Mar 8, 2018

Hormat Sinabung, Pembelajaran Siaga Mitigasi

Hormat Sinabung, Pembelajaran Siaga Mitigasi

(Analisa/ferdy) MITIGASI SINABUNG : Erupsi yang berkepanjangan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, membuat warganya harus siap akan pembelajaran akan siaga mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian upaya guna memperkecil dampak atau resiko atas terjadinya bencana alam Gunung Sinabung.
Oleh: M. Anwar Siregar.
Kita harus mengakui, bahwa Gunung Sinabung se­buah fenomena alam yang telah memberikan pembela­jaran agar melek siaga miti­gasi. Gejala alam yang me­ngagumkan di era modern ini selain bencana gempa bumi di Sumatera pa­da tahun 2004 dan 2005 yang memberikan sebuah pembelajaran ber­har­ga agar selalu siaga mitigsi.
Gunung Sinabung berada di jalur rangkaian gunung api tak sempurna atau pegu­nung­an lipatan muda. Bagian me­manjang dari rangkaian gu­nung api aktif di Indonesia dan gunung api tipe B yang pertama meletus di era modern di Indonesia dan Asia serta merupakan sejarah baru bagi kegunungapian di Indonesia.

Saat ini posisi serta kondisi Gunung Sinabung yang be­lum memberikan pesan “isti­ra­hat”, merupakan sumber ilmu dari gejala alam yang perlu dipelajari bagi pening­katan pengetahuan untuk berbagai disiplin ilmu. Gu­nung Sinabung meletus di era modern ketika ilmu dan tek­nologi manusia telah ber­kem­bang hebat.
Untuk itu per­lu dipelajari secara cer­mat, karena menyangkut ke3selamatan ri­buan nyawa manusia yang semakin padat di seki­tarnya. Mereka berada dalam jangkauan erupsi Gu­nung Sinabung, dan akan menimbulkan efek bagi kesi­nambungan iklim global di atas langit bumi Sumatera bagian Utara ke Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Pembelajaran
Gunung api meletus ada­lah kejadian alam yang tidak dapat dicegah. Mitigasi ke­rentanan adalah salah satu cara untuk mengurangi dam­pak yang ditimbulkan. Ke­mu­dian memantau dan mem­berikan arahan serta saran bagi penduduk agar mereka tidak terlanda bencana berke­lanjutan. Peng­amatan harus ditingkatkan, baik secara visual daratan maupun visual dari langit melalui satelit cuaca dan observasi bumi. Dengan demikian akan me­nyajikan gambaran citra letusan gunung, dampak le­tusan, skala dan sebaran luas debu vulkanik dan dinamika letusan di berbagai kawasan dalam suatu tata ruang kota.
Ada tiga faktor mendasar dalam pembelajaran mitigasi letusan Gunung Sinabung untuk membangun tatanan masyarakat tangguh bencana, yaitu:
Pertama, infrastruktur ka­wasan rawan bencana ber­basis mitigasi terdiri dari tata ruang, tata kelola pertanian, tata ruang daerah resapan air dan tata ruang rehabilitasi un­tuk masa jeda bencana serta tata ruang relokasi hunian te­tap.
Dalam tata ruang mitigasi Kawasan Rawan Bencana (KRB), masyarakat wajib mengikuti kebijakan konti­gensi dari pemerintah. Terli­hat pada waktu bencana le­tusan Gunung Sinabung, pe­merintah “repot” dalam men­jalanlan program manajemen mitigasi. Dari kejadian ini, kita harus introspeksi bagi daerah-daerah yang lain, bah­wa gunung api tipe B sua­tu saat akan naik kelas, sehingga perlu mempersiapkan dan mengantisipasi pemba­ngun­an di KRB di gunung api tipe B. Ketika terjadi status naik kelas ke A maka pemerintah yang memiliki gunungapi ti­pe B tidak perlu lagi bagai “orang kebingungan”.
Kedua budaya mitigasi, kita jadikan sejarah bencana, lalu sebagai cermin untuk hi­dup selaras dengan kondisi lingkungan tempat masyara­kat beraktivitas di KRB dari berbagai tipe gunungapi di In­donesia agar menjadi bu­daya hidup sehari-hari, tu­ju­annya untuk menimalisasi kerentanan dan kerawanan terhadap ancaman bahaya/bencana dengan mempertim­bangkan aspek zona rawan bencana maka masyarakat bisa membangun kapasitas diri dan memulihkan kehi­dupan kembali setelah meng­hadapi bencana. Budaya mi­tigasi adalah penyadaran ma­syarakat agar dapat mengu­rangi pejanan di daerah KRB gunungapi.
Ini tidak terlihat pada tata ruang Gunung Sina­bung, ba­nyak desa tidak tangguh da­lam menghadapi bencana letusan Gunung Sinabung yang belum juga menunjuk­kan gejala istirahat, sebuah pembelajaran yang berharga bagi pemda lain untuk belajar tata ruang dari Tanah Karo dan Sinabung.
