2 Feb 2016

Revolusi Danau Toba



TAJUK PALUMEMASGEOLOG 8

REVOLUSI CERITA DANAU TOBA, DESTINASI WISATA DUNIA
Oleh M. Anwar Siregar
 Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir ini terus menjadi pembicaraan dikalangan akademisi, pakar geologi dan kalangan pariwisata. Pemerintah Pusat saat ini akan mengembangkan wisata Danau Toba sebagai Monaco-nya Indonesia dan diharapkan lebih indah dibandingkan Coloseum Italia.
Berikut daftar sepuluh lokasi pariwisata yang akan dikembangkan pemerintah hingga akhir tahun: 1. Danau Toba, Sumatera Utara 2. Kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur 3. Mandalika, Nusa Teggara Barat, 4. Pulau Morotai, Maluku Utara, 5. Tanjung Lesung, Jawa Barat, 6. Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 7. Kepulauan Seribu, DKI Jakarta 8. Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 9. Daerah Istimewa Jogjakarta, 10. Pulau Belitung, Bangka-Belitung.
EVOLUSI ERUPSI
Danau Toba berukuran maksimal 100 km x 31 km dengan titik terdalam 529 meter di sebelah utara dekat Haranggaol. Perairan Toba mempunyai luas 1.130 km2, tidak termasuk Pulau Samosir seluas 647 km2 dan pulau-pulau kecil lainnya. Tebing-tebing curam setinggi 400-1.220 m mengelilingi Danau.
Di ujung barat laut danau, sobekan bumi terlihat nyata, jejak dinamika kulit bumi Sumatera yang tiada henti ditekan dari Samudra Hindia dengan kecepatan 6-7 cm per tahun, telah mendorong sebelah barat pulau ini ke arah barat laut, dan sisi sebelahnya lagi bergerak ke arah tenggara. Ujung robekan di barat laut danau itu merupakan jejak sesar normal, situs bumi yang menyimpan pengetahuan. Di ujung utara Danau Toba inilah tempat dimulainya tahap awal pembentukan gunung api, yang menurut Craig A. Chesner, Gunung Toba purba ini mulai membangun dirinya sejak 1.200.000 tahun yang lalu. Letusan Toba purba menghembuskan material letusan yang kemudian dinamai Haranggaol Dacite Tuff (HDT).
Tidak jauh dari gunung api purba ke arah barat laut danau, tak jauh dari titik letusan Gunung Toba Purba, terjadi letusan dahsyat generasi kedua dalam pembentukan Kaldera Toba. Menurut Craig A. Chesner, kaldera ini terbentuk pada 500.000 tahun yang lalu. Letusannya menghembuskan 60 km3 material yang dikenal sebagai Tuf Toba Menengah (MTT, Midle Toba Tuff), yang menghasilkan Kaldera Haranggaol, yang lingkaran kalderanya berbatasan dengan Kota Silalahi di barat dan Kota Haranggaol di timur. tak terbayangkan, 74.000 tahun yang lalu telah terjadi letusan megakolossal yang membentuk kaldera generasi ketiga, yaitu Kaldera Sibandang. Tiang letusannya mencapai ketinggian lebih dari 50 km, abu halus dan aerosolnya mencapai lapisan stratosfer sehingga menghalangi pancaran cahaya matahari ke bumi, yang berdampak besar pada kehidupan karena terjadi perubahan iklim. Abu letusannya tertiup angin menyebar ke separuh bumi, dari daratan Cina sampai ke ke Afrika Selatan. Material letusan supervulkano Toba ini menutupi sebagian besar Sumatera Utara, dan abunya tersebar menutupi seluruh Asia Selatan setebal 15 cm. Lapisan abunya terendapkan di Samudera Hindia, Laut Arabia, dan Laut Cina Selatan. Menurut Craig A. Chesner, endapan awan panas (ladu) menutup kawasan seluas 20.000 km2. Di beberapa tempat ketebalanya mencapai 400 m., namun, enadapan ladu itu rata-rata setebal 100 m.
Batas-batas lingkaran kalderanya mulai dari Pangururan di barat, melingkar ke utara mengikuti ujung utara Pulau Samosir, menerus ke sisi timur dan selatannya sampai batas Blok Uluan, termasuk ke dalamnya Selat Latung. Inilah lingkaran kaldera yang oleh Craig A. Chesner dikategorikan sebagai kaldera hasil letusan Toba generasi ketiga atau terakhir. Letusan pamungkas yang mahadahsyat ini menghembuskan 2.800 km3 material letusan yang dikenal sebagai Tuf
Toba Termuda (YTT, Youngest Toba Tuff), membentuk kaldera raksasa 87 x 30 km., yang kemudian terisi air hujan membentuk danau kaldera, danau volkanotektonik terbesar di dunia yang kemudian diberi nama Danau Toba.
Dalam tulisannya yang terbit pada tahun 1949, van Bemmelen memberikan jawaban atas keadaan rona bumi Pulau Samosir. Diawali dengan pembentukan “Tumor Batak”, lebarnya 150 km dan panjangnya 275 km, membentuk bangun lonjong berarah barat laut-tenggara, lalu terangkat menjadi cikal-bakal terbentuknya “Gunung Toba Purba”. Kubah itu kemudian meletus mahadahsyat, menghembuskan material ke angkasa, menyebabkan terjadinya kekosongan di dalam tubuh “gunung”, sehingga  bagian atas dari tubuhnya tak kuat lagi menahan beban, lalu runtuh. Dua blok raksasa itu melesak ambles lurus ke bawah, membentuk diding yang tegak di sekelilingnya. Air hujan mengisi runtuhan itu membentuk danau kaldera yang amat luas. Proses sedimentasi danau terus berlangsung, sehingga fosil ganggang (diatom) dan fosil daun dapat ditemukan di ketinggian Pulau Samosir, yang terhampar dengan ketebalan puluhan meter. Endapan itu memberikan keyakinan, bahwa daerah yang sekarang  bernama Pulau Samosir itu semula merupakan dasardanau kaldera yang kemudian terangkat ke permukaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sekitar 33.000 tahun yang lalu, Pulau Samosir masih di bawah permukaan danau.
Kegiatan magma yang menerebos ke permukaan telah memperkuat tekanan dari dalam, menyebabkan kubah di dasar kaldera terangkat kembali (resurgent doming), yaitu pengangkatan dasar kaldera karena adanya desakan magma. Bagian tengah blok mendapatkan tekanan yang lebih kuat, sehingga sisi timur dari blok barat terangkat lebih tinggi, sehingga Pulau Samosir sisi timur itu rona buminya lebih tinggi yang menurun halus ke bagian baratnya.
Kawasan ini merupakan lingkar luar sisi tenggara dari Kaldera Porsea. Letusan kaldera generasi pertama Toba ini terjadi 840.000 tahun yang lalu, menghembuskan material letusan sebanyak 500 km3, menghasilkan endapan ignimbrit Tuf Toba Tua (OTT, Old Toba Tuff). Dari Porsea perjalanan dilanjutkan ke Parapat. Kota Porsea ini berada di Blok timur yang terangkat kembali setelah 33.000 tahun lebih berada di dalam dasar danau. Kawasan ini disebut juga Blok Uluan, namun tidak terangkat setinggi Blok Samosir. Ujung selatannya berada pada ketinggian 1.200 m.dpl. dan di bagian utara, di Kota Parapat, ketinggiannya 1.100 m.dpl., dengan rata-rata permukaan Blok Uluan 1.400 m.dpl.. Tebing sisi barat Blok Uluan ini setinggi 300-360 m. bila diukur dari permukaan air danau samai permukaan daratannya
Berukuran menengah dan kecil dengan luas wilayah aliran (catchment area) sebesar 3.700 km2. Di samping itu, air berasal dari air hujan dengan curah hujan rata-rata 2.264 mm/tahun. Pengeluaran air dari Danau Toba terjadi di bagian selatannya melalui Sungai Asahan. Fluktuasi muka danau saat ini adalah 1,5 m, tingkat keasaman air pH 7,0 - 8,4, tingkat penguapan 15,8 cm/tahun, suhu air 25,6oC dan suhu udara 19,1-21,2 oC (Hehanusa, 2000). Ketinggian air Danau Toba saat ini 905 meter, tetapi sebelumnya diyakini pernah mencapai 1.150 m. Surutnya air danau karena air danau memotong lembah baru yang tersusun dari tuf di bagian selatan danau dan bersatu dengan lembah Sungai Asahan (van Bemmelen, 1949).
Pulau Samosir berukuran 45 km x 20 km. Pulau ini sebenarnya merupakan semenanjung yang disambungkan oleh tanah genting (isthmus) sepanjang 200 meter dengan wilayah di sebelah barat Danau Toba. Pada tahun 1906, Belanda membangun kanal di tanah genting ini, sehingga Samosir menjadi sebuah pulau.
Gambar : Diagram tiga-dimensi, menunjukkan Danau Toba, Pulau Samosir dan wilayah di sekitarnya. 
(van Bemmelen, 1949)
CERITA PEMERINTAH
Rizal Ramli mengatakan, pembangunan destinasi wisata Danau Toba telah dinanti rakyat Sumut selama puluhan tahun. Tahun ini, mimpi itu akan jadi kenyataan. Pemerintah pusat akan melakukan pembangunan infrastruktur menuju Danau Toba. Bukan hanya itu, waduk danau yang terbesar di Asia Tenggara ini akan disulap menjadi destinasi unggulan Sumut yang bakal menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, dalam pembangunannya butuh dukungan dari pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar Danau Toba yang mayoritas bersuku Batak. Kendati miliki keindahan alam yang elok dipandang, namun kondisi lingkungan dan air tawarnya jorok dan bau (Berbagai Sumber).
Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia yang terletak di tujuh kota Kabupaten yang melingkari Danau Toba, yang berjarak 176 km ke barat dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Menteri PU Pera, Basuki Hadimuljono menyebutkan, insfrastruktur jalan tol yang akan dibangun menuju destinasi Danau Toba sepanjang 116 kilometer dengan jarak tempuh waktu 90 menit. “Selama ini untuk mencapai Danau Toba dari Kota Medan-Parapat membutuhkan waktu 5-6 jam. Dengan adanya jalan alternatif yang akan dibangun pemerintah akan mempersingkat perjalanan wisatawan ke Danau Toba,” katanya. Jalan alternatif lain juga akan ditembus oleh pemerintah, seperti jalan dari Sibolga menuju Danau Toba, membangun jalan lingkar Samosir yang statusnya akan menjadi jalan nasional. Selain infrastruktur kereta api masih dalam kajian pemerintah (Sumber : Tribun Medan)
Plt Gubernur Sumut, T Erry Nuradi menyambut gembira komitmen pemerintah pusat dalam upaya pembangunan destinasi Danau Toba yang didukung dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana pendukungnya. “Pemerintah daerah harus melakukan action dalam melakukan penertiban kerambah-kerambah yang ada di lingkungan Danau Toba, sebagai komitmennya mendukung program pusat mewujudkan destinasi wisata Danau Toba,” minta Erry. (sumber : Analisa dan Metro Pos) “Toba harus kita bikin Tourism Authority biar dikelola, biar tidak ada bupati terlalu banyak ikut campur tangan dalam mengelola. Nanti akan ada kepala otoritas,” tandas mantan Kepala Bulog itu
Yang pertama meliputi klasifikasi pasar yang akan ditargetkan menjadi pengunjung Danau Toba. Selanjutnya, promosi sesuai dengan klasifikasi pasar. Termasuk upaya untuk menjangkau pasar dan memperkenalkan lebih lengkap tentang danau toba.
 Kemudian, pihak pemerintah juga harus membenahi akseblitias ke kawasan Danau Toba. “Dan yang terakhir adalah pembenahan sumber daya manusia. Termasuk membenahi masyarakat agar menjadi masyarakat pariwisata,” paparnya.(sumber : Waspada dan Perjuang Baru)
Untuk dapat mengembangkan 10 kawasan tersebut, pemerintah akan memperbaiki sarana dan prasarana seperti akses transportasi, infrastruktur jalan, hingga ketersediaan air minum. Oleh karenanya perlu koordinasi antara kementerian teknis terkait seperti Kementeriaan Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera).
REVOLUSI KEBANGKITAN
Danau toba harus bangkit sebagai destinasi dunia setelah pemerintah menjadi unggulan wisata di Indonesia dengan memusatkan pembangunan sarana dan prasarana dan masyarakat harus memanfaatkan momentum ini sebagai salah satu menuju kesejahteraan ekonomi dan tidak perlu lagi menjadi warga perantauan.
Pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi yuang merupakan salkah satu faktor yang harus dibangun dan diselesaikan secara tepat jika inggin Danau Toba menjadi salah satu sumber penghidupan bagi dumia pariwisata karena mengingat daerah ini masih terkendala dalam arus barang dan jasa transportasi. Sebab secara umum pembangunan jalan merupakan salah satu instrumen infrastruktur yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi demi mendapatkan keunggulan dalam persaingan industri pariwisata dunia dan termasuk dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), revolusi kebangkitan pembangunan wisata Danau Toba muklat diprioritaskan.
Untuk menuju revolusi kebangkitan, ada empat masalah revoplusi pembangunan wisata yang harus dituntaskan untuk menjkadikan wisata unggulan yang mendunia yaitu Masalah transportasi jalan, masalah antropologis, maslaah lingkungan, masalah geoverment dan masalah ekonomi wisata kraatif.
REVOLUSI ANTROPOLOGIS
Kebangkitan ini harus selaras dengan revolusi budaya antroplogis yang banyak mengedapankan kesukuan. Bahwa danau toba harus dilestarikan adalah milik kita bersama dan harus dijaga untuk dunia dan nasionalisasikan wisata ini sebagai miliki Indonesia untuk Dunia.
Budaya seperti ini harus segera direvolusi. Mental masyarakat harus segera direvolusi. Tata krama orang Batak yang dikenal kasar dan sangar jika dipandang harus diubah. Ke depan masyarakatnya smile (senyum) dalam menghadapi wisatawan.
PERAN GEOLOGI
Geologi harus berperanan dalam membangun geowisata Danau Toba, seperti yang sudah-sudah, ilmu geologi sangat penting untuk pembangunan Danau Toba terutama mewujudkan impian ketiga geopark Indonesia setelah Geopark Gunung Batur dan Geopark Gunung Sewu yang telah terwujud dan menduniakan Indonesia sebagai surga geopark di muka bumi. Ayo para geologi, mari membangun kejayaan Bangsa.

Palu Emas Geolog,


1 Feb 2016

Investasi Desa Asri

INVESTASI DESA BERBASI HIJAU
Oleh M. Anwar Siregar

Kini saatnya pemerintah memikirkan pembangunan desa berbasis kota urban berwawasan lingkungan hijau tanpa merusak kondisi lingkungan desa. Jika perlu menjadikan tema hari lingkungan terutama bagi desa-desa yang berbatas dengan ibukota propinsi, sangat penting dalam mengantispasi kemajuan jasa transportasi. 
Pembangunan jaringan transportasi di sekitar desa yang masuk ke dalam kota sub urban sebagai refleksi menuju tata ruang yang humanis dengan lingkungan hijau. Penting diingat, umumnya bencana banjir Ibukota Provinsi dampak dari kerusakan lingkungan hutan dan kemajuan pembangunan sarana industri dan pemukiman yang merambat dan membabat zona hijau kawasan pertanian dan rawa-rawa sebagai zona ekologis air berkelanjutan.
Isu mengenai dampak kemajuan pembangunan fisik terhadap lingkungan hijau terutama dampak dari kemajuan transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil sangat penting diantisipasi bagi perencana pembangunan tata ruang dan sekaligus mengambil pelajaran yang berharga dari kemacetan, banjir dan semrawutan tata ruang transportasi dari kota besar yang ada Indonesia baik di dalam inti dan pinggir perbatasan kota. Contoh Jakarta dan Medan, menghadapi bencana klasik banjir tahunan.
Ada beberapa faktor perlunya pemerintah membangun jaringan transporatasi dan penataan ruang desa-desa di kota satelit Ibukota Provinsi di Indonesia antara lain pertama, sebagai strategi untuk memberikan kemudahan transportasi publik dengan implikasi pembatasan kendaraan ke pusat inti, misalnya kota Medan maupun ibukota Kecamatan tanpa menghilangkan identitas daerah agrariamarinpolitan dan harus ditindak lanjuti dengan aturan penataan ruang jalan yang telah di buat agar tidak terjadi kemacetan.
Kedua, membangun desa ke kota dengan konsep smart dan TOD, agar penataan ruang lebih baik dan pengendalian bencana ruang hijau dapat diminimalisasikan sehingga identitas Desa dapat terjaga khususnya sebagai kawasan ekologi untuk keseimbangan alam lingkungan. berfungsi sebagai pengendalian pembangunan horizontal ke lahan ekonomi hijau.
Ketiga, bertujuan mengendalikan kerusakan ekologi hijau akibat derasnya arus pembangunan fisik hunian, pembangunan fly over dapat digunakan sebagai landasan keseimbangan yaitu dengan menekan arus pembangunan di daerah sekitar jalur hijau. 
Keempat, pembangunan jalur alternatif singkat dapat mengurangi dampak bahaya bagi kesehatan masyarakat dan ekosistem desa atau dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara konsisten. Selain itu, dampak pemakaian BBM transportasi dari bahan bakar fosil berperan besar dalam mempengaruhi perubahan iklim. 
Data menunjukkan bahwa sektor transportasi umumnya berkonstribusi sekitar 23 persen dari emisi gas CO yang menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan di desa dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya sehingga desa di perbatasan harus di tata sesuai dengan kondisi tatanan geologinya, tujuannya, sangat jelas agar dapat mengurangi dampak kerusakan ekosistem tatanan lingkungan yang banyak terdapat di desa, seperti menjaga kelestasrian bio-geodiversity, atau pembangunan saat ini lebih difokuskan juga kepada pembangunan yang berwawasan keragamaan ekologis.
Penataan ruang hijau di sekitar desa-desa di kawasan bandar udara dan pelabuhan Laut dapat dikaitkan juga dengan manajemen Transit Oriented Development (TOP0, yang bertujuan upaya revitalisasi kawasan hijau lama atau kawasan terpadu baru yang berlokasi pada jalur-jalur transportasi utama seperti jalur KA, misalnya dari Medan ke Aras Kabu, ataupun dari Rantau Parapat, mengantispasi kebutuhan ruang lintas busway dengan mengembangkan kawasan berfungsi campuran antara fungsi hunian yang sudah ada, perkantoran, dan komersial dengan sisipan ruang hijau di antara bangunan tersebut dapat di bangun taman publik, taman konservasi dan ekologi hijau industri.
Hal ini mengingat kawasan tersebut terdapat sejumlah pabrik PMA dan PMDN yang terus mengimpit kawasan hijau semakin terbatas dan beberapa di antaranya berada pada kawasan morfologi miring landai, memperangkap zoan limpasan air yang menimbulkan banjir di beberapa desa, mempengaruhi mobilitas transportasi publik. 
Foto 1 : Penataan Desa harus memperhatikan kondisi Lahan Hijau 
Penataan ini akan mengendalikan bahaya banjir bandang. Studi kasus ini dapat dilihat di sekitar daerah Mebidang-Karo, di mana Medan sebagai pusat polarisasi daerah limpasan banjir, karena mengingat topografinya yang terendah dengan ketinggian 25 meter di permukaan air laut. Tingkat kemajuan fisik sangat cepat, mempengaruhi kondisi permukaan tanah dalam menerima limpasan air permukaan dan terbatasnya zona rehabilitasi kawasan hijau. 
Zona-zona ekologi hijau di luar Medan inilah yang perlu di tata sesuai dengan tatanan geologi dan ekologinya agar dapat menjaga keseimbangan lingkungan, berfungsi sebagai zona ekolagi abadi yang berbasis geo-biodiversity, pertanian, RTH dengan mengurangi penghancuran lahan dan berganti sebagai zona wisata hijau berbasis komunitas.
Desa Hijau
Kawasan desa yang masih memiliki identitas ekologi hijaunya perlu dipertahankan sebagai kawasan konservasi dan dilindungi sebagai zona tata ruang geologi yang unik, dapat meningkatkan kemampuan kualitas udara dan air, habitat khusus bagi hewan dan tumbuhan tertentu, dan proses-proses geologi air yang membentuk daerah keanekaragaman air bawah permukaan serta peningkatan daerah resapan air untuk mengurangi aliran air hujan (run off) serta menciptakan sumber daya ekonomis sebagai identitas karakter desa hijau.
Foto 2 : Investasi Desa Berbasis Hijau yang asri

Tujuannya, agar tidak menjadi desa lumbung banjir akibat telah berubah menjadi desa kota dengan sejumlah bangunan villa mewah di berbagai kawasan perbukitan.
Penataan geologi desa dapat dilihat dari sejumlah parameter dengan titik pusat kota besar yang ada disekitarnya. Kota yang tidak memiliki densitas daerah wisata alam maka desa ada disekitarnya dapat mengembangkan pola tata ruang geologinya yang telah terbentuk tanpa merusak dan menyelaraskan, yaitu pola geologi eko wisata atau taman geologi dan biologi (Geo-bio Park), menjadikan desa wisata dengan densitas geodiversity, yang mana terdapat ciri khas proses pembentukan bumi di masa lalu, penataan ruang unik tersebut menjadikan desa hinterland sebagai pusat wisata, pembagian zonasi hijau harus dibagi sistimatik sehingga keunikan desa tidak hilang. 
Contoh desa dengan ciri khas gua Karst, air terjun, jejak keunikan batuan dan fosil atau banyak ditemukan obyek wisata air panas dengan air terjun serta dengan latar belakang kabut pagi dan kelokan sungai dampak dari zona patahan, tumbuh-tumbuhan unik dengan latar belakang geomorfologi pegunungan kaldera gunungapi atau hintelrland high yang banyak ditemukan di perbatasan kota-kota besar di Indonesia seperti disekitar Mebidang Karo  dengan titik pusat seperti dikawasan Danau Toba atau di wilayah Tabagsel dengan titik pusat di Danau Siais. Atau kawasan unik lainnya yang berbatas dengan wilayah Ibukota provinsi-kabupaten.
Sangat sedikit ditemukan desa yang mempertahankan karakteristiknya dengan memadukan unsur geo-ekologi sebagai pondasi membangun desa di Indonesia, di Indonesia terdapat 47 kawasan yang masuk wilayah yang menyimpan keanekaragaman biologi, geologi serta ekologi dan ini bisa bertambah jika kita melandasi pembangunan desa berbasis hijau lokal, memanfaatkan potensi alam hijau desa untuk tujuah wisata alam. Namun kenyataan saat ini, banyak desa mengalami berbagai musibah bukan saja ditimbulkan oleh man made disaster, tetapi pola keselarasan alam yang tidak seimbang.  
(Penulis adalah Enviromental Geologit, pemerhati masalah tata ruang lingkungan dan energi Geosfer. Kerja di Tapsel)
Dipublikasi pada Harian 'ANALISA" Medan Tanggal 24 Januari 2016

Jarum Kompas di Pengaruhi Kemagnetan Bumi


PENGARUH VARIASI KEMAGNETAN BUMI TERHADAP ARAH
JARUM KOMPAS
Oleh : M. ANWAR SIREGAR

PENDAHULUAN
Barangkali telah ratusan tahun kompas dipakai oleh para pelaut sebagai petunjuk jalan. Bila Matahari dan bintang-bintang tidak menampakan diri, kompas menjadi petunjuk jalan sangat canggih dan teliti, tidak menjadikan kompas tak berguna karena kebanyakan navigasi dengan pesawat terbang kecil dan kapal laut serta mereka yang menerobos pegunungan sangat memerlukan kompas sebagai kawan akrabnya. Para geologiawan pada waktu dinas dilapangan tidak pernah melepaskan kompas dari pinggangnya.

