17 Nov 2015

Bencana geologi Kepung Jakarta : Geologi Disaster

Gambar : ini salah satu gambaran banjir di Jakarta (sumber gambar dari berbagai sumber)


BENCANA GEOLOGI KEPUNG JAKARTA
Oleh M. Anwar Siregar
Wajah Jakarta di abad 21 ini semakin runyam akibat tidak tertata dengan baik, pembangunan fisiknya banyak menghabiskan ruang hijau yang terlihat belum terpenujinya amanah UU No 27 Tengang Tata Ruang yang menggariskan sekitar 30 persen luas wilayah harus terdapat Ruang Hijau Terbuka, ruang yang ada sekarang hanya menghasilkan ruang bencana banjir menahun. Dan adalah fakta yang selalu menghantui ibukota, penataan ruang pemukiman dan tata ruang hijau semakin terbatas, transportasi massal yang tidak efektif, peningkatan jumlah penduduk semakin tinggi, eskalasi urbanisasi tidak pernah menurun serta ancaman degradasi air bersih, kerentanan fisik sebagai sumber utama bahaya baik secara alamiah (natural disaster) berupa ancaman gempa dari Sumatera dan Jawa Barat maupun kapasitas kepadatan penduduk yang semakin rapat dengan eskalasi pembangunan dalam tata ruang yang semakin terbatas (man made disaster).
PERSPEKTIF BENCANA
Jakarta layak dipindahkan secepatnya jika tidak mau disebut kota dengan seribu bencana, perspektif masyarakat terhadap kondisi tata ruang lingkungan geologi kota Jakarta dipengaruhi oleh pola pembangunan fisik yang tidak berwawasan bencana geologi, perspektif pertama menyebutkan faktor pemanfaatan aturan zonasi lingkungan hijau terhadap struktur tata ruang wilayah Ibukota tidak tegas, terbentuk kawasan kumuh di daerah sempadan sungai atau daerah aliran sungai (DAS). Itupun baru di realisasi setelah berulangkali terjadi banjir dengan menggusur pemukiman. Pembangunan struktur keruangan merusak tata ruang air, terjadi kekeringan air dan laju penurunan permukaan tanah 2-8 cm per tahun mendekati permukaan air laut di beberapa wilayah di utara Jakarta oleh peningkatan pembangunan infratruktur fisik berat didaerah hijau. Terjadi penurunan dan kekuarangan sumber daya air baru bersikap dan bertindak tangan besi, ini telah diperaga Ahok selaku Gubernurm berbeda sekali dengan pendahulunya.
Kedua, Faktor struktur fisik bangunan di Jakarta berada di daerah rawan bencana geologi, umumnya tidak dirancang  tahan gempa dan banyak tidak mengikuti building code, yang merupakan peraturan panduan rancang bangun suatu kawasan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana investasi apabila terjadi bencana dalam rekonstruksi dan rehabilitasi. Fakta, begitu banyaknya ditemukan kejadian bencana amblesan badan jalan tol, runtuhnya sebuah jembatan dan badan jalan raya di sekitar daerah pantai yang mengalami intrusi air laut. Perlu tindakan kajian geologi bawah permukaan karena mengingat kekuatan tanah di Jakarta termasuk tanah deposit vulkanik dan alluvial pantai.
Ketiga, faktor sifat geoteknis tanah tempat struktur fisik bangunan dalam aturan building code yang ditempatkan pada zona rawan kegempaan yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan pergeseran tanah dan batuan, terdapat proses geologi tata ruang Kuarter, masih terus mengalami perubahan lingkungan oleh geodinamika tektonik dan vulkanik kegempaan di sekitar Selat Sunda, di daratan Jawa Barat, di Laut Jawa dan Samudera Indonesia.
Perspektif keempat, wilayah Jakarta rentan mengalami empat golongan utama kerusakan akibat gempa apabila dari faktor point tiga terjadi dan dampaknya pada faktor point 1 dan 2 yaitu : 1. Terjadi ground shaking (efek goncangan berganda), adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur bangunan. 2. Likuafaksi, adalah kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Contoh kejadian ini banyak bangunan di Jakarta dibangun di lokasi yang telah diidentifikasi berpotensi mengalami likuafaksi seperti di Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Barat, tanahnya terdiri dari tanah alluvial dan vulkanik. 3. Bila terjadi gempa kuat dalam radius 100 kilometer ke dalam Jakarta akan membangkitkan “sesar-sesar tidur” menjadi bidang patahan (fault rupteure) yang aktif, dapat menggangu kekuatan pondasi bangunan yang tidak dirancang tahan gempa oleh pergerakan seismik dalam lajur gerak horizontal dan vertikal. 4. Terbentuknya pola landslide bawah permukaan sebagai akibat dari pergerakan terjadinya gempa, karena tanah di kota Jakarta adalah tanah yang bersifat “lembek” maka dipastikan struktur pondasi bangunan dan struktur geologi bawah permukaan akan ada mengalami “gangguan kekuatan” menyebabkan gerakan tanah dan likuafaksi yang luas.
Beberapa asumsi bencana masyarakat menyebutkan Jakarta sebagai kota “sumpet” dan memiliki tingkat kerentanan tinggi yaitu pertama tidak memiliki pedoman pengendalian bahaya bencana untuk pencegahan bencana banjir setiap tahun. Tanya, bagaimana kalau terjadi gempa? Dipastikan akan terjadi sejumlah miskomunikasi karena mengurus banjir dan kemacetan saja sudah “cari kambing hitam”.
Asumsi kedua, Jakarta calon kota tenggelam karena begitu derasnya arus urbanisasi dan pembangunan yang terus menerus terbangunkan sehingga terjadi penggalian tanah di lokasi daerah tangkapan air bersih dan zona daerah hijau serta pesisir pantai diatas tanah lunak, dan air mudah masuk dan menekan kekuatan tanah yang terdiri dari tanah rombahkan yang tidak padat yaitu tanah hasil produktif letusan gunungapi Pangarango, Gunung Gede dan Gunung Salak di Jawa Barat. Jakarta dianggap sebagai kota dengan tingkat penurunan tanah permukaan yang cukup “kencang” di Indonesia, dan mendekati air laut padahal gempa belum keras “menimpa” wilayah kota Jakarta.
Asumsi ketiga, menyebutkan Ibukota tidak memiliki tata ruang tahan gempa yang mumpuni sehingga dianggap sebagai “kota ladang pembantaian” jika terjadi bencana gempa dan tsunami karena sampai saat ini kota Jakarta belum memiliki daerah pengaman untuk segala jenis bencana geologi dan klimatologis.
Asumsi keempat, Jakarta kota dengan banyak tumpukan sampah, sampah dikota Jakarta itu jika dikumpulkan lebih tinggi permukaannya dan lokasi tempat pembuangan sampah di Jakarta sangat minim, dan membawa sampah itu ke daerah tetangganya, Bekasi dan Jawa Barat. Dengan tumpukan yang banyak terdapat di Kalibata dan Ciliwung, maka banjir tahunan sering datang menyapa dan lagi-lagi sia-sia pembangunan yang ada, tertunda akibat banjir dan keindahan Jakarta semakin jelek dan jorok. Jangan lupa, posisi Jakarta dikepung berbagai sungai besar yang membelah Jakarta dan permukaannya sangat rendah dipermukaan Laut dan mari kita lihat apa bukti studi pembangunan banjir yang dilakukan Pemprov DKI ke Belanda, apa bisa membuktikan Jakarta kota bebas banjir dari dampak tumpukan sampah-sampah banjir?
Musim banjir sekarang sudah masuk ke wilayah Jakarta dan diprediksi akan semakin meningkat curah hujan pada akhir 2015 dan awal tahun 2016.
GEMPA BAWAH PERMUKAAN
Jakarta sebentar lagi menyandang sebutan “kota bencana”. Penataan ruang Ibukota sangat mendesak untuk di integrasi dalam tata ruang multi bencana, karena ada kecenderungan bahwa perencana dan pengambilan keputusan seringkali mengabaikan faktor bencana geologi bawah permukaan pada pemanfaatan ruang sehingga menjadi akar permasalahan penataan ruang di kemudian hari.
Tidak ada sinkronisasi dalam penataan ruang bawah permukaan dengan ruang atas permukan dalam kajian geologi struktur seismik kegempaan lokal yang meliputi beberapa aspek keteknikan geologi antara lain : Pertama, aspek kajian teknis pembuatan peta geologi tata ruang kota bawah tanah untuk infrastruktur berat tidak disesuaikan dengan kondisi geologi tektonik dan stratigrafi yang berguna untuk mengetahui arah lintasan sesar-sesar aktif dalam mengantisipasi kerentanan pondasi bangunan bawah dan pondasi bangunan atas terhadap gaya tekan beban maksimun pondasi bangunan. Seluruh kota di Indonesia belum memiliki peta rancang pembangunan infrastruktur fisik bawah permukaan, dan selama ini lebih banyak peta tata ruang fisik diatas permukaan.
Kedua, aspek pengaturan kajian zonasi geologi terhadap peta tata ruang permukaan, banyak bangunan diletakkan di daerah hijau yang berpotensi menghasilkan bencana pada faktor geologi gempa yaitu ground shaking. Peta tersebut berfungsi sebagai arahan untuk pengendalian pemanfaatan lahan dalam mereduksi potensi bencana. Ketiga, aspek percepatan akselarasi seismik pada data peta kerentanan geologis tinggi belum mencantum berbagai permodelan tingkat kecepatan rambat goyang gempa mencapai permukaan dari berbagai jenis tanah dan batuan terhadap bangunan yang telah terbangunkan di Jakarta, tingkat perambatan gelombang sangat tinggi dengan akselarasi tambahan energi goyang menjadi 4-5 kali lebih besar. Bila pusat gempa 100 km ke permukaan cekungan Jakarta, maka daya goyang gempa bisa meningkat sampai 30 kali.
Beberapa literatur menyebutkan ancaman kebencanaan geologi terhadap pusat aktivitas perkotaan Jakarta dapat dilihat dari ancaman patahan Baribis di utara Jawa Barat menuju Jakarta. Disekitar Bogor terdapat sesar naik (uplift) kearah selatan ke kota Jakarta, bangkit bila intensitas gempa yang kian meningkat di zona patahan aktif di sepanjang Pantai Barat Sumatera, menuju Ibukota secara tiba-tiba.
Bencana kabut asap konon hampir atau masuk sebentar ke wilayah Jakarta?Bagaimana dengan gempa berskala kecil sering dirasakan masyarakat Jakarta dari gempa di sekitar Selat dan Banten? Jakarta tidak dan belum siap menghadapi bencana geologis dan klimatologis.
Pada hematnya Jakarta semakin tak layak jadi Ibukota, pusat pemerintahan harus dipindahkan ke daerah lain yang dianggap layak sebagai pusat pemerintahan RI yang baru, pusat pemerintahan yang baru harus merupakan solusi yang ideal bagi penataan ruang antar wilayah nasional dan percepatan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan dalam integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
M. Anwar Siregar, Ir
Enviromental Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer,

Segitiga Negara Maut Gempa Asia : Geologi Gempa



SEGITIGA NEGARA MAUT GEMPA ASIA
Oleh M. Anwar Siregar

Gambar : Wilayah Gempa Indonesia ((Sumber gambar : http ://4bp. blogspot.com)
Dalam rentang dua minggu di Bulan November 2014 terjadi gempa kuat di tiga negara berbeda di Asia, yakni di Indonesia (gempa Halmahera dengan 7.3 Skala Richter), lalu di susul gempa di Jepang Tengah (gempa Nagoya, 6.8 SR) serta Tiongkok (gempa Sinchua 6.3 SR) dan ketiganya merupakan negara penghasil gempa-gempa kuat dan mematikan, dan dua diantaranya telah memproduksi tsunami maut di abad 21 ini yang mengguncang permukaan bumi dan mencapai perjalanan tsunami sejauh diatas 900 km dan 1000 km.
Efek relaksasi guncangan seismik telah membuka “sebuah tabir baru” bagi pergerakan kulit bumi di tiga kawasan berbeda ini. Dan ketiga kawasan ini sebenarnya merupakan tempat “bermukimnya” suatu energi yang dapat menghancurkan sepertiga permukaan bumi disebabkan wilayahnya masuk dalam zona ruas terkunci, dampak dari tidak terjadinya pemekaran bumi sehingga ruang yang dibutuhkan akan selalu mengalami pendesakan sehingga energi yang bermukim di kawasan segitiga maut gempa Asia selalu akan melepaskan “energi kemurkaan”.
Penulis menganggap ketiga negara maut gempa ini adalah satu dari tujuh pusat megatrush gempa Asia dan tempat 10 kawasan bermukimnya megatrush yang ada di bumi selain terdapat di Patahan San Andreas, California (gempa daratan), Patahan gempa pantai barat Amerika khusus diwilayah Patahan subduksi Chili-Haiti, Patahan gempa tsunami Tonga di Laut Pasifik Tonga dan Palung Mediterania di Patahan Semenanjung Italia-Yunani di Eropa yang dapat menghantan kawasan Timur Afrika dan Asia.
GEMPA INDONESIA
Penyebabnya Indonesia berada di beberapa jalur patahan atau tumbukan antar landas kontinen. Antara lain lempeng benua Asia dengan Indo-Australia, yang bergerak dan memicu gempa tektonik di Aceh. Zona patahannya memanjang di Samudra Hindia, dari Aceh di barat hingga sekitar Laut Timor di Timur. Pergerakan tektonik lempeng di kawasan ini, seringkali memicu gempa hebat. Jika kekuatan gempa di dasar laut mencapai tujuh pada skala Richter atau lebih, dapat dipastikan akan terjadi gelombang pasang tsunami.
Penyebab lainnya, terdapat 10 lempeng kecil yang saling berinteraksi satu sama lain, saling menujam, membentuk jalur patahan yang panjang dan menempatkan Lempeng Sumatera pada posisi penghancuran oleh lempeng besar seperti yang telah dialami oleh Lempeng Maluku tertekan dan termakan oleh Lempeng Halmahera dan Lempeng Sainghe. Gejala ini dapat membangkitkan sesar-sesar yang tidak aktif disepanjang Pantai selatan dan Tenggara Maluku hingga Laut Jawa dan Sulawesi karena ada efek relaksasi gempa bumi terdahulu yang belum stabil merambat sebagai medan energi seismik sebagai efek goncangan berganda melalui bidang yang tidak diskontinuitas di bawah Lempeng Sahul dan Lempeng Sunda.
Pada kasus patahan Sunda, yang berhubungan dengan pantai barat Sumatera terjadi selip geser sedalam 30 meter tahun 2004 lalu dan memicu tsunami di Aceh. Kemudian tahun 2005 terjadi selip sedalam 12 meter yang memicu gempa bumi 8,7 SR yang melanda Nias dan Kepulauan Simeulue. Daerah-daerah lainnya bukan berarti sepenuhnya aman dari aktivitas efek gempa 2004-2005, tetapi dapat juga terkena imbasan oleh gempa dari kawasan-kawasan yang rawan dan memiliki sumber gempa yang berdekatan yang disebabkan oleh gelombang gempa yang berbentuk radial mampu merambat jauh, dimana semakin jauh rambatannya maka kekuatan semakin berkurang.
SESAR DARATAN CHINA
 Gempa China (sumber : id.earthquake-report.com)
Sabuk flip dextral dari yang mendorong patahan di Longmen Shan, merupakan daerah tinggian yang mengalami ruas penguncian pergerakan, yang terbentuk oleh deformasi zaman priode geologi Mesozoik-Kenozoik akibat dampak evolusi tektonik daratan China dan cekungan Sinchuan/Patahan Longmen Shan Utara-Tenggara adalah kawasan yang rentang mengalami penekan secara frontal kearah Barat Sichuan yang mengalami dua kali periode deformasi/perubahan dan terbentuk lembah-lembah terjal. Struktur geologi tektonik sabuk Longmen Shan Timur merupakan struktur tektonik dengan karakteristik pergerakan slip strike fault dengan penekanan arah pergerakan ke depan samping dengan probabilitas ke arah Tenggara dengan bentuk menyudut. Cekungan Sichuan Barat dibentuk oleh dorongan kuat dari tekanan menyudut di daratan tinggi Tibet oleh gerakan Lempeng India di perbatasan daratan tinggi Himalaya dan bagian Timur Longmen Shan oleh pemotongan lempeng yang terbentuk sejak zaman periode Kambrium-Trias dan Selatan Patahan Longmen Shan merupakan bagian dasar batuan yang terlipat dan tersesar sangkut sangat kuat, terbentuk sejak dimulainya cekungan baru di zaman Kenozoikum Atas, sehingga karakteristik pembentukan lapisan batuan sedimen di Patahan Longmen Shan terus menerus mengalami deformasi sehingga menghasilkan seismik kontinu gempa setiap tahun
Pusat gempa yang terjadi hari sabtu lalu itu berada di daratan antara batas daratan Tinggi Tibet dengan Lembah Sichuan, dampak dari relaksasi pergerakan lempeng tektonik terhadap patahan Longmen Shan sepanjang 242 km yang menghasilkan getaran sejauh 150 kilometer di lembah Gunung Longmen Shan di Provinsi Sichuan.
GEMPA BESAR JEPANG
Gambar : Penjalaran tsunami Jepang ke Amerika Utara dan Selatan (Sumber gambar : http ://4bp. blogspot.com)
Gempa tsunami maut Jepang baru berusia tiga tahun, namun dalam rentang itu, Jepang terus mengalami gempa kuat setiap tiga-empat bulan sekali. Pusat gempa Jepang sering berlangsung tepat dibawah bagian lapisan dangkal dari pulan-pulau vulkanik Jepang terutama oleh adanya proses pembentukan lempeng kerak baru. Pusat gempa di Jepang berada sedalam 130 km pada tahun 2011 itu telah menghasilkan tribencana yaitu gempa, tsunami dan ledakan reaktor merupakan gempa terbesar dalam sejarah kebencanaan geologi gempa Jepang. Bumi mengalami gangguan, porosnya telah bergeser antara 10-25 cm sehingga masa lamanya siang dan orbit bumi sedikit berubah.
Gempa besar ini telah mengubah profil perubahan bentuk permukaan bumi yang meliputi dasar laut dan daratan yang dikenal dengan nama co-seismic deformation, tekanan gempa di Timur Jepang itu telah menekan ruas patahan di Pulau Jepang Tengah dengan pola Patahan naik. Tatanan geologi Pulau Jepang Tengah juga mengalami deformasi dengan penurunan 5 meter ke dasar laut, terjadi akibat desakan Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Amerika Utara, posisi pulau-pulau di Jepang berada di persimpangan empat lempeng besar dunia sehingga bagian Timur Pulau Jepang mengalami kenaikan akibat patahan naik (trust fault). Proses pematahan gempa 2011 itu telah mematahkan luas wilayah sekitar 540 km x 200 km, yang akan membangkitkan energy tekanan pada pinggiran lempeng di Selatan dan Tengah Jepang, pada suatu ketika nanti menghasilkan gempa besar lagi.
IRONI KORBAN
Jika dibandingkan gempa ketiga kawasan itu dalam dua minggu di bulan November ini, nampak jelas ada perbedaan kontras dengan standart Building Code gempa Jepang dengan gempa Manado dan Sichuan, yang berbasis zoning regulation map dan building code. Bangunan di Jepang hanya mengalami kerusakan sedang dan tidak ada korban, bangunan masih bisa di bangun ulang dengan standar lebih baik lagi, sedangkan di Manado perlu relokasi mengingat gedung yang retak itu tidak disiapkan berbasis tahan gempa dan di Tiongkok, hingga tulisan ini dibuat sudah terdapat 5 korban tewas, 35 luka parah dan kehancuran bangunan mencapai kerugian diatas 10 milyar rupiah lebih.
Perbedaan kontras lainnnya adalah standar pelajaran gempa, yang terlupakan selama ini adalah sosialisasi standart operating procedure [SOP] untuk building code kepada setiap masyarakat, baik pemilik rumah bertingkat, gedung bertingkat dan perumahan tetap untuk mengetahui tingkat resiko yang ditimbulkan apabila bangunan tidak berstandart building code maka pentingnya SOP harus dipraktekan jika bangunan sudah terlanjurkan terbangunkan dan begitu juga pelaksanaan evakuasi dilapangan.
M. Anwar Siregar
Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer

11 Nov 2015

Mengenal Kegempaan Sumatera : Geologi Gempa



MENGENAL KEGEMPAAN DI PULAU SUMATERA
Oleh : M. ANWAR SIREGAR

Suatu gempa bumi yang berarti pelepasan energi secara tiba-tiba, energi tersebut diteruskan melalui bumi ke segala arah dalam bentuk gelombang-gelombang seismic, pantulan gelombang energi gempa itu mengguncang permukaan sehingga bangunan-bangunan yang ada diatasnya ikut bergetar, getaran diakibatkan oleh adanya patahan pada satuan blok massa batuan yang menyusun lempeng-lempeng bumi yang saling bertumbukan, bergeser dan memisahkan diri diantara kedua lempeng.
Gelombang-gelombang ini bias berupa gelombang transversal dan gelombang longitudional yang merambat masuk ke dalam bumi dan dapat ditangkap melalui suatu alat yang dinamakan seismograf. Seismograft ini mencatat setiap perubahan yang dipantulkan oleh getaran-getaran yang ada didalam permukaan bumi.
Pulau Sumatera yang mengalami pematahan sepanjang Pulau dari Teluk Semangko di Lampung hingga ke Utara di Banda Aceh ini di susun oleh blok massa batuan yang bergerak secara horizontal atau mendatar. Pergerakan blok massa batuan sepanjang jalur patahan ini telah membentuk lembah-lembah tektonik yang ada disepanjang patahan seperti lembah Aceh. Lembah Alas, Lembah Silindung, Lembah Batang Gadis Angkola, Lembah Sumpur, Lembah Sarulla, dan Lembah Sibuhuan.
Pada patahan Pulau Sumatera terdapat ruas yang terkunci (locked segment) yang terletak di Utara Propinsi Utara dan tarutung (Sumatera Utara) yaitu ruas-ruas yang tidak aktif kegempaannya di sepanjang jalur patahan itu yang memungkinkan terjadinya bagi pengumpulan energi pada blok massa batuan yang ada disebelah kiri-kanan patahan besar Sumatera untuk selanjutnya dilepaskan dalam wujud gempa bumi dengan sekala tertentu. Kondisi terkunci berhubungan dengan kedudukan batuan di blok-blok massa batuan yang terpatahkan yang berada pada posisi terjepit, keadaan menjepit atau mengunci akan mengkonsentrasikan akumulasi gaya pada blok massa batuan. Akumulasi gaya pada blok massa batuaan akan menempatkan batuan pada keadaan terkompresi (terperas) dan sesuai dengan hokum atau teori bingkas kenyal, batuan akan melentur secara elastic yang merambat dalam batuan yang kemudian mengalami peretakan yang dihasilkan berupa getaran gelombang, getaran gelombang ini disebut gempa. Getaran gelombang juga dapat merambat dan tesalurkan melalui jalur patahan yang sudah terbentuk melalui proses pembantukkan permukaan lempeng atau gangguan sedimentasi sehingga terbentuk rongga yang kosong.

