Waspada Medan Stress Gempa Taiwan ke Indonesia
WASPADA MEDAN STRESS GEMPA TAIWAN KE INDONESIA
Oleh : M. Anwar Siregar
Gempa
dan bencana lain suatu saat dan kapan saja akan terjadi pada kita. Namun dibalik
dari semua itu ada sisi baik dari sebuah bencana yang terjadi selama ini dapat
dijadikan pelajaran bagi pembangunan fisik di Indonesia. Bersamaan dengan gempa
di Taiwan, Indonesia juga mengalami bencana longsor dan banjir di berbagai
daerah harus diambil hikmaknya agar lebih baik lagi memanfaatkan segala potensi
tata guna lahan dan kelimpahan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan dengan
baik untuk menekan kerusakan lingkungan.
Gambar : Gempa Taiwan/AFP : PETUGAS
penyelamat memblokir sebuah jalan lokasi gedung yang roboh setelah
gempa berkekuatan 6,4 SP melanda kota Hualien, Taiwan timur, Rabu 7
Februari 2018.* (Sumber Pikiran Rakyat)
Dan
perlu diingatkan ada dua zona medan energi gempa yang sedang mengumpul kekuatan
”goyangan kolosal gempa” yang kini memasuki periode ulang gempa di kawasan
pantai barat sumatera yaitu masih ada kekuatan energi gempa di blok Aceh-Nias
di utara dan energi megathrust gempa Mentawai di selatan yang kini dalam
periode ulang gempa mendekati siklus 200 tahun energi yaitu rentang 15 tahun
lagi sejak gempa diatas 8.0 SR pada tahun 1833.
Megathrust gempa Mentawai memasuki
periode ulang pelepasan energi dan bahwa siklus energi gempa di Mentawai bukan
lagi dihitung dalam rentangan hitungan ratusan tahun tetapi puluhan tahun sebelum
memasuki puncak energi gempa dahsyat, gempa terakhir dilepaskan tahun 2005
berarti ada rentang tiga tahun lagi dari 2010 ke 2015, dan terbukti ada gempa
yang terasa sampai ke Padang, dari 2015 ke 2017 ada juga gempa skala ringan 5.5
SR, 2017 ke 2033 dapat terjadi jika apabila akumulasi energi di utara di Pulau
Sipora dan Siberut belum melepaskan energi besar gempa, karena subduksi
keduanya sangat berdekatan dengan kawasan subduksi Pulau Nias, dan dapat
memberikan penjalaran medan stress gempa bagi Nias karena harus “menanggung
beban kiriman gempa Mentawai”, tentu saja ini dapat menimbulkan “stress”
seperti mirip manusia yang kalut menghadapi bermacam masalah kehidupan,
berakhir stress.
Maka ada baiknya
pemerintah di Sumatera Utara dan Indonesia umumnya harus mempersiapkan standar
konstruksi tata ruang yang mumpuni kalau tidak ingin menjadi ladang
“pembantaian tsunami maut kedua”, diperkirakan sebelum tahun 2033. Jadi
waspadalah pada tahap awal karena sejak gempa maut Aceh-Andaman tahun 2004,
belum ada lagi gempa dengan tsunami maut dan semua gempa yang terjadi sekarang
sebagai gempa pemanasan.
TAIWAN STRESS
Wilayah Taiwan dianologi
juga sebagai wilayah yang berada di atas kerak benua seolah-olah tersesar
sungkupkan. Mengakibatkan material-material yang ada di pertemuan lempeng akan
terangkat keluar sebagian mengalami pelipatan akibat tekanan dan ketegangan
yang sangat kuat dan disertai dorongan dari batu-batuan yang terjadi akibat
tabrakan dan persinggungan oleh gerak sesar mendatar (horizontal), sesar naik
dan turun, mirip seperti pasta gigi (odol) bila ditekan tubenya akan keluar
isinya.
Kadang pergerakan lempeng
Samudera bergerak mendekati Lempeng Benua akan ditekan terus ke atas, sehingga
kerak samudera yang massa jenisnya lebih ringan akan tertekan dan menyebarkan
medan stress di perbatasan antar lempeng dan kota atau negara yang berada di
dekat pertemuan lempeng akan terus mengalami getaran seismik dalam periode
tertentu.
Jadi memang ada pola interaksi
antara momen medan stres di wilayah Taiwan, yang perlu di perhatikan adalah
wilayah Tiongkok daratan, energi stress gempa dapat mengakumulasi energi di
zona patahan longmen shan, merupakan wilayah penakanan dan pemicu medan stress
yang akan menyusul lagi karena terjadi pergeseran kutub bumi merupakan dampak
kejadian gempa Jepang dan Nepal serta gempa Chili.
Pengenalan
interaksi antar medan stress gempa semacam itu, akan sangat berguna bagi
peramalan gempa bumi. Sekarang ini, mayoritas peneliti gempa menganut pendapat,
sebuah patahan atau penujaman akan tenang kembali, setelah terjadinya gempa dan
gempa susulan. Situasi tenang dapat berlangsung sampai beberapa ratus tahun,
hingga kerak bumi dapat kembali menghimpun energinya, dan melepaskannya sebagai
gempa. Kini semakin terlihat pola gempa
yang sering terjadi di wilayah Taiwan, gempa kemudian terjadi dikawasan asia
timur lainnya lalu menekan stress pemicu di kawasan Asia Selatan dan membalik
ke Asia Tenggara dan harus menjadi pusat perhatian peramalan resiko seismik di
kawasan kegempaan.
WASPADA
GEMPA ASIA TIMUR
Taiwan berada di zona subduksi seperti Cincin Api Pasifik, ketika salah
satu lempengan didorong ke bawah lempengan lain, menghasilkan gempa yang amat kuat,
hingga kedalaman 700 km. Gempa superdalam, mungkin bahkan tak terasa di
permukaan. Namun jika terus menerus mengalami gempa dikawasan yang sama akan
memberikan akumulasi medan stress gempa bagi pemicu gempa di zona subduksi
terdekat dan luasan getaran seismik semakin berkembang luas sebagai efek domino
oleh beberapa faktor.
Meluasnya getaran gempa dipengaruhi oleh faktor sedimen. Sedimen di
sepanjang pesisir timur Taiwan dapat membuat getaran gempa terasa lebih kuat di
bandingkan di kawasan barat sesuai dengan kondisi tatanan geologinya. Sedimen
dataran pesisir sepanjang tepi pantai timur Taiwan dapat memerangkap gelombang
ketika gelombang menyebar dan menghasilkan amplifikasi minor darn guncangan itu
menimbulkan likuafaksi, menimbulkan kehancuran bangunan.
Analisis data seismik, yang dilakukan tim peneliti yang
dipimpin pakar geofisika Ross Stein dari pusat penelitian geologi di Menlo Park
California, menunjukan energi stress yang dilepaskan pada saat terjadinya
gempa, tidak menghilang begitu saja. Akan tetapi diteruskan di sepanjang zone kegempaan atau
patahan bersangkutan, hingga ke zone gempa yang berdekatan. Hal ini dapat
menimbulkan dampak yang fatal. Penelitian sejak tahun 1992, terhadap sekitar
selusin zone kegempaan dunia menunjukan, stress di kawasan tersebut sudah
terakumulasi cukup besar. Jika stress meningkat sekitar beberapa bar saja, hal
ini cukup untuk memicu terjadinya gempa hebat seperti yang sering terjadi
sekarang karena juga digerakan oleh pergerakan lempeng.
Pergerakan lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang
merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung
busur luar (outer arc ridge), cekungan busur luar (outer arc basin), dan busur
pegunungan (volcanic arc).
Sebagai contoh untuk Indonesia, sistem minor berada di kawasan Alor juga
sangat rawan karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik belakang busur
kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk
akibat tunjaman balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Back
arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa
Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor
yang dapat menghasil medan stress gempa yang sangat berdekatan ke kawasan
Australia.
Begitu juga segmen patahan di kawasan Asia Timur yang meliputi Jepang,
Tiongkok, dan Taiwan serta duo Korea. Yang perlu diperhatikan saat ini adalah
kondisi medan stress di sekitar kepulauan Taiwan, yang dikeliling berbagai
pergerakan medan mesin gempa antara lain, subduksi lempeng Jepang dengan
Lempeng Pasifik yang menekan ke arah wilayah Taiwan, patahan longmen shan yang
membelah daratan Tingkok yang menekan dan mendekatkan kawasan plateu Tibet dan
bergerak mendakat selat Taiwan, getaran uji coba hulu ledak nuklir korea yang
telah dan kadang dapat memberikan stimulus seismik ke medan subduksi benioff
yang ada disekitar pertemuan antar empat lempeng yang mengelilingi kawasan Asia
Timur dan berdampak juga akan menekan gempa daratan di semenanjung Asia Tenggara
dan efek bagi gempa di kawasan Himalaya, disebabkan gerak Lempeng India selalu
ke utara menekan dua kawasan Asia, yaitu Asia Timur dan Asia Selatan dan medan
stress gempa dapat saja
menekan kawasan utara Sumatera yang melintasi Burma-Thailand dan Nikobar lalu
ke Pantai Barat Sumatera. Sejarah gempa Taiwan pada tahun 2016 lalu menekan gempa
disekitar Burma dan Aceh.
Mewaspadai
Taiwan stress sebagai stress pemicu gempa di kawasan regional Asia merupakan
gambaran fenomena sejumlah gempa besar, baik di kawasan patahan Sumatera,
patahan San Andreas, patahan patahan timur Jepang dan di patahan Anatolia di
Turki dan patahan Himalaya di Nepal, memerlukan tingkat kewaspadaan tinggi bagi
Indonesia.
M. Anwar Siregar,
Geologist Pemerhati Masalah Tata
Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer.Dipublikasi HARIAN ANALISA Medan 19 Februari 2018
Komentar
Posting Komentar