JENIS KOMPAS GEOLOGI
Bentuk dan ukuran kompas beragam dan tergantung dari kegunaannya. Kompas yang dipakai di kapal laut dan kapal udara mampu untuk mengkompensasikan pengaruh gerak kapal dan bahan-bahan logam yang berada di kapal tersebut. Di lain pihak terdapat kompas kecil dengan ketelitian rendah yang banyak dipakai untuk orientasi oleh pramuka dan pelancong.
Walaupun macam dan bentuk kompas beragam, kesemuanya bekerja pada prinsip yang sama, yaitu adanya jarum magnet yang dapat bergerak bebas pada suatu bidang datar. Bahwasanya Bumi menghasilkan medan magnet sudah diketahui banyak orang. Medan magnet ini menggerakan gaya pada jarum magnet dan memutarkan sampai berhenti dengan jurus yang sama dengan medan, jurus ini secara kasar ialah Utara sebagai dasar navigasi sejak ratusan tahun yang lalu.
Umumnya kompas geologi adalah sama walaupun bentuknya berbeda. Ada yang mempunyai bagian yang lengkap seperti kompas Brunton yang mahal harganya, dan ada pula yang kurang lengkap, tetapi bagian-bagian utama yaitu sebuah jarum magnet, lingkaran pembagian dalam derajat dan sebuah kilometer untuk mengukur kemiringan selalu ada
Perbedaan antara dua macam kompas geologi adalah pada pembagian lingkaran derajatnya, yaitu 360o dan 90o. Pembagian ini penting karena menyangkut cara pembacaannya. Kompas geologi dengan pembagian sudut 90o di sebut kompas kuadrat, dan kompas geologi dengan pembagian 360o disebut kompas azimuth. Kompas klinometer dan hand level merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi.

MEDAN MAGNET BUMI                                              
Suatu kenyataan bahwa mendan magnet bumi berubah-ubah secara teratur, baik besar dan jurusnya, menyebabkan proses magnetisasi menjadi rumit. Hal ini menghasilkan orientasi jurus kompas berubah-ubah menyesuaikan diri dengan medan magnet bumi. Tidak semua orang menyadari bahwa sebuah jarum kompas menunjukan ke arah Utara yang sebenarnya, tetapi sedikit menyimpan ke arah Barat dan Timurnya. Jurus dimana kompas menunjuk disebut Utara Magnet dan sudut antara Utara Magnet dan Utara sebenarnya disebut Deklinasi Magnet, sedangkan inklinasi adalah sebuah kecondongan jarum kompas yang disebabkan perbedaan letak geografi titik kutub bumi.
Suatu survei magnetik terhadap dasar Samudera mengungkap adanya pola garis yang teratur dari pemagnetan dasar samudera yang secara bergantian melemah dan menguat. Bahwa medan magnet bumi di ketahui dapat berbalik pada jarak waktu antara beberapa ribu sampai beberapa juta tahun. Pembalikan ini berarti medan bumi, tanpa mengubah arahnya, menjadi semakin lemah, sehingga akhirnya menghilang dan kemudian berbalik ke arah yang benar-benar berlawanan. Apa yang dulu menjadi kutub magnetik Utara menjadi kutub magnet Selatan dan sebaliknya.



Gambar 19 : Medan magnet bumi (Sumber :  dari berbagai sumber)

Pemagnetan yang terbaliknya ini akan bergantian menguatkan dan melemahkan dampak magnetis yang diukur dalam survei dan akan muncul sebagai pola bergaris simetris disekelilingi poros dasr laut yang terbentang.

ANOMALI KEMAGNETAN
Salah satu masalah kompas magnetik yaitu kompas tersebut selalu menunjukan arah Utara magnetik yang tidak sama dengan arah Utara yang sebenarnya, dan hal ini berhubungan dengan anomali magnetik. Anomali magnetik adalah penyimpangan atau deviasi dari suatu keadaan yang seragam dalam hal kemagnetan pada kerak bumi, suatu penyimpangan dari suatu kondisi atau juga model kemagnetan yang diperhitungkan. Ketidakseragaman pada medan magnet bumi ini antara lin disebabkan oleh keadaan yang tidak teratur dari penyebaran bahan-bahan yang bersifat magnetik pada bagian keluar dari kerak bumi.
Pada kapal dan pesawat terbang, masalah ini diatasi dengan menggunakan griskopik. Pada abad I, para pelaut menggunakan kompas sederhana terbuat dari batu berani. Batu berani, batuan yang bersifat magnetik, yang telah ditemukan di Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu. Batuan berani tersebut diikatkan pada jerami sehingga terapung dalam semangku air.