Dengan demikian daerah yang berada atau sebagai ruas yang terkunci pada jalur patahan merupakan bagian pusat gempa. Jadi gempa bumi yang terjadi adalah akibat akumulasi tekanan dan desakan karena batuan mengalami ruas yang terkunci yang akanmenyebabkan terkumpulnya/terpusatnya energi. Selanjutnya energi itu bergerak secara perlahan, gerak tersebut akan menegan secara elastic pada bagian-bagian pembatuan yang letaknya dekat patahan. Jika tegangan (stress) menjadi lebih besa dari gaya gesek (daya friksi) patahan maka “titik kritis” akan terlampaui dan terjadilah retakan atau sobekan (rupture) pada titk yang paling lemah ikatannya.
Titik mula adanya rupture itu disebut hiposenter atau fokus. Dari fokus ini retakan merambat secara cepat melalui permukaan bidang patahan yang menyebabkan bagian-bagian pembatuan di kiri-kanan patahan bergeser ke arah yang berlawanan. Setelah adanya pelepasan energi secara tiba-tiba, maka bagian-bagian batuan yang terletak di kiri-kanan patahan akan memantulkan kembali ke titik keseimbangan. Kejadiannya berlangsung beberapa detik. Maka energi yang terkumpul pada batuan dilepaskan sebagai panas (heat) karena adanya gesekan (friksi) dan sebagai gelombang-gelombang seismik
Jenis gempa yang umumnya dirasakan adalah gempa tektonik karena terjadi jika batuan atau formasi batuan terpatahkan dengan tiba-tia akibat bekerjanya gaya-gaya geologi di dalam bumi, jenis gempa lainnya yaitu gempa bumi vulkanik, yang dinamakan demikian karena kejadiannya berbarengan dengan aktivitas gunungapi, keduanya berbeda mekanisme terjadinya. Gempa bumi yang terjadi di Propinsi Bengkulu adalah jenis gempa bumi tektonik dengan Skala Richter 7.3 seperti yang kita lihat di media massa elektronik dan yang ditulis oleh Koran Harian WASPADA.

PERGERAKAN TEKTONIK LEMPENG PULAU SUMATERA

Indonesia termasuk sebagai salah satu wilayah dimuka Bumi ini mempunyai tatanan geologi yang sangat rumit, keadaan ini disebabkan karena leteknya yang terdapat tiga pertemuan lempeng besar (mega plates) yaitu Hindia-Australia di Selatan. Lempeng Pasifik di sebelah Barat dan Lempeng Asia Tenggara di sebelah Utara, ketiga lempeng tersebut akan saling bergeraka satu sama lain, ada yang bersifat menjauh, ataupun mendekati kemudian menjauh lagi, keadaanya selalu bergerak atau yang dinamakan dengan Astenosphere.


Gambar 1 : Peta Tektonik Sumatera ( Sumber : Modifikasi dari Sutriyono, 1998).

Ketiga lempeng tersebut bergeser dari sumbernya di Pematang-pematang Tengah Samudera, dengan arah kecepatan yang berubah-ubah setiap tahun sejak Mesozoik (Mesozoik istilah geologi mengenai sejarah waktu geologi, sekitar 700 juta tahun yang lalu ). Sebagai akibat daripada gerak lempeng tersebut yang rumit, maka sifat daripada wilayah Indonesia (Sumatera) dicirikan oleh perubahan-perubahan yang menerus daripada susunan lempeng, jalur-jalur tumbukan, sesar-sesar “transform” dan busur-busur yang bergeser seperti yang terlihat di Pantai Barat Sumatera, misalnya pulau-pulau Nias dan Pulau Simeulue.
Pulau Sumatera yang terletak pada tepi Selatan dari Lempeng Benua Eurasia, yang berinteraksi  dengan Lempeng Samudera India-Australia yang bergerak kea rah Timurlaut, di Utara pertemuan antara kedua lempeng tersebut diatas dita dai oleh daerah tumbukan antara India dan Asia sepanjang pegunungan Himalaya. Ke arah Selatan gerak antara bagian kerak Samudera dari Lempeng India-Australia dengan kerak Benua dari Lempeng Eurasia ini ditentukan oleh terbentuknya jalur subduksi (penunjaman) sepanjang 6500 kilometer yang membentang mulai dari Laut Andaman di Selatan Burma ke Palung Nikobar dan selanjutnya ke Palung Sunda di sebelah Barat Pulau Sumatera dan Selatan Jawa.

