Medan Belajar Bencana Banjir Jakarta : Geologi Mitigasi
MEDAN BELAJAR BENCANA BANJIR
JAKARTA
Oleh : M. Anwar Siregar
Hari-hari
belakangan ini kita disibukkan oleh berbagai bencana banjir dan angin puting
beliung yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, bencana diakibatkan oleh
berbagai kondisi fisik pembangunan yang terjadi dan lebih fokus pada orientasi
kemajuan ekonomi dengan mengabaikan berbagai faktor bencana alamiah.
Pembangunan fisik Jakarta harus merupakan pelajaran berharga bagi kemajuan
pembangunan fisik di Medan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kajian bahaya
geologi dan risiko lingkungan, aspek pertimbangan bahaya dari berbagai mega
proyek pretisius, dan seleksi kajian prioritas pembangunan secara seksama dalam
tata ruang, khususnya dalam pengendalian bahaya bencana banjir.
Belajar dari bencana
banjir Jakarta dan di Asia Tenggara merupakan upaya mitigasi dalam pengurangan risiko (disaster risk reduction management).
Tujuan utamanya untuk mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang
mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada perencanaan lingkungan
dalam suatu tata ruang kota Medan adalah tahap sebelum terjadinya bencana,
yaitu kegiatan peredaman atau mitigasi ketataruangan kota dari ancaman bencana
dan mencegah banjir dengan mengidentifikasi berkurangnya daerah resapan dan
membuat beberapa kawasan sebagai daerah biopori.
KAJIAN LINGKUNGAN KOTA
Mengkaji
tingkat kerentanan dan kerawanan infrastruktur fisik dalam lingkungan tata
ruang kota Medan dari risiko bencana sangat penting, karena dengan mengetahui
tingkat kerentanan infrastruktur suatu sarana kawasan tertentu dalam tata ruang
kota Medan akan dapat memberikan gambaran perkiraan tingkat kerusakan terhadap
hasil pembangunan fisik bila ada faktor berbahaya tertentu.
Pentingnya dilakukan pengkajian-pengkajian lingkungan bahaya alam banjir
dan risiko yang ditimbulkannya. Banjir yang terjadi di Jakarta harus merupakan
bagian dari pengkajian tersebut. Bahwa memahami keadaan lingkungan adalah
faktor utama yang menentukan kerentanan terhadap bahaya alam dan pembangunan di
masa mendatang. Kerusakan lingkungan akibat laju pembangunan fisik telah diakui
sebagai salah satu dari faktor-faktor kunci yang berperan meningkatnya korban
jiwa manusia, kerugian harta benda dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bahaya dan
merupakan kajian georisk.
Sebagai contoh, penggundulan hutan di sekitar bantaran dan daerah aliran
sungai oleh proses pelebaran pembangunan lantai dan lahan ruang parkir suatu
pembangunan fisik akan mengakibatkan adanya pengendapan di dasar sungai,
sehingga menyebabkan bahaya kekeringan dan banjir yang lebih parah. Pengelolaan
reklamasi sungai yang tidak baik dan pengurugan tebing sungai untuk pelebaran
dan penutupan ekologi hutan di bantaran sungai merupakan kunci “penyakit bahaya
bencana banjir” tahunan. Studi kasus di Jakarta dapat dilihat pada tata ruang
pantai utara dan kawasan Ciliwung yang membelah Jakarta. Gambaran serupa ada
juga di Medan, dapat dilihat di lokasi banjir daerah elit perumahan Gubernur
menerus ke kawasan Medan Maimun yang di belah oleh Sungai Deli dan Sungai Kwala.
Bencana tersebut bisa ditimbul oleh berbagai proyek-proyek besar dan
setiap bantaran sungai telah kehilangan akar hijau, dan hal ini merupakan
bagian dari proses pengkajian lingkungan dan perlu diperhitungkan bagi ruang
hijau yang masih “perawan” dalam perancangan dan perencanaan tata ruang di masa
mendatang. Mengukur berbagai manfaat-manfaat pengurangan risiko dalam pemberian
izin kelayakan fisik proyek yang stabilitas tanahnya telah diidentifikasi
rentan bencana untuk mendukung manajemen lingkungan yang lebih baik.
PERTIMBANGAN BAHAYA
Banyak pedoman pengkajian mencakup daftar isu-isu keberlanjutan
lingkungan yang mungkin relevan untuk mengkaji jenis-jenis intervensi
pembangunan. Beberapa daftar yang memberikan contoh pembelajaran banjir di Jakarta
dan merupakan refleksi bagi tata ruang Medan, berhubungan dengan resiko bencana
yang sebaiknya dipertimbangakan dalam melakukan pengkajian bahaya lingkungan terhadap
proyek-proyek di wilayah-wilayah rawan bahaya banjir di Kota Medan sebagai
berikut : 1. Proyek energi, dampak yang ditimbulkan dari proyek-proyek
penggunaan peralatan listrik terhadap pengukuran hantaran listrik formasi
susunan batuan untuk mengetahui probabilitas kekuatan batuan dan tanah dasar
pondasi. Dampak penggunaan lain dari proyek energi listrik tenaga air yaitu
adanya perubahan pola aliran air dan banjir. 2. Efek peningkatan pembangunan
transportasi, kajian yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adalah dampak
pembangunan jalan dan infrastruktur yang menyertainya terhadap sistim kesatuan
drainase dan pola banjir yang melibatkan pergeseran dan perusakan atau okupasi
ruang terbuka hijau di segala lini yang berhubungan dengan lingkungan air. 3.