Ketiga sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun siaga dan budaya hidup menghadapi bencana, dan perlu di ketahui di Sumut masih terdapat be­berapa gunungapi yang berti­pe B yang setiap saat naik kelas. Pelajaran yang ber­har­ga bagi Indonesia sehingga ha­rus masuk dalam kuriku­lum sejarah yang wajib dipe­lajari.
Budaya Hidup
Gunungapi Sinabung juga memberikan pesan sumbang­an ilmu untuk memikirkan mengapa bisa terjadi gunung api tipe B bisa bangkit mele­tus.
Ada tiga pesan khusus yang dikirim oleh letusan Si­nabung kepada putra-putri daerah di Indonesia, yakni:
Pertama, gunungapi seper­ti nadi manusia, bahwa ja­ngan terlena dengan “kawan­ku” yang masih mendengkur alias tidur, alias gunung yang belum bangkit meletus lagi, karena sesungguhnya gunung yang tidur itu masih hidup dengan denyut bergerak pe­lan seperti nadi dan jantung manusia berdenyut lembut dan akan memuncratkan da­rat jika ada gangguan luar, jika dianalogikan bagi gu­nung, gangguan itu berupa pembangunan fisik di kawa­san hijau, jumlah penduduk semakin padat, tidak adanya ruang khusus tanpa bangunan dan hal ini sudah cukup mengusik ketenangan alam di sebuah gunungapi karena tubuhnya “merasa ditusuk benda tajam” dari kaki sam­pai ke puncak.
Kedua, Pesan Sinabung ber­ikutnya adalah perenca­na­an tata ruang kota bertipe gu­nung api, bahwa masih ba­nyak yang perlu dipelajari ba­gi sebuah kota dan peren­cana pembangunan, karena letusan sebuah gunungapi se­buah ujian bagi tata ruang ko­ta, bahwa infrastruktur fi­sik sebuah kota harus selalu mempelajari karakter ling­kungan di mana bangunan dan kota yang akan dibangun di daerah gunungapi.
Ketiga, budaya kearifan lokal, dalam sudut sosial bu­daya manyangkut kemampu­an pembelajaran budaya hidup harmonis bersama alam, budaya kearifan lokal tentang gunung dan bencana lainnya, serta keteladanan dalam memahami alam.di muka bumi dimana manusia harus hormat kepada alam, atau hormat kepada gunung dan gunungapi Sinabung telah memberikan peringatan agar manusia melek terhadap budaya hidup selaras dengan gunungapi, karena wilayah In­donesia berada dalam ta­tan­an ring of fire. Jangan me­rusak tubuh gunung dengan segala yang mendewakan hedoisme dan akhlak yang me­rusak alam.
Siaga Mitigasi
Sungguh Gunung Sina­bung sebuah fenomena alam yang memberikan pelajaran berharga, masih adanya aktivitas luncuran awan panas di atas udara Sumatera Utara memberikan tegoran bagi pe­merintah untuk memper­siap­kan sistem mitigasi yang tang­guh dalam menghadapi bencana
Gunung Sinabung telah memberikan banyak sum­bangan ilmu untuk pening­katan siaga mitigasi, meletus di era modern, kemampuan ilmu mitigasi letusan gunung api sudah meningkat luar bia­sa, maka tidak ada cerita ka­lau kemampuan untuk me­ngu­rangi jumlah korban aki­bat letusan gunung api tidak bisa.
Sebuah pekerjaan rumah untuk membangun siaga mi­tigasi letusan gunungapi bagi sektor khusus dari berbagai aspek bidang antara lain se­perti TNI-Polri, bidang tata ruang dan pekerjaan umum, bidang SAR penanggulangan dan bencana lingkungan hi­dup, bidang riset geologi dan sumber daya mineral, bidang klimatologi dan geofisika-geodesi, bidang kesehatan dan pendidikan, bidang keta­hanan pangan dan sosial, ke­budayaan serta pariwisata un­tuk membangun tata ruang kota dan masyarakat siaga ben­cana, atau sebelum ben­cana terjadi.
Hormat Sinabung
Banyak penduduk yang bermukim di wilayah rawan letusan gunungapi meng­indi­kasikan perlunya penguatan kapasitas dalam mengantisi­pasi dan mitigasi letusan yang akan datang. Di sinilah dibutuhkan peran ahli gu­nung api dan ahli terkait lain­nya untuk menjembatani ke­inginan alam (gunungapi) terhadap masyarakat melalui riset, peringatan dini dan pen­didikan untuk menguat­kan kesadaran publik. Ma­syarakat harus mendapatkan informasi yang benar sebe­lum terjadi letusan gunung api.
Kita harus berterimakasih dan memberikan penghor­mat­an kepada Sinabung yang telah memberikan pelajaran berharga untuk peningkatan dan pengembangan kualitas kurikulum mitigasi bencana gunungapi agar bangsa ini semakin melek di dalam menghadapi berbagai macam bencana geologis.terutama bencana letusan gunungapi.

Dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN. Tgl 21 Januari 2018

No comments:

Post a Comment

Related Posts :