaya mitigasi dalam pengurangan risiko (disaster risk reduction management). Tujuan utamanya untuk mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada perencanaan lingkungan dalam suatu tata ruang kota Medan adalah tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu kegiatan peredaman atau mitigasi ketataruangan kota dari ancaman bencana dan mencegah banjir dengan mengidentifikasi berkurangnya daerah resapan dan membuat beberapa kawasan sebagai daerah biopori.
KAJIAN LINGKUNGAN KOTA
Mengkaji tingkat kerentanan dan kerawanan infrastruktur fisik dalam lingkungan tata ruang kota Medan dari risiko bencana sangat penting, karena dengan mengetahui tingkat kerentanan infrastruktur suatu sarana kawasan tertentu dalam tata ruang kota Medan akan dapat memberikan gambaran perkiraan tingkat kerusakan terhadap hasil pembangunan fisik bila ada faktor berbahaya tertentu.
Pentingnya dilakukan pengkajian-pengkajian lingkungan bahaya alam banjir dan risiko yang ditimbulkannya. Banjir yang terjadi di Jakarta harus merupakan bagian dari pengkajian tersebut. Bahwa memahami keadaan lingkungan adalah faktor utama yang menentukan kerentanan terhadap bahaya alam dan pembangunan di masa mendatang. Kerusakan lingkungan akibat laju pembangunan fisik telah diakui sebagai salah satu dari faktor-faktor kunci yang berperan meningkatnya korban jiwa manusia, kerugian harta benda dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bahaya dan merupakan kajian georisk.
Sebagai contoh, penggundulan hutan di sekitar bantaran dan daerah aliran sungai oleh proses pelebaran pembangunan lantai dan lahan ruang parkir suatu pembangunan fisik akan mengakibatkan adanya pengendapan di dasar sungai, sehingga menyebabkan bahaya kekeringan dan banjir yang lebih parah. Pengelolaan reklamasi sungai yang tidak baik dan pengurugan tebing sungai untuk pelebaran dan penutupan ekologi hutan di bantaran sungai merupakan kunci “penyakit bahaya bencana banjir” tahunan. Studi kasus di Jakarta dapat dilihat pada tata ruang pantai utara dan kawasan Ciliwung yang membelah Jakarta. Gambaran serupa ada juga di Medan, dapat dilihat di lokasi banjir daerah elit perumahan Gubernur menerus ke kawasan Medan Maimun yang di belah oleh Sungai Deli dan Sungai Kwala.
Bencana tersebut bisa ditimbul oleh berbagai proyek-proyek besar dan setiap bantaran sungai telah kehilangan akar hijau, dan hal ini merupakan bagian dari proses pengkajian lingkungan dan perlu diperhitungkan bagi ruang hijau yang masih “perawan” dalam perancangan dan perencanaan tata ruang di masa mendatang. Mengukur berbagai manfaat-manfaat pengurangan risiko dalam pemberian izin kelayakan fisik proyek yang stabilitas tanahnya telah diidentifikasi rentan bencana untuk mendukung manajemen lingkungan yang lebih baik.
PERTIMBANGAN BAHAYA
Banyak pedoman pengkajian mencakup daftar isu-isu keberlanjutan lingkungan yang mungkin relevan untuk mengkaji jenis-jenis intervensi pembangunan. Beberapa daftar yang memberikan contoh pembelajaran banjir di Jakarta dan merupakan refleksi bagi tata ruang Medan, berhubungan dengan resiko bencana yang sebaiknya dipertimbangakan dalam melakukan pengkajian bahaya lingkungan terhadap proyek-proyek di wilayah-wilayah rawan bahaya banjir di Kota Medan sebagai berikut : 1. Proyek energi, dampak yang ditimbulkan dari proyek-proyek penggunaan peralatan listrik terhadap pengukuran hantaran listrik formasi susunan batuan untuk mengetahui probabilitas kekuatan batuan dan tanah dasar pondasi. Dampak penggunaan lain dari proyek energi listrik tenaga air yaitu adanya perubahan pola aliran air dan banjir. 