Pengembangan pembangunan perkotaan, dampak pembangunan terhadap kapasitas jasa
dan layanan umum seperti listrik, gas, telepon dan air untuk mencegah risiko
banjir yang semakin besar terutama pembangunan jaringan utilitas yang tumpang
tindih disekitar saluran drainase. 4. Sistim tempat pembuangan akhir sampah,
relokasi ruang memadai untuk mencegah sumber-sumber penyakit lingkungan yang
baru, sistem selokan/saluran air tidak memadai atau layanan pengumpulan sampah
sehingga menyebabkan pembuangan sampah ke dalam selokan dan saluran air.
5. Penambangan bahan galian sungai, implikasinya terhadap kekeringan dan
banjir serta erosi tanah terhadap kedalaman air sebagai dampak kegiatan
penambangan di sekitar hulu dan hilir sungai dan pemukiman terhadap bahaya
lingkungan dalam jangka pendek. 6. Pengkajian bahaya pertanian dan kehutanan,
dampak pada erosi tanah dan konsekuensi terhadap tingkat pelestarian air,
pengendapan daerah hilir dan banjir. Kemampuan usulan proyek terhadap dampak
kekurangan air hujan akibat perusakan dan pengalihan fungsi taman hutan baik
disekitar DAS maupun taman paru kota serta kemampuan dalam membangun kapasitas
masyarakat lokal dalam menghadapi risiko bencana dan risiko lainnya. 7.
Pengkajian dampak kerusakan pantai, abrasi pantai dan kemampuan terhadap
perlindungan berbagai jenis hutan untuk perlindungan dari berbagai ancaman
bencana akibat laju peningkatan pembangunan proyek fisik berat di sekitar
pantai, kemampuan rehabilitasi dan reklamasi akibat perusakan lingkungan hutan
bakau, kemampuan pengendalian bencana banjir bandang raksasa di wilayah utara
Medan.
MEDAN
BELAJAR BANJIR
Medan sudah
harus mempersiapkan data-data berbagai instrumen kerentanan fisik di berbagai
wilayah tata ruangnya yang mencakup kekuatan tanah, permeabilitas tanah dan air
serta tanah dasar [batuan] yang berhubungan sifat geoteksnis tanah, data
instrumen gelombang seismik ke permukaan, pemetaan arah lintasan zonasi banjir
dan banjir bandang, pengaturan kepadatan bangunan, lingkungan dan sosial
penduduk serta kemampuan sebaran sumber daya ekologi, sumber daya geologi dan
sumber daya ekonomi sebagai tindakan keberlanjutan pembangunan tata ruang di
kota serta berbagai upaya tindakan pencegahan bagi pelanggaran aturan tata
ruang agar tidak menimbulkan konflik antara pemerintah dengan rakyat.
Ada
beberapa tindakan dalam pengkajian lingkungan sebelum terjadinya suatu bencana
lingkungan agar tidak menimbulkan resiko darurat, memastikan bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya alam telah dikaji dan dikelola
melalui manajemen geohazard dan georisk yang profesional, berikut ini ada
beberapa : pertama, proses pengkajian lingkungan sebaiknya mencakup pengumpulan
dan mengenai bahaya alam banjir yang membelah tata ruang wilayah kota Medan
dengan studi kasus perbandingan dengan kota Jakarta dan Bandung serta risiko
yang menyertainya sebagai langkah pertama yang penting dalam mengkaji berbagai
jenis proyek fisik secara menyeluruh. Temuan-temuannya digunakan untuk
menentukan apaka risiko bencana sebaiknya diteliti secara lebih terperinci pada
proses penilaian proyek selanjutnya. Contoh, pembangunan kanal banjir yang
belum berfungsi optimal.
Kedua,
analisis sistematik tentang potensi konsekuensi yang berkaitan dengan risiko
bencana yang ditimbulkan sebelum pembangunan proyek fisik di mulai,
dampak-dampak lingkungan sebaiknya dimasukkan sebagai komponen penting dalam
proses pengkajian lingkungan dalam wilayah rawan bencana banjir.
Dengan
upaya mitigasi banjir, maka Medan siap menjadi kota yang layak huni dan humanis dengan lingkungan dalam menghadapi
berbagai bencana alam di era global.
M.
Anwar Siregar
Pemerhati masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer
Blog paluemesgeolog
Komentar
Posting Komentar