 Gambar 2 : Seismity dan pergerakan Lempeng Sumatera [Sumber : Danny Hilman Natawijaya, California Institute of Technology]
PATAHAN SUMATERA

Penyebab timbulnya ketegangan pada sepanjang garis patahan Sumatera yang panjangnya 1650 km ini terdapat daerah sangat lemah dari kerak Pulau Sumatera, sewaktu-waktu tegangan itu dilepaskan dalam bentuk energi yang berwujud gempa karena tekanan dan desakan akibat kondisi kulit bumi yang retak dari satu sisi dengan sisi yang lain dan bergerak horizontal, pergerakan itu umumnya dimulai dari kanan, yaitu pada bagian Utara Bukit Barisa yang merupakan dinding Utara yang terletak di Tarutung dan lembah-lembah yang ada di Aceh. Umumnya mendapatkan desakan kea rah Tenggara, sedangkan bagian Selatan mendapatkan desakan kearah Baratlaut. Timur bergerak juga  kea rah Tenggara dan blok Barat bergerak sebaliknya. Walau pergerakan ini tidak pernah dirasakan sehari-hari, namun pada saat gempa bumi, maka loncatan dari pergerakan ini dapat mencapai lebih dari 1 meter. Sebagai contoh pada saat gempa bumi Tarutung 1982 loncatan mencapai 1,3 meter. Padang Panjang pada tahun 1926 sebesar 60 centimeter dan gempa bumi Tes di Sumatera Selatan tahun 1953 tercatat 50 cm. Dan patahan aktif dengan pergerakan horizontal itu sama seperti Patahan San Andreas di California. Sedangkan gempa bumi yang berlangsung di Sumatera yaitu gempa bumi Bengkuli dengan pergeseran 7-15 cm berupa pelengseran badan jalan.
Selama ketegangan berlangsung, sesekali terdapat gempa kecil yang kadang-kadang mendahului gempa utama yang sangat merusak. Gempa-gempa kecil itu tidak terasa karena kekuatan gempa di bawah 4.0 Skala Richter, hingga kekuatan batuan yang akan terakumulasii hingga menimbulkan ketegangan. Bila ketegangan sudah lepas, timbullah gempa bumi yang sangat keras (main shock) dan merusak bangun-banguan yang dilewatinya. Selanjutnya, sesudah lepas energi, kerak bumi mencari keseimbangan kembali. Namun selama proses ini akan disertai pula dengan pelepasan energi sehingga timbullah gempa susulan (after shock). Gempa susulan ini dapat berlangsung selama beberapa hari tergantung dari besar kecilnya gempa utama.Guncangan gempa susulan biasanya ada mendekati kekuatan 5.9 SR yang cukup kuat dan terasa sehingga dapat menimbulkan efek kerusakan pada bangunan lebih lanjut.

DAERAH KEGEMPAAN DI PULAU SUMATERA

Mencermati beberapa peristiwa gempa yang terjadi di Pulau Sumatera, terutama yang terjadi pada sepanjang Patahan Sumatera berjarak 1650 km maa daerah ini termasuk sebagai daerah kegempaan yang sepanjang tahun selalu melepaskan energi yang berwujud gempa bumi.
Daerah-daerah yang pernah mengalani kegempaan pada jalur patahan ini adalah Tapanuli, 1982, Kerinci 1909 dan 1995, Padang Panjang 1926, Alas, 1916 dan 1921, Aceh 1985 dan 1991, Bengkulu 1991 dan 200, Pahae Jae (Lembah Batang Toru) 1984, Siberut 1996, Tarutung 1987, Tes, 1952 dan Liwa 1933 dan 1993, yang terakhir menurut Van Bemmelen dalam bukunya Tektonogran of South Sumatera 1934 tepat diatas sesaran Sumatera yang rawan gempa.
Sepanjang patahan ini berderet-deret lembah-lembah yang lurus memanjang dan merupakan daerah-daerah yang sangat subur, karena disini tumbuh tanah mengendap. Topografinya datar dan air mudah diperoleh. Karena itu lembah-lembah ini menjadi pemukiman yang ideal. Namun dibalik itu, tersimpan bahaya karena lembah tersebut yang memanjang berangkaian di Bukit Barisan itu merupakan zona lemah paatahan Sumatera, karena pergeseran kerak bumi Sumatera pada kedalaman 30 sampai 60 kilometer yang terjadinya gempa bumi.
Selain di daerah ini juga terdapat endapan belum mengalami pengerasan atau pendinginan, atau dikenal daerah yang lapisannya bersifat seperti ”bubur”, karena daerah ini juga sering mengalami pelongsoran yang luar biasa karena lpisan tanahnya masih lembek sehingga menghasilkan efek likuafaksi dan amplifikasi seismik jika terjadi gempa yang kuat. Juga merupakan daerah vulkanisme yang sangat kuat dimana masih terdapat gunungapi yang masih aktif.
Gempa bumi yang terjadi di Pulau Sumatera selalu disertai gerakan horizontal maka tanah bisa retak, kadang-kadang berukuran cukup panjang seperti di Liwa pada tahun 1993 dan terdapat tanah retak sepanjang kurang lebih 1 km. Sementara topografi (roma muka bumi) yang terjal menimbulka tanah longsor karena goncangan dan retakan. Sedangkan pergerakan horizontal dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan dan prasarana lain.
Gempa bumi yang terjadi di Bengkulu, dimana pusat gempa berada pada 60 km di lautan Sumatera, juga mengalami pelengsuran badan jalan seperti kita lihat di beberapa masa media baik elektronik dan harian, semua ini diakibatkan oleh karena lembah struktur yang membentuk Pulau Sumatera. Gempa Bumi Bengkulu ini disebabkan posisi daerah tersebut berada pada ujung Sumtera mengalami desakan didaratan karena terjadi akumulasi energi, serta adanya massa batuan yang mengalami penguncian dan merupakan pusat pertemuan subduksi disekitar pulau Enggano, maka asal pusat gempa yang berada di lautan merambatkan gelombang seismik kedaratan, begitu tiba, tenaga yang datang mengalami desakan dari daratan yang juga mau melepaskan energi karena berada pada jalur tekanan dan desakan pergerakan lempeng India-Australia di Selat Sunda yang mendesak ke Utara dan Bumi Bengkulu mengalami ruas penekanan di dua arah pusat terjadinya gempa yaitu Daratan dan Lautan. Maka timbullah gempa keras dan merusak.Gempa tektonik dengan fokus dangkal ini langsung membuka daerah-daerah yang lemah yang ada disepanjang patahan besar Sumatera. Kebetulan Bengkulu menghadap ke lautan Samudera Indonesia menghadapi hantaman dua arah seismik satu datangnya dari lautan dan tiba didaratan bertemu lagi dengan seismik yang ada didaratan terutama yang berada di segment patahan Bengkulu dan Sumani di Sumatera Barat, akibatya gempa bumi dirasakan sangat kuat dan merusak. Jadi, Bengkulu memang termasuk pusat jalur gempa bumi dunia baik lewat daratan maupun lautan karena disebelah Selatan Pulau Jawa terdapat zona penujaman, yang tidak jauh 100 km dari pusat gempa Bengkulu baru-baru ini.