VARIASI KEMAGNETAN BUMI TERHADAP ARAH JARUM KOMPAS
Berdasarkan hasil penyelidikan diketahui bahwa kemagnetan bumi baik intensitas maupun arahnya tidak seragam antara satu tempat dengan tempat lainnya dan antara suatu kisaran waktu dan waktu lainnya, atau dengan lain perkataan terdapat variasi kemagnetan bumi atas dasar keruangan (spartial bariations) dan variasi waktu (time variations).

Gambar 19  : Penjalaran gelombang gempa bumi melewati lapisan bumi dalam medan magnet dan anomali kemagnetan bumi yang menyebabkan gempa bumi (Sumber : (www.iris.edu)
Variasi keruangan (spartial variations) dari kemagnetan disebabkan oleh pengaruh kutub-kutub magnet bumi, dimana medan magnet bumi tidak terletak simentris terhadap kutub geografis dan pengaruh peredaran matahari. Variasi kemagnetan bumi atas dasar waktu meliputi variasi secular, variasi Diurnal, Badai magnetik dan Mikro Pulsa.
Deklinasi termasuk didalam variasi keruangan, yang dimana besarnya tidak tetap. Inti Bumi yang terkenal sebagai daerah logam cair, pada kedalaman 2800 km sampai 5000 kilometer dari permukaan tanah menyebabkan perubahan kemagnetan bumi secara lambat sekuler. Contoh perubahan ini adalah berubahnya deklinasi dan inklinasi suatu tempat. Akibat perubahan ini, peta topografi, peta laut dan peta udara perlu disesuaikan. Untuk melakukan perubahan peta lama tersebut tidak semua  mudah, karena perubahan sekuler yang berubah dengan waktu sangat tidak teratur dan tidak dapat diramalkan besarnya.
Disamping pengaruh perubahan sekuler, deklinasi juga mengalami perubahan, bahkan lebih cepat, yaitu karena kegiatan matahari (solar activity). Matahari kita selalu mengeluarkan bagian-bagian kecil (sunpot) yang melalui proses interaksi dengan medan magnet bumi dan bagian atas atmosfer mengakibatkan fluktuasi yang terus menerus medan magnet bumi dan tentunya menyebabkan perubahan terhadap deklinasi. Walaupun para ahli membuat beragam klarifikasi tentang fluktuasi medan magnet bumi yang kemudian menentukan proses fisiknya, para pengguna kompas tidak perlu khawatir akan proses tersebut, karena hanya beberapa saja yang terpakai dalam praktek sehari-hari.
Pada hari-hari dimana kegiatan matahari rendah, medan magnet akan mengalami perubahan periodik yang disebut devariasi harian atau variasi Diurnal. Tetapi beberapa dalam satu tahun bumi diganggu oleh fluktuasi medan magnet yang secara tiba-tiba dan tidak teratur yang disebut badai magnetik atau magnetic storm.
Badai magnetini dirasakan dan dicatat bersama diseluruh dunia dan biasanya berlangsung selama kurang lebih dari 48 jam. Perubahan medan magnet disuatu tempat berbeda dengan ditempat yang lain, pada waktu terjadi badai magnet jurus kompas menunjukkan gerak-gerak tak beraturan yang disebabkan oleh perubahan deklinasi. Pada waktu itu seluruh kegiatan segi magnet harus dihentikan karena catatan yang didapat di koreksi dan tentunya mubazir.
Variasi kemagnetan yang terjadi pada periode beberapa detik hingga puluhan menit disebut dengan Mikro Pulsa.


Diterbitkan Tabloid “SAINTEK ITM” Medan, Edisi Bulan Maret 1996




28 Jan 2016

Republik Ironi BBM

14 Jan 2016

Jazira Arab Bersalju Kiamat

Jazira Arab Bersalju, Benarkah Kiamat Sudah Dekat?

Kondisi tanah di jazirah Arab terkenal begitu kering dan tandus, disertai dengan cuaca panas yang ekstrim. Wilayah Arab memang hanya di lalui dua musim yakni hujan dan kemarau. Namun kondisi ini mulai berubah sejak enam tahun terakhir. Arab yang terkenal sebagai negeri gersang, kini dihujani salju sehingga membuat tanah di sana hijau dan subur













Salju di Arab turun secara reguler sejak tahun 2009. Beberapa negara yang mendapat hujan salju antara lain Arab Saudi, Palestina, Suriah, dan Lebanon. Hal yang cukup mengejutkan adalah terjadinya badai salju dan hujan salju yang sangat deras pada awal Januari 2015 lalu. Peristiwa ini tentu mengejutkan banyak pihak, karena sebelumnya tidak pernah terjadi perubahan cuaca yang begitu drastis seperti dialami saat ini.  

