Aug 8, 2018

Gempa Bukan ancaman Asian Games 2018

GEMPA ANCAMAN ASIAN GAMES 2018?
Oleh : M. Anwar Siregar
 
Sebuah kebanggaan Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di Asia untuk kedua kalinya di era modern, dua kota di Indonesia terpilih sebagai tempat pertandingan multigames sport, yaitu Jakarta dan Palembang. Indonesia untuk kedua kalinya terpilih sebagai tuan rumah Asian Games, sebelumnya Indonesia pernah sebagai tuan rumah pada tahun 1962 di era Presiden Soekarno dan mampu menunjukkan prestasi fenomenal sebagai negara yang baru merdeka dan terlepas dari berbagai ancaman darurat dalam negeri.
Mampukah Indonesia melewati segala rintangan sebagai tuan rumah yang baik, sebagai warga negara yang mencintai negara ini kita perlu memberikan dukungan yang tinggi dengan mentalitas yang ramah terhadap para tamu yang datang untuk bersaing ketat sebagai yang terbaik dalam bidang olahraga dan Indonesia akan menujukkan jati dirinya sebagai negara yang mampu memadukan semua elemen kekuatan sebagai bangsa yang besar.

Gambar Logo Asian Games 1962, Asian Games Pertama Indonesia di Jakarta

 
 Gambar : Logo Asian Games ke 18 Tahun 2018, Indonesia kali kedua Tuan Rumah Pesta Olahraga Asia
Ada sekelumit pertanyaan yang muncul ditengah masyarakat apakah lokasi infrastruktur sarana olahraga aman dari berbagai ancaman bencana alam? Terutama dari ancaman bencana gempa bumi? Bila melihat dari sejarah dan data yang mendukung, dapat saja memberikan pukulan telak bagi Indonesia jika tidak mewaspadai elemen ancaman gempa bumi yang berkekuatan kecil saja, karena kita mengetahui infrastruktur yang berada di wilayah Sumatera Selatan umumnya tidak dirancang berketahanan bencana gempa bumi. Dan pelajaran istimewa yang terdekat dan cukup memberikan kecemasan adalah gempa yang baru terjadi diwilayah Sumatera Barat, yang berkekuatan 5.5 SR Juli 2018 dengan Kota Solok yang paling parah mengalami kerusakan infrastruktur dan sangat dekat ke wilayah Sumatera Selatan.
SEJARAH GEMPA
Mari kita buka data yang melingkupi tata ruang sarana infrastruktur tempat pertandingan diadakan, kota penyelenggara memang tidak akan bersih dari berbagai ancaman, dan itu juga berlaku untuk Jakarta dan Palembang. Sebagian pertanyaan yang dikemukan, apakah infrastruktur gedung olahraga itu sudah berbasis gedung tahan gempa? Efek gempa kecil saja telah mampu membuat tata ruang kota di Indonesia porak poranda, gempa dengan kekuatan 5.5 SR saja telah mampu meruntuhkan beberapa bangunan gedung, dan apakah sudah mewaspadai siklus gempa strategis yang setiap saat hadir untuk :mengganggu “pesta atlet“?. Sebuah pertanyaan yang rumit karena sejarah gempa kedua kota penyelenggara pesta olahraga Benua Asia ini saat sedikit dan lebih banyak merasakan efek gempa yang menjalar dari luar atau dengan katanya lain gempa strategis, dengan jangkauan kawasan mencapai 200 km.
Sesungguhnya pusat gempa yang berada di wilayah Jakarta dan Palembang tersebut bukan ancaman bagi pesta Asia Games, namun efek yang perlu diwaspadai adalah bahaya efek seismik strategis yang mengelilingi wilayah Jakarta dan Palembang karena radius ancaman berada dalam lingkaran maut sejauh 200 km, yaitu pusat-pusat gempa besar yang berada di wilayah Banten dan Jawa Barat bagi tata ruang Jakarta dan ancaman strategis gempa di Selat Sunda di Lampung dan patahan besar Semangko yang melintasi Sumatera Selatan dan Sumatera Selatan memiliki beberapa ruas segmen patahan regional yang membelah wilayahnya dan serta berkorelasi dengan patahan besar sumatera. Ini cermin untuk memperkuat tata ruang dan bangunan.
Belajar dari sejarah gempa dalam rentang 18 tahun dari gempa besar Aceh-Nikobar tahun 2004 yang mencapai areal sejauh 1.000 km, dan siklus atau periode gempa yang berada di wilayah Sumsel telah mencapai 18 tahun sejak gempa Juli 2004 yang berkekuatan 7.3 Skala Rihter (SR) di Ogan Komelir Ilir, yang menggetarkan kota Palembang. Dan Jakarta sendiri dihantui ancaman gempa dari Patahan Banten dan Jawa Barat melalui up lift Bogor dan Ciputat. Selain itu resonansi seismik gempa Sukabumi Mei dan Juli 2018 belum stabil dan ini harus dijadikan kewaspadaan tinggi.