GEJALA LAPANGAN SEBAGAI AKIBAT GEMPA BUMI

Selama gempa bumi, biasanya terjadi perubahan-perubahan yang ditimbulkan yang terdapat pada lapisan-lapisan  tanah. Pada umumnya pergeseran-pergeseran sesaran-sesaran itu berlaku didalam bumi, berjurusan, mendaftar, vertikal dan menujam.
Beberapa tempat patahan besar Sumatera merupakan zona yang mudah ditembus oleh kegiatan vuklanik (kegunungapian, seperti yang sudah dijelaskan diatas, dimana masih ditemukan gunungapi yang masih aktif, bila terjadi gempa bumi disepanjang patahan itu yang dipicu oleh getaran gunungapi tektonik Patahan Sumatera akan terlihat panas yang dikandng gunungapi yang bersentuhan dengan air dalam tanah pada daerah topografi yang ditempati oleh penduduk sehingga dapat menimbulkan bahaya gabi penduduk yang bersangkutan selain mengalami gempa bumi, juga dapat mengalami bahaya racun  yang dikandung oleh air karena dapat mengalami letupan uap yang terkadang beracun. Contoh gempa yang terjadi pada Patahan Semangko dimana bahan hasil pergerakan horizontal diisi oleh bahan-bahan vulkanik masam dan intermedier adalah antara Liwa dan Kota Agung di Sumatera Selatan yang panjangnya kira-kira 45 kilometer dan lebanya 10 kilometer.
Longsoran-longsoran tanah yang terdiri dari batuan-batuan lepas jga sebagai sebab langsunng dari gempa bumi. Longsoran-longsoran ini dapat menyebabka perubahan-perubahan dalam jalannya sungai-sungai, terjadinya danau karena pembendungan sungai oleh tanah yang longsor, pemotongan aliran sungai. Celah-celah dan belahan-belahan tanah juga sering terjadi selama gampa bumi yang biasanya terisi kembali dengan tanah-tanah yang lepas. Berupa material tanah rombakan dan tanah terban dan vulkanik yang diendap melalui proses sedimentasi.
Semua gejala-gejala yang telah dibayangkan diatas, adalah sebab langsung dan bukan akibat dari statu gempa bumi. Sebab langsung seperti pelengseran, pergerakan tanah, dan lain sebagainya adalah pengejaan dari primer. Sedangkan akibat gempa bumi seperti kebakaran adalah pengerjaan sekunder dari gempa bumi. Seperti juga hancurnya bangunan-bangunan yang ada diatasnya.


Diterbitkan Surat Kabar Harian “WASPADA” Medan, Tanggal 26 Oktober 1999

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...