2. Efek peningkatan pembangunan transportasi, kajian yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adalah dampak pembangunan jalan dan infrastruktur yang menyertainya terhadap sistim kesatuan drainase dan pola banjir yang melibatkan pergeseran dan perusakan atau okupasi ruang terbuka hijau di segala lini yang berhubungan dengan lingkungan air. 3. Pengembangan pembangunan perkotaan, dampak pembangunan terhadap kapasitas jasa dan layanan umum seperti listrik, gas, telepon dan air untuk mencegah risiko banjir yang semakin besar terutama pembangunan jaringan utilitas yang tumpang tindih disekitar saluran drainase. 4. Sistim tempat pembuangan akhir sampah, relokasi ruang memadai untuk mencegah sumber-sumber penyakit lingkungan yang baru, sistem selokan/saluran air tidak memadai atau layanan pengumpulan sampah sehingga menyebabkan pembuangan sampah ke dalam selokan dan saluran air.
5. Penambangan bahan galian sungai, implikasinya terhadap kekeringan dan banjir serta erosi tanah terhadap kedalaman air sebagai dampak kegiatan penambangan di sekitar hulu dan hilir sungai dan pemukiman terhadap bahaya lingkungan dalam jangka pendek. 6. Pengkajian bahaya pertanian dan kehutanan, dampak pada erosi tanah dan konsekuensi terhadap tingkat pelestarian air, pengendapan daerah hilir dan banjir. Kemampuan usulan proyek terhadap dampak kekurangan air hujan akibat perusakan dan pengalihan fungsi taman hutan baik disekitar DAS maupun taman paru kota serta kemampuan dalam membangun kapasitas masyarakat lokal dalam menghadapi risiko bencana dan risiko lainnya. 7. Pengkajian dampak kerusakan pantai, abrasi pantai dan kemampuan terhadap perlindungan berbagai jenis hutan untuk perlindungan dari berbagai ancaman bencana akibat laju peningkatan pembangunan proyek fisik berat di sekitar pantai, kemampuan rehabilitasi dan reklamasi akibat perusakan lingkungan hutan bakau, kemampuan pengendalian bencana banjir bandang raksasa di wilayah utara Medan.
MEDAN BELAJAR BANJIR
Medan sudah harus mempersiapkan data-data berbagai instrumen kerentanan fisik di berbagai wilayah tata ruangnya yang mencakup kekuatan tanah, permeabilitas tanah dan air serta tanah dasar [batuan] yang berhubungan sifat geoteksnis tanah, data instrumen gelombang seismik ke permukaan, pemetaan arah lintasan zonasi banjir dan banjir bandang, pengaturan kepadatan bangunan, lingkungan dan sosial penduduk serta kemampuan sebaran sumber daya ekologi, sumber daya geologi dan sumber daya ekonomi sebagai tindakan keberlanjutan pembangunan tata ruang di kota serta berbagai upaya tindakan pencegahan bagi pelanggaran aturan tata ruang agar tidak menimbulkan konflik antara pemerintah dengan rakyat.
Ada beberapa tindakan dalam pengkajian lingkungan sebelum terjadinya suatu bencana lingkungan agar tidak menimbulkan resiko darurat, memastikan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya alam telah dikaji dan dikelola melalui manajemen geohazard dan georisk yang profesional, berikut ini ada beberapa : pertama, proses pengkajian lingkungan sebaiknya mencakup pengumpulan dan mengenai bahaya alam banjir yang membelah tata ruang wilayah kota Medan dengan studi kasus perbandingan dengan kota Jakarta dan Bandung serta risiko yang menyertainya sebagai langkah pertama yang penting dalam mengkaji berbagai jenis proyek fisik secara menyeluruh. Temuan-temuannya digunakan untuk menentukan apaka risiko bencana sebaiknya diteliti secara lebih terperinci pada proses penilaian proyek selanjutnya. Contoh, pembangunan kanal banjir yang belum berfungsi optimal.
Kedua, analisis sistematik tentang potensi konsekuensi yang berkaitan dengan risiko bencana yang ditimbulkan sebelum pembangunan proyek fisik di mulai, dampak-dampak lingkungan sebaiknya dimasukkan sebagai komponen penting dalam proses pengkajian lingkungan dalam wilayah rawan bencana banjir.
Dengan upaya mitigasi banjir, maka Medan siap menjadi kota yang layak huni dan humanis dengan lingkungan dalam menghadapi berbagai bencana alam di era global.

M. Anwar Siregar
Pemerhati masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer
Blog paluemesgeolog

No comments:

Post a Comment

Related Posts :