Catatan sejarah gempa bumi yang pernah berlangsung di bulan Agustus memang sangat jarang terjadi dan umumnya gempa besar bagi ke dua kota ini berlangsung di bulan Juli serta bulan September dan berada di luar kawasannya, namun efek getarannya sangat kuat dan dapat menimbulkan kepanikan bagi penonton. Perlu kewaspadaan dan SOP selama penyelenggaraan Asian Games.
Kesimpulannya, gempa bukan ancaman yang menakutkan melainkan ancaman diluar itu dan perlu tindakan ketat dan persuasif untuk meredam kepanikan.
SUMBER ANCAMAN SEBENARNYA
Jadi sumber ancaman yang paling ditakuti pesta olahraga Benua Asia (Asian Games) sebenarnya bukan gempa bumi melainkan dua ancaman bencana lainnya yaitu efek gempa dari man made disaster dan efek bencana geohidrosfer. Dari berbagai sumber yang penulis catat, pemerintah lebih memfokus pada ancaman bencana hidrosfer selain ancaman sosial politik yaitu ancaman terorisme yang memang sangat dekat dengan ke dua kota penyelenggara Asia Games 2018 di Indonesia ini.
Mengapa ancaman man made disaster yang perlu diwaspadai? Karena kita tahu, infrastruktur yang terbangunkan di Indonesia umumnya tidak berketahanan bencana terutama bangunan tahan gempa. Dan tata ruang selalu ditempatkan diruang “bencana“ sehingga seringkali mengalami kerugian, banyak bangunan mengalami keruntuhan, dan gempa bumi yang pernah terjadi bukan penyebab utama jumlah korban yang banyak melainkan infrastruktur yang terbangunkan. Dan apakah sarana fisik pertandingan sudah dirancang tahan gempa? Mari berdoa semoga tidak ada gempa besar untuk memberikan stimulus ke bangunan dan sarana lainnya.
Ancaman lainnya bagi keberlangsungan Asian Games 2018 dalam hitungan hari adalah bencana hidrosfer, yaitu sebuah bencana alam akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak teratur, dan ancaman bencana ini dibagi dua jenis bencana antara lain bencana banjir akibat curah hujan yang deras dan neraca air sungai yang membelah dua kota pertandingan Asian Games 2018 akan meluber dan sangat membahayakan sarana infrastruktur yang terbangun, sama dengan bangunan yang tidak dirancang tahan gempa yaitu infrastruktur yang tidak berketahanan banjir atau tidak berbasis geologis air alias bangunan berlangganan bencana banjir, dan jalan-jalan akan terlihat ”cucu-cucu sungai kecil menakutkan” dampak dari sungai besar seperti yang ada di Jakarta dan Sungai Musi di Palembang.
Seperti kita ketahui, Jakarta sering mengalami masalah banjir dan merupakan daerah dengan morfologi penampung banjir dan kiriman sampah dampak bencana banjir, dan itu akan mengurangi nilai estika kota Jakarta. Perlu tindakan untuk selalu berjaga dalam mengatasi luberan sungai Citarum maupun sungai lainnya untuk mengendalikan banjir dan data BMKG Jakarta, diprediksi akan mengalami hujan selama bulan Agustus dengan intensitas ringan namun tidak bisa dianggap remeh. Dan secara keseluruhan infrastruktur fisik kedua kota ini, kemampuan mengatasi banjir belum mumpuni.
Jakarta juga mengalami ancaman bencana lain yaitu bencana panas udara, pencemaran udara dari kepadatan lalu lintas, walau sistem genap ganjil plat kendaraan telah diberlakukan belum mampu mengurangi ”kepanasan kota Jakarta”.
Ancaman bencana kedua hidrofer adalah bencana kebakaran hutan dan lahan berlaku untuk tata ruang Kota Palembang yang kini sudah mulai ”menggila” di beberapa kabupaten di Sumatera Selatan. Bencana karhutla ini merupakan paling menakutkan bagi Indonesia, kerena efeknya ke negara tetangga, jangan membuat malu kita.
Sumatera Selatan termasuk provinsi penghasil karhutla terbesar di Sumatera selain Riau dan Jambi serta jajaran terbaik penghasil jerabu di Indonesia sepanjang tahun bersama beberapa provinsi di Kalimantan. Pemerintah harus selalu menyiagakan tim reaksi cepat karhutla agar tidak menimbulkan ironi. Apakah keduanya sudah siap menghadapi tantangan bencana tersebut? Lihat saja berita gambar karhutla di Analisa.
Semoga sukses bangsaku, semoga berhasil masuk 10 besar sesuai dengan target namun tetap ironi, kenapa 10 besar? Harusnya lebih besar karena apapun tantangannya Lalu Mohammad Zohri telah membuktikan sebagai juara dunia, Indonesaia bisa lima besar. itu baru mantap.
M. Anwar Siregar
Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :