PENTINGNYA DATA BG, BIG DAN BMKG SEGALA INVESTASI
PENTINGNYA DATA BG, BIG DAN BMKG SEGALA INVESTASI
Oleh M. Anwar
Siregar
Pembangunan saat
ini sepertinya tidak membutukan data valid dari berbagai penelitian dan
pengamatan gejala bumi, peramalan cuaca dan iklim atmosfir, sehingga banyak
masyarakat seenaknya menerobos konsesi yang sudah diidentifikasi sebagai daerah
rawan bencana masih tetap nekad dan keras kepala untuk membangun sebuah
investasi demi sebuah keuntungan jangka pendek tanpa memperhitungkan kerusakan
yang akan timbul dalam jangka panjang, berakibat lumpuhnya pergerakan ekonomi
seperti kasus bencana banjir, pembakaran hutan mengakibatkan kabut asap, jarak
pandang penerbangan semakin pendek dari efek polutan emisi di atmosfir.
Masih banyak
menganggap sepele data-data dari pihak berwenang dalam memberikan informasi
ilmiah namun menimbulkan kerugian miliran rupiah serta sedikitnya kualitas
sumber daya manusia yang menguasai berbagai informasi dalam data bidang ilmu
kebumian, sudah saatnya masyarakat dan pelaku usaha mau merenungkan sejenak kejadian-kejadian
bencana yang sudah lewat, bahwa pentingnya data informasi mengenai daerah rawan
bencana, daerah potensi sumber daya mineral yang terbatas, sumber daya
lingkungan dan perubahan-perubahan iklim yang dapat menghancurkan sumber
pendapatan hidup, menimbulkan efek domino bagi perkembangan iklim investasi dan
mau memahami data informasi yang diberikan oleh instansi atau lembaga yang
berwenang sesuai kepentingan informasi yang dibutuhkan untuk kemajuan usaha
investasi yang didambakan dengan menghilangkan sifat egoisme keserakahan.
Introspeksi etika diri terutama fundamental diri dalam menghadapi berbagai
tantangan perubahan iklim global.
BENCANA DULU
Masih ingat
kejadian tsunami Aceh Desember 2004? Bencana yang tidak akan dilupakan oleh
masyarakat internasional terutama masyarakat di Aceh, gambaran kejadian bencana
sudah ada sejarah informasinya, bahwa negara kita berada dikawasan rawan
bencana, yang diperlihatkan oleh gambaran sejarah kekuatan bencana alam letusan
gunungapi, dan tsunami sejak masa pra sejarah dan informasi mengenai keadaan
tersebut dijabarkan dalam bentuk pemetaan seismotektonik seluruh wilayah
Indonesia dengan menujukkan keadaan percepatan puncak batuan dasar tiap wilayah
di Indonesia untuk diseleraskan dengan penataan ruang dan bangunan yang
berbasis building code, seharusnya sudah memberikan gambaran dan dan informasi
bahwa data geologi saat penting untuk pembangunan tata ruang lingkungan dan kewilayahan
namun kenapa masih ada yang menganggap sepele data dari penelitian Badan
Geologi (BG)?
Badan Geologi ataupun
juga Badan Informasi Geospasial (BIG) sudah berulangkali mengingatkan kepada
pemerintah daerah untuk menyusun tata ruang wilayah setiap detail daerahnya
mengacu kepada data-data geologis dan pemetaan tematik yang benar dan sah. Dengan begitu, bisa menekan tingkat
bencana lingkungan dan geologi yang lebih parah. Jika perlu data geologi itu
bisa menjadi aktor utama dalam kebijakan tata kota dibelakangnya harus mengacu
pada sumber data geologis kewilayahan.
Atau kita
mau berpameo seperti ini “bencana dulu, baru kenali daerah yang terkena
musibah, baru mencari data-data geologis”, sepertinya data-data geologi tidak
dibutuhkan dalam pembangunan fisik, bukan saja di Banjarnegara tetapi semua di
wilayah Indonesia, dan dipastikan daerah yang pernah mengalami bencana geologis
itu hanya menggunakan data geologi sekian persen saja atau dibawah 10 % dari
luas tata ruang yang terbangunkan, hanya kalangan perusahaan perminyakan dan
pertambangan saja yang membutuhkan data geologi secara cermat. Makanya kita
selalu dituntut untuk selalu waspada dan menyesuaikan penataan ruang.
TAMPARAN QZ 8501
Tamparan yang paling keras sangat ini dan masih
menjadi berita aktual dunia internasional adalah tragedi kecelakaan pesawat QZ
8501 Air Asia, dari berbagai sumber menyebutkan bahwa kecelakaan ini dipicu
oleh anomali cuaca awan kumulonimbus yang sangat berbahaya bagi penerbangan dan
wilayah udara Indonesia itu sudah harus di pahami dan sudah diidentifikasi
sebagai daerah udara yang memang memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi.