Namun fenomena salju yang turun di tanah Arab ini tidak mengejutkan bagi umat Islam. Hal ini sudah diterangkan oleh Rasulullah SAW sejak 1400 tahun silam. Malangnya, salju yang turun justru menjadi salah satu pertanda bahwa akhir dunia semakin dekat. Hal ini sudah dibuktikan secara fakta dan sains. Dimana Era Salju Baru (New Snow Age) sebenarnya telah dimulai. Salju di kutub Utara sedang merangkak atau bergeser perlahan-lahan ke arah selatan mendekati Semenanjung Arab.

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah riwayat menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya saat ditanyai kapan datangnya hari kiamat. Rasulullah menjawab bahwa hari kiamat adalah rahasia Allah SWT. Namun Dia memberikan tanda-tanda sebagaimana diterangkan dalam hadist yang artinya:  

"Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai (HR Muslim)".

Fenomena yang sejalan dengan Al-Hadist Rasulullah SAW ini kemudian diteliti oleh Para ilmuan dari King Abdul Aziz University di Arab Saudi bersama para Ilmuan mancanegara. Salah satunya peneliti merupakan ahli geologi terkenal dari Department Ilmu Bumi Institut Geosciences Johannes Gutenburg University, Mainz, Germany, Profesor Alfred Kroner.

Namun karena sang profesor tidak beriman kepada Al-Qur’an dan hadist, Ia menuduh bahwa Nabi Muhammad SAW bisa saja mengetahuinya melalui kitab-kitab terdahulu seperti Jabur, Taurat atau Injil yang menceritakan bahwa tanah Arab dahulunya merupakan tanah yang subur. Atau bisa saja  Nabi Muhammad SAW menconteknya dari ilmuan-ilmuan dari Roma pada saat itu

 Tanggapan tersebut kemudian ditanggapi oleh Ilmuan King Abdul Aziz. "Anda bisa saja menuduh seperti itu, tapi apakah keadaan dataran Arab yang subur dahulu kala itu bisa dibuktikan secara ilmiah pada masa Nabi Muhammad SAW hidup 1400 tahun yang lalu?" Lalu Prof. Korner menjawab "pada masa itu belum dapat dibuktikan, karena sains dan teknologinya tidak memungkinkan."

Ahli dari Arab kemudian menanyakan apakah hal ini bisa dibuktikan dengan peralatan berteknologi seperti saat ini? Sang Profesor menjawab benar, daratan Arab dahulunya merupakan tanah yang subur dan banyak tumbuh pohon dan kebun serta air yang mengalir. Ia menambahkan bahwa hal itu bisa dibuktikan secara ilmiah.


Prof Korner menjelaskan bahwa dahulu selama Era Salju (Snow Age), kemudian Kutub Utara icebergs perlahan-lahan bergerak ke arah selatan sehingga relatif berdekatan dengan Semenanjung Arab, pada saat itu iklim dataran Arab berubah dan menjadi salah satu daerah yang paling subur dan hijau di muka bumi. Ini merupakan akta sains yang tidak bisa dibantah.

Hal ini lantas menjadi celah bagi ilmuan Arab untuk kembali bertanya. “Lalu kalau pengetahuan itu bisa dibuktikan hanya dengan peralatan canggih, bagaimana Nabi Muhammad mengetahuinya bahwa Arab akan kembali subur padahal teknologi tidak memungkinkan untuk melihat masa depan? ”

Prof. Korner menjawab dengan malu-malu, bahwa Nabi Muhammad SAW dapat mengetahui informasi itu pasti dari sesutu yang mengetahui betul mengenai alam ini. Namun  Prof. Korner mengelak untuk mengatakan secara terus terang bahwa sebenarnya informasi itu datangnya dari Tuhan, Allah SWT yang paling tahu tentang alam ini, karena Dia-lah yang telah menciptakan dan mengaturnya.


Dan apakah informasi yang dikabarkan Nabi Muhammad SAW 1400 yang lalu bahwa sekali lagi dataran Arab itu akan menjadi daerah yang subur dipenuhi kebun-kebun dan sungai-sungai benar-benar akan terjadi?

Prof Korner menjawab dengan tegas ya!. Karena sebenarnya proses itu sekarang sedang terjadi. Era Salju Baru (New Snow Age) sebenarnya telah dimulai, sekali lagi sekarang salju di kutub Utara sedang merangkak atau bergeser perlahan-lahan ke arah selatan mendekati Semenanjung Arab.Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta dan sains, dimana tanda-tanda itu nampak dengan jelas di dalam badai salju yang menghujani bagian utara Eropa dan Amerika setiap musim salju tiba.


"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi" (QS. Shad :87-88).

Terlepas percaya atau tidak anda terhadap nubuat ini, sudah seharusnya kita mempersiapkan diri akan datangnya hari kiamat. Karena kedatangan hari akhir ini nyata adanya, dan tidak ada yang bisa menyelamatkan kita selain amal dan ibadah selama  menjalani kehidupan di dunia

Sumber : Catatan Islami News

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...