Seperti juga tingkat kerawanan dan kerentanan yang terdapat didaratan
dan lautan Indonesia , dan Indonesia
termasuk Negara yang memiliki tingkat kerawanan udara sangat tinggi di dunia.
Indonesia di identifikasi
memiliki bermacam-macam jenis bencana geosfer (udara atau meteorologi dan
cuaca) yang menyebabkan kondisi membahayakan penerbangan antara lain terdapat
banyak awan kumolonimbus, awan coriolis, badai tropis, dan efek ekstrim dari
ENSO di kawasan Pasifik dan Samudera Hindia dengan adanya IOP di bagian Barat Pantai Sumatera sampai ke
Pulau Jawa terdapat dua kutub Lautan Hindia (Indian Ocean Dipole/IOD) dan
Palung Laut Jawa, perubahan cuaca sangat esktrim sering terjadi di wilayah
pantai dan udara Indonesia. Efek-efek badai tropis dari sekitar palung wilayah
Tiongkok, Philipina serta Jepang kadang bergerak memasuki wilayah geosfer
Indonesia sehingga sangat membahayakan penerbangan dan pelayaran dilautan yang
menimbulkan cuaca sangat buruk, dan sering berulangkali terjadi namun pelajaran
kadang tidak dipedulikan sehingga menimbulkan berbagai kecelakaan yang
menghilangkan nyawa hanya mengejar kebutuhan peningkatan investasi ekonomi.
Setiap maskapai
penerbangan harus memiliki data dan infomasi mengenai cuaca dan iklim, penting
bagi investasi nyawa keselamatan penumpang, namun beberapa penerbangan ternyata
ada yang tidak memanfaatkan data tersebut sehingga menimbulkan tragedi bencana
penerbangan. Banyak maskapai
penerbangan menawarkan tarif murah pesawat, namun mengindahkan keselamatan bagi
penumpang dan nekad menentang badai hanya untuk mengejar keuntungan sesaat
sehingga mengorbankan begitu banyak data-data penting bagi dunia penerbangan
sehingga data dan himbauan dari BMKG dianggap tidak benar dan bohong, namum
setelah terjadi baru mempermasalakan semua data-data ilmiah yang melandasi
semua.
SINERGI DATA
Pentingnya data
dari Badan Geologi, BIG ataupun BMKG serta hasil-hasil penelitian yang valid
dari berbagai sumber seperti LIPI, BPPT atau lembaga lainnya untuk bersinergi dalam
memberikan data dan informasi kebencanaan daratan, udara dan lautan untuk
segala investasi pembangunan serta menyangkut nyawa yang perlu dijaga, bukan
untuk mengejar keuntungan bisnis yang sebenarnya dapat menghancurkan semuanya jika
terjadi musibah.
Maka disinilah
pentingnya sinergi data dan lembaga untuk mengatasi berbagai musibah bencana
dan data-data geologis harus menjadi dasar hukumnya, semua data sangat penting
untuk menghindari kejadian bencana serupa berulang kembali
Data informasi kebumian tersebut bisa dimanfaatkan
untuk segala informasi investasi di Indonesia antara lain data informasi
geologi, bencana geologi, sumber daya mineral, pertambangan, panas bumi, minyak
dan gas bumi, energi, rekayasa konstruksi berat sipil, penataan lingkungan,
eksplorasi kelautan, penelitian emisi karbon di atmosfir dan sumber daya air
dari Badan Geologi, data pemetaan secara tematik, penginderaan citra geologi,
pengukuran datum tingkat tinggi, penentuan batas-batas laut teritorial,
kehutanan, kelautan dan geodesi melalui Badan Informasi Geospasial. Data peramalan gejala geosfer, mereorologi dan
klimatologis bisa di akses mudah saat ini, data ini sangat akurat untuk
keselamatan penerbangan dan pelayaran, dapat di input dari data BMKG, selain
itu juga memberikan data penting lainya tentang terjangan gelombang laut,
informasi terjadinya gempa bumi.
Sinergi antara pemerintah daerah, instansi
terkait dan masyarakat sangat penting diperlukan dalam pengurangan bencana di
Indonesia. Kompleksitas faktor pemicu bencana di Indonesia seperti bencana
longsor dan cuaca buruk perlunya koordinasi dan dukungan banyak pihak. Dinas
Pertambangan dan Energi (Distamben) bersama Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG), Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) merupakan beberapa instansi yang dapat berkolaborasi demi
pengurangan resiko bencana di daerah rawan bencana.
Masyarakat harus lebih pro-aktif dan peduli
terhadap data-data yang penting dari pihak berwenang dalam mengendalikan bencana
dengan mencari informasi untuk lebih mengenal lebih dalam resiko bencana
dimana mereka bertempat tinggal.
M. Anwar Siregar
Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata
Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Blogpaluemasgeolog. Boleh Co-Pas, tapi tulis sumbernya
Komentar
Posting Komentar